OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

Desain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

7 KAPASITAS FASILITAS

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

Bray, R.N. Dredging a Hand Book For Engineer. Edward Arnold Ltd. London

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Desa Lumbi Lumbia, Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

I. PENDAHULUAN Permasalahan

Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012,

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sonit, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

Septyan Adi Nugroho

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG OPERASIONAL DI BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT)

APBN TAHUN ANGGARAN NILAI

Analisis Kelayakan Pelabuhan Hub Nasional Guna Mendukung Konsep Tol Laut Indonesia

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

Pelabuhan Makassar. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KINERJA LINTASAN PENYEBERANGAN LEMBAR PADANGBAI

2012, No.12 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Ung-Ung Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ung-Ung Nomor 19 Tahun 2003 tentang Ba Usaha Mili

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

BAB 2 TEORI DASAR. 2.1 Pekerjaan Survei Hidrografi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

KONDISI BATIMETRI DAN SEDIMEN DASAR PERAIRAN DI KOLAM PELABUHAN CARGO PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN, JAWA BARAT

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

: Kapal Pandu 2 Unit Kapal Tunda, Kepil, kapal Cepat 1 unit Tenaga Pandu 8 (delapan) orang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

Transkripsi:

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar, 90245 Telp/Fax: (0411) 585637 e-mail: syahrir_husain@yahoo.com Abstrak Pelabuhan Bajoe di kabupaten Bone memainkan peranan penting dalam memajukan ekonomi provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pelabuhan ini terkendala dalam mengoptimalkan pemanfaatan dermaga karena pendangkalan kolam pelabuhan, sehingga kapal hanya dapat bertambat pada saat pasang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa daerah mana yang harus dikeruk pada kolam agar dapat melayani kapal dengan sarat 2,7 m. Analisa volume pengerukan digunakan software ACAD 3D cavil. Hasil penelitian menunjukkan kedalaman kolam pelabuhan yang dapat melayani kapal terbesar pada saat surut adalah 4,1 m dan volume pengerukan 5.761.845 m 3. Sedangkan alur masuk kedalaman kolam pelabuhan masih cukup aman dilayari kapal. Kata Kunci: alur, kolam pelabuhan, pengerukan PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan untuk membingkai negara kesatuan Republik Indonesia menjadi suatu wilayah yang utuh dengan menyatukan 17 ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke adalah merencanakan tiga sabut penyambung. Sabut penyambung adalah mata rantai infrastruktur transportasi yang menghubungkan kota-kota yang ada di wilayah Indonesia Barat dengan kota-kota di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk transportasi laut adalah pelabuhan, utamanya pelabuhan kapal ferry. Tiga sabut penyambung itu adalah sabut penyambung bagian utara, bagian tengah dan bagian selatan Indonesia. Sabut penyambung bagian selatan relatif sudah tersambung antara kota-kota di pulau Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian kota-kota di Nusa Tenggara Barat. Sedang sabut tengah dan utara masih dibutuhkan perhatian besar. Dalam mendukung kebijakan pemerintah mengenai pembangunan sabut tersebut, maka diperlukan kajian khususnya pemilihan lokasi pelabuhan yang berkaitan kondisi lingkungan yaitu karakteristik gelombang, laju sedimentasi, karakteristik tanah dan segala sesuatunya yang berkaitan keselamatan pelayaran. Penelitian ini obyeknya adalah sabut penyambung antara provinsi Sulawesi Selatan dengan provinsi Sulawesi Tenggara yaitu pelabuhan Bajoe di kota Watampone dengan pelabuhan Kolaka, secara khusus telaah teknis fasilitas perairan dan kolam pelabuhan Bajoe. Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, terletak pada koordinat antara 4 0 4 43 sampai 5 0 8 45 Lintang Selatan dan 119 0 49 3 sampai 112 0 25 9 Bujur Timur.. Kondisi pertumbuhan pembangunan daerah Kabupaten Bone saat ini telah tumbuh dengan peningkatan yang positif pada semua sektor, hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan pembangunan yang dibarengi peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Kabupaten Bone dengan pertumbuhan yang dicapai telah berada pada fase berkembang. Lokasi penelitian berada di salah satu wilayah di Kabupaten Bone letaknya di Kelurahan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur kota Administratif Watampone Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan Bajoe sebagai penghubung propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara melalui Teluk Bone. Dengan jarak lintasan 86 mil laut menuju pelabuhan penyeberangan Kolaka. Pada saat kondisi tertentu yakni saat surut terendah kapal tidak bisa melakukan proses bongkar muat. Masalah utama dalam pelabuhan penyeberangan ferry adalah pelayanan pada bongkar muat kendaraan, sehingga menyebabkan bertumpuknya kendaraan menunggu giliran untuk naik ke kapal ferry. Kejadian ini terjadi dapat Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 TP5-1

Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe disebabkan kurangnya armada kapal ferry atau jumlah dermaga ferry yang siap melayani kegiatan bongkar muat. Khusus untuk pelabuhan penyeberangan Bajoe keterbatasan frekuensi kapal yang dapat merapat di dermaga terutama pada saat air laut surut pada pagi hari, karena sarat kapal ferry tidak cukup dengan kedalaman kolam dan alur pelabuhan. Tujuan penelitian ini difokuskan pada berapa volume tanah yang harus dikeruk pada kolam dan alur pelabuhan ferry Bajoe agar supaya dioptimalkan pemanfaatan dermaga dalam melayani kegiatan bongkar Definisi Pengerukan Salah satu fungsi pelabuhan yaitu melayani kapal. Bentuk pelayaran mendekati pelabuhan harus diusahakan mudah dan aman. Kesulitan timbul karena kemampuan gerakan kapal yang terbatas (minimum ships maneuvers ability) dan gangguan alam. Karena hal-hal tersebut, maka perlu bagi perencana memperhatikan hal-hal ukuran alur pelayaran (ships channel), dan mulut pelabuhan (port entrance). Pengerukan ( dredging) adalah penggalian atau pengambilan tanah dan batuan dasar bawah air. Pekerjaan pengerukan umumnya dilakukan untuk memperdalam atau memperlebar alur pelayaran atau kolam pelabuhan. Menurut Asosiasi Internasional Perusahaan, Pengerukan adalah mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan atau membuangnya ke lokasi lain ( Dumping area). Proses pemindahan tanah atau batuan dari bawah air diangkat melalui air ke atas juga merupakan definisi dari pengerukan. Kedalaman Alur dan Kolam Pelabuhan Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur masuk harus cukup besar dan memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalaman air ini ditentukan oleh berbagai faktor seperti yang di tunjukkan dalam gambar 1 berikut. Gambar 1. Kedalaman alur dan Kolam Pelabuhan Menurut Bambang Triatmojo (2010), kedalaman air total adalah: = + + + + + (1) dengan, d = Draft kapal G = Gerakan vertikal kapal karena gelombang dan squat R = Ruang kebebasan bersih P = Ketelitian pengukuran S = Pengendapan sedimen ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 7 : Desember 2013 TP5-2

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Kedalaman air di ukur terhadap muka air referensi. Biasanya muka air referensi ini ditentukan berdasarkan dari muka air surut terendah pada saat pasang purnama (spring tide) dalam periode panjang, yang disebut LLWS (Lower low water spring tide). Lebar alur Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi miring saluran atau pada kedalaman yang direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1. Lebar, kecepatan dan gerakan kapal 2. Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur 3. Kedalaman alur 4. Stabilitas tebing alur 5. Angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur. Untuk kepentingan awal (capital dredge), Direktorat Jenderal Perhubungan laut memberikan tata cara penentuan lebar alur sebagai berikut tabel berikut; Tabel 1. Penentuan Lebar Alur Pelayaran No Jenis Alur Lebar Alur Pelayaran Keterangan 1. Satu arah L = 2 x B + 30 meter B = lebar kapal 2. Dua arah a. Kapal sering berpapasan L = 4 x B + 30 meter B = Lebar kapal b. Kapal jarang berpapasan L = 3 x B + 30 meter 3. Dua arah tikungan a. Kapal sering berpapasan L = 6 x B + 30 meter a. Kapal jarang berpapasan L = 4 x B + 30 meter Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan yang direncanakan harus mempunyai luas dan kedalaman yang cukup. Apabila dermaga digunakan untuk tambatan tiga kapal atau kurang, lebar kolam diantara dermaga adalah sama dengan panjang kapal (Loa), sedang dermaga untuk empat kapal atau lebih, lebar kolam adalah 1,5 LOA. Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal minimal 1,5 kali panjang kapal total (LOA) dari kapal terbesar yang menggunakannya. Apabila putaran kapal dilakukan dengan bantuan kapal tunda atau jangkar, luas kolam putar minimum jari-jari (r) lingkaran dengan sama dengan total kapal (Loa). Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin, arus dan pasang surut. Perhitungan Luas dan Volume pengerukan Dalam menentukan luas area keruk pada alur yang luasannya tidak teratur (bidang lengkung) tentunya sulit. Tetapi dengan bantuan software AutoCAD 3D Civil, kita dapat menghitung luas dengan sangat mudah. Untuk menghitung luas potongan/penampang pada alur pelabuhan, terlebih dahulu menggambar potongan berdasarkan data dengan menggunakan koordinat X sebagai lebar potongan/penampang dan koordinat Y sebagai kedalaman. Perhitungan luas pada alur pelabuhan akan dibagi dalam luasan yaitu area tampak atas yang berjumlah beberapa luasan penampang (potongan). Sedangkan dalam menghitung volume pengerukan yang dihitung adalah menghitung volume keruk harus mengetahui panjang potongan/penampang (L). Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 TP5-3

Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe Gambar 2. Model Penampang Alur Berdasarkan buku panduan materi pengerukan ƒdredger and Dredging Work perhitungan volume pengerukan diperoleh persamaan sebagai berikut: = + 2. (2) = + 2. (3) = + 2. (4) = + + + + (5) Dengan: A 1, A 2 : Luasan potongan/penampang 1 dan 2 a 1, a 2 : Lebar potongan 1 dan 2 L : Panjang antar potongan t 1, t 2 : tinggi potongan 1 dan 2 V 1 : Volume antara dua potongan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rencana lokasi pengerukan terletak di kelurahan Bajo E Kecamatan Tanete Riattang Timur Kota administratif Watampone Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan. Posisi pelabuhan ini 04-32 50 LS dan 120-25 40 BT sebagai penghubung Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Teluk Bone dengan jarak lintasan 86 mil laut menuju pelabuhan Kolaka. Lokasi Pelabuhan Gambar 3. Peta Sulawesi ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 7 : Desember 2013 TP5-4

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Lokasi Studi Gambar 4. Peta Lokasi Studi yang Jarak Lintasan 86 Mil Laut Menuju Pelabuhan Penyeberangan Kolaka Data batimetri diperlukan untuk membuat peta batimetri untuk mengetahui profil bawah laut dan lokasi dermaga. Pengetahuan mengenai profil bawah laut berguna dalam tinjauan daerah perairan yang menyangkut luas, kedalaman perairan, alur pelayaran, penambatan, tempat labuh. Kedalaman di kolam pelabuhan pada saat surut terendah mencapai 2,2m. Sedangkan sarat terbesar kapal adalah 2,7 m. Peta batimetri di lokasi studi dapat dilihat pada gambar 5, Master Plan Pelabuhan Penyeberangan Bajo E. Lokasi Studi Gambar 5. Kontur dan Lokasi Pengerukan Kedalaman Alur Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Menurut Bambang Triatmojo (2010), kedalaman air total: = + + + + + Dengan: d = Draft kapal G = Gerakan vertikal kapal karena gelombang (v) & squat (z) R = Ruang kebebasan bersih (0,5 m) P = Ketelitian pengukuran (0,1 m) S = Pengendapan sedimen selama 5 tahun (0,5 m) K = Toleransi pengukuran (0,61 m) Maka, H = 3 + 0,41 + 0,5 + 0,5 + 0,1 + 0,61 = 5,12 meter Jadi kedalaman kolam dan alur yang aman untuk pelayaran = 5,12 m Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 TP5-5

Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe Lebar Alur Dan untuk lebar alur yang direncanakan untuk dua kapal dengan perhitungan 7,6 dari lebar kapal terbesar. Sehingga lebar alur dapat dihitung sebagai berikut: Lebar alur = 1,5 B + 1,8 B + 1,0 B + 1,8 B + 1,5 B = 7,6 B = 7,6 x 13 = 98,8 meter Dimana, B = Lebar kapal Batasan lokasi pada alur yang akan di analisis mengikuti jalur kapal yang akan tambat di dermaga di tunjukkan pada gambar berikut: Gambar 6. Batasan Lokasi Pengerukan Alur yang digunakan di Pelabuhan Bajoe sekarang ini hanya digunakan oleh kapal-kapal dengan draft yang kecil yaitu kapal-kapal dengan kedalaman alur sekitar 6-7 meter. Sedangkan kedalaman alur yang ideal sampai dengan 5,12 meter, sehingga untuk alur pelayaran pelabuhan Bajoe tidak perlu dilakukan pengerukan. Kedalaman Kolam Pelabuhan Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin, arus dan pasang surut. Perhitungan kedalaman ideal belum ditambah dengan toleransi pengerukan dengan sarat kapal terbesar adalah 2,7 m adalah sebagai berikut: Kedalaman kolam (h) = 1,1 x T = 1,1 x 2,7 = 2,97 meter Kolam pelabuhan yang digunakan di Pelabuhan Bajoe sekarang ini hanya digunakan oleh kapal-kapal dengan draft yang kecil yaitu kapal-kapal dengan kedalaman kolam sekitar 1-3 meter. Sedangkan draft kapal sampai dengan 2,7 meter, sehingga kedalaman ideal yang dibutuhkan yaitu harus mencapai 2,97 belum ditambah dengan toleransi pengukuran. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kolam pada pelabuhan Bajoe sangat layak untuk dikeruk karena kedalaman kolam lebih kecil dari pada kedalaman ideal. Lokasi Setelah diketahui bahwa kolam pelabuhan Bajoe sangat layak untuk dikeruk, maka untuk menentukan lokasi terlebih dahulu kita tentukan elevasi rencana pengerukan. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 7 : Desember 2013 TP5-6

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Elevasi rencana pengerukan adalah kedalaman ideal di tambah dengan toleransi pengerukan. Menurut Begger dan Boyd (1985) dalam Rusdi, 2011. Toleransi pengerukan umumnya antara 0,3-0,6 meter. Jadi perhitungan elevasi rencana pengerukan untuk kolam pelabuhan Bajoe berdasarkan data kapal yang beroperasi dapat dilihat pada perhitungan berikut: Tabel 2. Perhitungan Elevasi Rencana Pengerukan Kolam Pelabuhan Kedalaman Toleransi Sedimentasi Elevasi rencana No Kapal Terbesar ideal Pengerukan (5 tahun) Pengerukan 1 Mandala Nst 2,97 0,6 0,5 4,1 Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa elevasi rencana pengerukan kolam adalah 4,1 meter. Sehingga semua lokasi yang dibatasi oleh sisi kolam hingga 4,1 meter adalah lokasi pengerukan. Luas Potongan Pengerukan Dalam menentukan luas area keruk pada kolam pelabuhan yang luasannya tidak teratur (bidang lengkung) tentunya sangat sulit. Tetapi dengan bantuan software AutoCAD, kita dapat menghitung luas dengan sangat mudah. Untuk menghitung luas potongan/penampang kolam pelabuhan Bajoe, terlebih dahulu memunculkan potongan berdasarkan data dengan menggunakan koordinat X sebagai lebar pengerukan dan koordinat Y didapat dengan kedalaman (d). Dimana potongan/penampang pengerukan di peroleh dari pengerjaan sebelumnya yang menggunakan ACAD 3D Civil. Cara memunculkan potongan di ACAD 3D civil yaitu setelah sebelumnya menginput batasan kedalaman yang akan dikeruk pada lokasi pengerukan, kemudian membuat jumlah potongan pada daerah pengerukan. Adapun cara memasukkan membatasi kedalaman pengerukan yang akan dilakukan adalah membuat alignment sebagai batasan daerah pengerukan. Selanjutnya pada elevation ketik elevasi yang dibutuhkan, pada perhitungan di peroleh elevasi pengerukan yang dibutuhkan. Maka kemudian untuk menghitung luas potongan tersebut yang terlebih dahulu digambar dengan menggunakan AutoCAD. Cara menghitung luasnya adalah dengan mengetik perintah ƒarea/object/enter, klik area yang diinginkan maka besarnya luasan (area) dan keliling akan muncul di atas command. Perhitungan pengerukan kolam pelabuhan dilakukan dengan area penampang/potongan dibagi dalam beberapa potongan seperti gambar 7, Gambar 7. Potongan Pengerukan Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 TP5-7

Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe Gambar 8. Area Penampang (potongan) Kerukan Kolam Pelabuhan (Potongan A-A) Luas potongan pada penelitian ini terbagi menjadi 9 penampang yaitu potongan A-A hingga potongan I-I. Maka luasan masing-masing potongan kolam pelabuhan untuk data kapal terbesar dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Perhitungan luas Potongan Kolam Pelabuhan dengan Elevasi Rencana -4,1 Meter No. Potongan Luas (m 2 ) 1 A-A 9096,337 2 B-B 8423,053 3 C-C 8693,417 4 D-D 7175,489 5 E-E 7360,296 6 F-F 5545,958 7 G-G 8152,497 8 H-H 9881,351 9 I-I 2779,550 Jumlah 67107,948 Volume Volume adalah jumlah material yang akan dikeruk. Perhitungan volume adalah luas rata-rata potongan/penampang dikali dengan jarak antar ujung potongan/penampang (L). Dari data pengukuran ACAD daerah kolam pelabuhan Bajoe, maka dapat diketahui jarak antar ujung potongan/penampang (L) seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Jarak antara Ujung Potongan/Penampang (L) No. Potongan L (m) 1 A-B 48,15 2 B-C 100 3 C-D 100 4 D-E 100 5 E-F 100 6 F-G 100 7 G-H 100 8 H-I 100 9 I-J 103,23 Total 851,38 Setelah diketahui luas rata-rata potongan/penampang dan jarak antar ujung potongan/penampang, maka dengan persamaan di atas perhitungan volume pengerukan kolam pelabuhan Bajoe dapat dilihat pada tabel berikut: ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 7 : Desember 2013 TP5-8

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Tabel 5. Perhitungan volume Pengerukan Berdasarkan Data Kapal Terbesar di Pelabuhan Bajoe No. Potongan Luas L Penampang Luas rata-rata Volume 1 A-A 9096,337 48.15 A & B 9096,337 437988,610 2 B-B 8423,053 100 B &C 8423,053 842305,333 3 C-C 8693,417 100 C & D 8693,417 869341,666 4 D-D 7175,489 100 D & E 7267,892 726789,250 5 E-E 7360,296 100 E & F 6453,127 645312,700 6 F-F 5545,958 100 F & G 6849,227 684922,750 7 G-G 8152,497 100 G & H 9016,924 901692,400 8 H-H 9881,351 103,23 H & I 6330,450 653492,405 9 I-I 2779.55 Volume total 5.761.845 m 3 Jadi total seluruh volume keruk untuk daerah kolam pelabuhan Bajoe adalah sebesar 5.761.845 SIMPULAN Kolam pelabuhan sangat layak untuk dikeruk, kedalaman kolam hanya sekitar 1-3 meter, sementara kedalaman idealnya 4,1 meter. Sedangkan alur tidak perlu dilakukan, dengan kedalaman alur sekitar 6-7 meter dibandingkan kedalaman ideal hanya 5,12 meter. Diameter kolam pelabuhan untuk kapal panjang 56,15 m adalah 84,15 m. Volume pengerukan yang akan dilakukan pada kolam pelabuhan adalah 5.761.854 m 3. DAFTAR PUSTAKA Japan International Corporation Agency. 1983. Dredger and dredging work Seiyu Print. Tokyo Kramadibrata, S. 2001. Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB, Bandung. Rusdi. 2011. Skripsi : StuDi Pemeliharaan Alur dan Kolam Pelabuhan Loktuan Kota Bontang Dengan Sistem pengerukan. Program Studi Teknik Kelautan, Jurusan Perkapalan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Triatmojo, B. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta. Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta. Wikipedia. 2013. Direktorat Pelabuhan & Pengerukan. (Online) Pelabuhan & Pengerukan. diakses pada 1 juli 2013) ( http://id.wikipedia.org/wiki/direktorat Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 TP5-9

Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 7 : Desember 2013 TP5-10