Profil Darah dan Penambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Ettawah Setelah Pemberian Vaksin Iradiasi Streptococcus agalactiae

dokumen-dokumen yang mirip
Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyuwangi secara astronomis terletak di antara

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH SETELAH VAKSINASI IRADIASI Streptococcus agalactiae UNTUK PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS KUKUH SYIROTOL ICHSAN

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

A. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut data BPS Kabupaten Buleleng, (2014), Kabupaten Buleleng

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI DAN METODE. Metode

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

RINGKASAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

ABSTRACT. Keywords: Inhibition, Muntingia calabura L., Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Antimicrobial

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-Faktor Risiko Mastitis Subklinis pada Kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Sleman, Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

PERFORMANS PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BERDASARKAN PARITAS, UMUR, BOBOT BADAN, DAN STATUS KEBUNTINGAN DI MADUKARA FARM, KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

HASIL. Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS

PERBEDAAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR SUSU SAPI PERAH PADA KEBUNTINGAN TRIMESTER I DAN TRIMESTER II. Oleh :

Isolasi dan Identifikasi Bakteria Mastitis Klinis pada Kambing Peranakan Ettawah

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

Transkripsi:

DOI: http://dx.doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv-2017-p.371-376 Profil Darah dan Penambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Ettawah Setelah Pemberian Vaksin Iradiasi Streptococcus agalactiae (Blood Profile and Body Weight Gain of Ettawah Crossbreed Goat After Vaccinating by Irradiated Streptococcus agalactiae) Trinugraha AC, Handayani T, Priyoatmojo D, Tuasikal BJ Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12070 afi_candra@batan.go.id ABSTRACT Ettawah Crossbreed (PE) goat was domesticated to fulfill human need on meat and milk. As a dairy milk producer PE goat is susceptible to subclinical mastitis. The main cause of subclinical mastitis in Indonesia is Streptococcus agalactiae. The objective of this research was to identify blood profile of PE goat which get the irradiated vaccine S. agalactiae to prevent subclinical mastitis caused by S. agalactiae. This research used pregnant healthy goats that do not produce milk. The goats were vaccinated with interval of two weeks. The vaccine volume used was 2 ml and contain 10 8 cfu/ml S. agalactiae. This study showed that irradiated vaccine of S. agalactiae does not cause anemia in goats either during pregnancy or after birth. Furthermore the irradiated vaccine does not affect the daily body weight gain of goat and its safe for hematologic system. Key Words: Ettawah Crossbreed Goat, Streptococcus agalactiae, Irradiated Vaccine ABSTRAK Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan kambing yang dipelihara untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging. Sebagai ternak penghasil susu, kambing PE juga rentan terhadap mastitis subklinis. Penyebab utama kejadian mastitis subklinis adalah bakteri Streptococcus agalactiae. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil darah kambing PE dengan pemberiaan vaksin iradiasi S. agalactiae. Kambing yang digunakan adalah kambing sehat yang sedang bunting yang memasuki periode kering kandang dan divaksin dengan interval dua minggu. Volume vaksin yang digunakan adalah 2 ml yang mengandung 10 8 cfu/ml S. agalactiae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin iradiasi S. agalactiae tidak menyebabkan anemia pada kambing PE baik selama kebuntingan maupun setelah melahirkan. Selain itu pemberian vaksin iradiasi juga tidak mempengaruhi penambahan bobot badan harian kambing PE. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemberian vaksin iradiasi S. agalactiae tidak mempengaruhi sistem hematologi kambing. Kata Kunci: Kambing Peranakan Ettawah (PE), Streptococcus agalactiae, Vaksin Iradiasi PENDAHULUAN Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, serta terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, serta budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam ketahanan pangan, susu merupakan salah satu sumber protein hewani terpenting di Indonesia. Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan jenis kambing yang dapat dimanfaatkan baik daging maupun susunya. Susu yang dihasilkan mengandung globul lemak kecil, protein lunak, kandungan kalsium, fosfor, vitamin A, B, E kompleks yang tinggi dan 371

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2017 proporsi asam lemak rantai pendek dalam jumlah yang relatif tinggi sehingga mudah dicerna (Ceballos et al. 2009). Mastitis merupakan peradangan pada jaringan internal ambing dan penyakit yang sangat umum terjadi di kambing perah. Bakteri Staphylococcus dan Streptococcus adalah agen dominan yang menyebabkan kejadian tersebut (Zhao et al. 2015). Menurut Sugiri & Anri (2009), kejadian mastitis subklinis pada sapi perah di Pulau Jawa kebanyakan disebabkan oleh Streptococcus agalactiae atau Staphylococcus aureus. Begitupun dengan kambing PE yang juga rentan terhadap kejadian mastitis. Faktor penting terjadinya mastitis yaitu kondisi sanitasi kandang yang buruk atau pemerahan yang tidak higienis. Frekuensi pemerahan dua kali sehari juga menjadi penyebab mastitis karena mengakibatkan otot sphincter puting susu mengendor, sehingga bakteri mudah masuk ambing dan terjadi mastitis (Marogna et al. 2012). Produksi susu kambing dapat turun hingga sekitar 10-25% akibat dari mastitis. Secara ekonomi juga terjadi peningkatan biaya pengobatan, meningkatnya jumlah hewan yang harus dikeluarkan, dan susu ditolak di pasaran karena jumlah sel somatik (JSS) lebih tinggi dari normal dan mengandung patogen (Leitner et al. 2004). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis yaitu penerapan manajemen pemeliharaan yang baik, pemerahan yang higienis, dan penggunaan antibiotik. Pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan vaksin yang berasal dari bakteri penyebab mastitis tersebut (Lindahl et al. 2005). Saat ini sedang dikembangkan vaksin iradiasi menggunakan sinar gamma untuk mencegah mastitis subklinis. Radiasi adalah pancaran dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Sedangkan iradiasi merupakan istilah yang digunakan untuk aplikasi radiasi (BATAN 2008). Berbagai aspek mengenai pencegahan mastitis secara umum telah banyak diteliti seperti pemberian berbagai jenis herbal (Nurdin et al. 2011) ataupun menggunakan ekstrak daun kersen (Mahardika et al. 2014) tetapi belum ada cara pencegahan mastitis yang efektif diaplikasikan sehingga kasus mastitis subklinis tetap terjadi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dalam upaya penyelesaian masalah untuk pencegahan mastitis subklinis pada ruminansia. Kebaruan dari penelitian ini adalah aplikasi teknik nuklir untuk vaksin iradiasi S. agalactiae dalam pencegahan mastitis subklinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil darah kambing PE sebelum dan setelah melahirkan dengan pemberian vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae untuk pencegahan mastitis subklinis. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan enam ekor kambing PE bunting yang diberi pakan yang sama dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu tiga ekor untuk kelompok perlakuan (vaksin) dan tiga ekor untuk kelompok kontrol yaitu hewan sehat yang tidak diberi vaksin. Bahan dasar vaksin adalah bakteri S. agalactiae 10 8 cfu/ml isolat lokal yang diradiasi dengan sinar gamma 17 Gy. Vaksin yang digunakan sebanyak 2 ml/ekor secara subkutan di regio gumba (Tuasikal et al. 2012a). Pemberian vaksin dilakukan ketika kambing memasuki masa kering kandang setiap 2 minggu sekali dan pemberian dilakukan tiga kali sebelum kambing melahirkan. (Tuasikal et al. 2012b). Pembuatan vaksin iradiasi dilakukan dengan memberikan perlakuan radiasi pada bahan vaksin Streptococcus Grup B (SGB) di dalam gamma chamber irradiator yang terdapat di Balai Iradiasi, Elektronika dan Instrumentasi, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta. 372

Trinugraha et al.: Profil Darah dan Penambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Ettawah Setelah Pemberian Vaksin Setiap kelompok dianalisis sebanyak empat kali, nilai yang tertulis merupakan nilai rata-rata kelompok. Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai normal yang diambil dari Jackson & Cockcroft (2002). Pengamatan dilakukan terhadap gambaran darah, yaitu kadar hemoglobin, nilai hematokrit, penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit. Selain itu juga diamati penambahan bobot badan harian kambing sebelum melahirkan dan setelah melahirkan. Pengambilan sampel darah dan penimbangan berat badan dilakukan dua minggu sekali mulai dari dua bulan sebelum kambing melahirkan hingga dua bulan setelah kambing melahirkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui hasil gambaran darah kambing kontrol dan kambing perlakuan sebelum melahirkan seperti terlihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil gambaran darah kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol sebelum melahirkan Parameter Kontrol Perlakuan Nilai normal Eritrosit ( 10 6 sel/µl) 10,9 10,6 8,0-18,0 Leukosit ( 10 3 sel/µl) 7,9 8,0 4,0-13,0 Hemoglobin (g/dl) 10,2 10,1 8,0-12,0 PCV (%) 32,4 29,8 22,0-38,0 Jumlah eritrosit, hemoglobin, dan nilai PCV sebelum melahirkan pada kambing kontrol tidak menunjukkan banyak perbedaan dibandingkan dengan kelompok kambing perlakuan. Akan tetapi pada nilai leukosit dapat diamati bahwa pada kambing perlakuan terlihat sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini terjadi dikarenakan dilakukannya booster vaksin sehingga terbentuk imun sekunder terhadap antigen (Radji 2010). Limfosit yang terdapat pada leukosit kambing perlakuan dimobilisasi ke jaringan limfoid untuk pembentukkan antibodi akibat dari pemberian vaksin. Proses ini dapat berlangsung selama 3-14 hari. Selain itu neutrofil juga dimobilisasi ke jaringan tempat di mana vaksin disuntikkan (Lawhead & James 2007). Hasil dari penimbangan bobot badan, diketahui bahwa dinamika bobot hidup kambing PE baik itu kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan selama periode kebuntingan disajikan pada Gambar 1. Selama periode tersebut semua kambing mengalami peningkatan bobot hidup. Hal ini disebabkan adanya pertumbuhan fetus dan perkembangan kelenjar ambing yang sangat pesat (Wahab & Anderson 1989). Dua minggu ke- Gambar 1. Pertambahan bobot hidup kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol sebelum melahirkan 373

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2017 Peningkatan produksi ditandai dengan adanya peningkatan bobot hidup kambing yang dipelihara secara semi intensif. Hasil penimbangan ternak setiap dua minggu menunjukkan bahwa kambing kelompok perlakuan memiliki rataan penambahan bobot badan harian sebelum melahirkan 194,4 g/ekor, sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki penambahan bobot badan harian sebelum melahirkan 134,9 g/ekor. Penambahan bobot badan harian tersebut tergolong lebih tinggi dibandingkan yang pernah dilakukan oleh Novita et al. (2006) dimana penelitian tersebut dilakukan pada 24 ekor kambing PE dan memperoleh hasil pertambahan bobot badan harian kambing PE bunting berkisar antara 100-110 g/ekor. Setelah hewan melahirkan, gambaran darah kembali diamati dan tersaji seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil gambaran darah kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol setelah melahirkan Parameter Kontrol Perlakuan Nilai normal Eritrosit ( 10 6 sel/µl) 12,3 10,9 8,0-18,0 Leukosit ( 10 3 sel/µl) 8,6 9,0 4,0-13,0 Haemoglobin (g/dl) 9,8 10,0 8,0-12,0 PCV (%) 33,2 33,1 22,0-38,0 Secara umum, jumlah eritrosit, haemoglobin, dan nilai PCV antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masih tetap dalam nilai normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin iradiasi tidak menyebabkan hewan menjadi anemia/kekurangan eritrosit dan haemoglobin. Sementara untuk nilai leukosit dapat diamati bahwa terjadi peningkatan dibandingkan sebelum hewan melahirkan. Hal ini wajar terjadi akibat dari stres yang dialami hewan ketika proses melahirkan. Stres mengakibatkan meningkatnya kadar kortisol sehingga jumlah neutrofil meningkat yang menyebabkan jumlah leukosit meningkat pula. Keadaan ini disebut sebagai leukositosis kortikosteroid (Stockham & Scott 2008). Setelah beranak, induk kambing otomatis mengalami penurunan bobot hidup dan memasuki periode laktasi. Penurunan ini terjadi karena kelahiran anak dan meningkatnya produksi susu. Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 2. Dua minggu ke- Gambar 2. Pertambahan bobot hidup kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol setelah melahirkan Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa kambing kelompok perlakuan memiliki rataan penambahan bobot badan harian setelah melahirkan 79,4 g/ekor, sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki penambahan bobot badan harian setelah melahirkan 23,8 g/ekor. Ali (2006) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan harian pada 12 ekor 374

Trinugraha et al.: Profil Darah dan Penambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Ettawah Setelah Pemberian Vaksin kambing PE berkisar 71,9 g/ekor. Perbedaan pertambahan bobot badan harian ini dapat disebabkan karena kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan berbeda. Cadangan zat makanan tubuh dimobilisasi untuk menyediakan nutrien sebagai bahan baku susu akibat pasokan zat makanan yang ada tidak mampu menyediakan nutrien sebagai bahan baku susu. Hal inilah yang menyebabkan turunnya bobot tubuh kambing. Mobilisasi juga disebabkan oleh kecepatan peningkatan konsumsi awal laktasi yang lebih lambat daripada kecepatan peningkatan produksi susu sehingga terjadi penyusutan bobot hidup (Sutardi 1981). KESIMPULAN Pemberian vaksin iradiasi S. agalactiae tidak menyebabkan anemia pada kambing PE baik selama kebuntingan maupun setelah melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai eritrosit, haemoglobin dan nilai PCV masih tetap dalam nilai normal. Vaksin ini juga dapat dikatakan efektif untuk membentuk sistem imun sekunder yang diamati melalui pengamatan jumlah leukosit. Sementara itu, dapat pula diketahui bahwa dengan pemberian vaksin iradiasi S. agalactiae tidak mempengaruhi penambahan bobot badan harian kambing PE selama kebuntingan maupun setelah melahirkan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada FKH IPB atas kerjasamanya selama ini. Ucapan yang sama disampaikan pula kepada seluruh staf peneliti dan teknisi di Laboratorium Kesehatan dan Reproduksi Ternak PAIR BATAN atas dukungannya pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ali U. 2006. Pengaruh penggunaan onggok dan isi rumen sapi dalam pakan komplit terhadap penampilan kambing peranakan Ettawah. Maj Ilmu Peternak. 9:1-10. BATAN. 2008. Dasar-dasar fisika radiasi. Jakarta (Indonesia): Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Ceballos LS, Morales ER, Adarve G de la T, Castro JD, Martı nez LP rez, Sampelayo MRS. 2009. Composition of goat and cow milk produced under similar conditions and analyzed by identical methodology. J Food Compos Anal. 22:322-329. Jackson PGG, Cockcroft PD. 2002. Clinical examination of farm animals. Oxford (UK): Blackwell Publishing Company. Lawhead B, James M. 2007. Introduction to veterinary science. New York (USA): Thomson Delmar Learning. Leitner G, Merin U, Silanikove N. 2004. Changes in milk composition as affected by subclinical mastitis in goats. J Dairy Sci. 87:1719-1726. Lindahl G, Stalhammar C, Areschoug T. 2005. Surface protein of Streptococcus agalactiae and related protein in other bacterial pathogen. Clin Microbiol Rev. [Internet]. [cited 2017 July 5]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc544178/. Mahardika HA, Sarwiyono, Surjowardojo P. 2014. Ekstrak metanol daun kersen (Muntingia calabura L) sebagai antimikroba alami terhadap bakteri Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi perah. J Ternak Trop. 15:15 22. 375

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2017 Marogna G, Pilo C, Vidili A, Tola S, Schianchi G, Leori SG. 2012. Comparison of clinical findings, microbiological results, and farming parameters in goat herds affected by recurrent infectious mastitis. Small Rumin Res. 102:74-83. Novita CI, Sudono A, Sutama IK, Toharmat T. 2006. Produktivitas kambing Peranakan Ettawah yang diberi ransum berbasis jerami padi fermentasi. Media Peternak. 29:96-106. Nurdin E, Amelia T, Makin M. 2011. The effects of herbs on milk yield and milk quality of mastitis dairy cow. J Indones Trop Anim Agric. 36:104-108. Radji M. 2010. Imunologi dan virologi. 1st ed. Jakarta (Indonesia): PT ISFI. Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of veterinary clinical pathology. 2nd ed. Iowa (USA): Blackwell Publishing Company. Sugiri YD, Anri A. 2009. Prevalensi patogen penyebab mastitis subklinis (Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae) dan patogen penyebab mastitis subklinis lainnya pada peternak skala kecil dan menengah di beberapa sentra peternakan sapi perah di Pulau Jawa. Prosiding Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah Kesehatan Hewan Bogor. 1-7. Sutardi T. 1981. Sapi perah dan pemberian makanannya. Bogor (Indonesia): Institut Pertanian Bogor. Tuasikal B, Wibawan I, Pasaribu F, Estuningsih S. 2012a. Bacterial protein characterization of Streptococcus agalactiae by SDS-page method for subclinical mastitis irradiated vaccine materials in dairy cattle. Atom Indones. 38:66-70. Tuasikal BJ, Pasaribu FH, Wibawan IWT. 2012b. Orientasi dosis iradiasi Streptococcus agalactiae untuk bahan vaksin mastitis subklinis pada sapi perah. A Sci J Appl Isot Radiat. 8:83-88. Wahab IM, Anderson RR. 1989. Physiologic role of relaxin on mammary gland growth in rats. J Mo Agric Exp Stn. 192:285-289. Zhao Y, Liu H, Zhao X, Gao Y, Zhang M, Chen D. 2015. Prevalence and pathogens of subclinical mastitis in dairy goats in China. Trop Anim Health Prod. 47:429-435. 376