GAMBARAN PRAKTIK/KEBIASAAN KELUARGA TERKAIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS SIGALUH 2 BANJARNEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

HUBUNGAN FAKTOR KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN INSIDEN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

PENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA DI PUSKESMAS KOTA PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

FAKTOR LINGKUNGAN DI DALAM RUMAH DAN PREVALENSI PNEUMONIA BALITA DI INDONESIA 2007

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II KABUPATEN KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

Keywords : Family behavior, Physical Environment of House, Pneumonia, Children Under Five Years Old

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATISAMPURNA KOTA BEKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

HUBUNGAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN TAHUN 2011

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN CILEMBANG KECAMATAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA TAHUN

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

Transkripsi:

GAMBARAN PRAKTIK/KEBIASAAN KELUARGA TERKAIT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS SIGALUH 2 BANJARNEGARA Puji Rahayu Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro E-mail : rekisparta2306@gmail.com ABSTRACT Community health centers Sigaluh 2 is one of the community health center in Banjarnegara district with some 139 cases of pneumonia in 2015 and reported one infant died. The purpose of this study to describe the practice of family of children on the prevention of pneumonia in the incidence of pneumonia in children under five years in the work area community health center Sigaluh 2 Banjarnegara district. This research is a descriptive study using cross sectional design. The sampling technique using simple random sampling totaling 88 respondents. Respondents were interviewed using a questionnaire. Data were analyzed using frequency distribution and bivariate analysis using chi square test. Results are displayed in the form of: respondents who use fuel wood as cooking fuel (8.0%), the habit of using mosquito coils (4.5%), in every family found family members who smoke at home (100%), respondents have a habit of not opening the bedroom window, especially in the morning (11.9%), respondents have the habit of not opening the living room window, especially in the morning (18.2%), respondents said rarely mop the floor (11.4%), respondents rarely sunning mattresses and pillows were 13.6% and 9.1% of respondents said waiting children recover by itself when the common symptoms of pneumonia or traditional medicine is only done at home. Advice for people in the region of community health centers Sigaluh 2 to get used to smoke outside the house, open the windows especially in the morning, mopping floors and sunning mattress/pillow regularly and promptly bring the child to the health service if found symptoms of pneumonia in children. Keywords: pneumonia, smoke in the house, children under five years of age PENDAHULUAN Pneumonia adalah penyebab utama kematian balita baik di Indonesia maupun di dunia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten Killer Of Children). (1) Menurut WHO Pneumonia menyumbang 15% dari semua 93

kematian anak di bawah 5 tahun. Penderita Pneumonia meninggal diperkirakan 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013. (2) Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru-paru (alveoli), yang sering muncul bersamaan dengan terjadinya infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia). Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, atau mikoplasma yaitu Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella sp., Pseudomonas sp., dan virus influenza. (3) Selama beberapa tahun ini ISPA selalu menempati urutan pertama dalam 10 besar penyakit di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Pada pengendalian penyakit ISPA, pengamatan lebih intensif dilakukan terutama penderita pneumonia pada usia balita, karena penyakit ini secara nasional masih sering menimbulkan kematian. (4) UPT Puskesmas Sigaluh 2 pada tahun 2014 dan 2015 memiliki cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita tertinggi di kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2015 kasus pneumonia pada balita di UPT Puskesmas Sigaluh 2 sejumlah 139 kasus dilaporkan satu kematian bayi yang disebabkan pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik dan kebiasaan keluarga terkait dengan kejadian pneumonia pada balita di Sigaluh 2 Banjarnegara. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai pedoman wawancara untuk mendeskripsikan praktik dan kebiasaan keluarga yang berkaitan dengan kejadian pneumonia. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua balita yang berada di Sigaluh 2 Kabupaten Banjarnegara. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling dan jumlah sampel sebanyak 88 balita. Dari 88 balita tersebut dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner yang ditujukan kepada ibu/anggota keluarga balita yang meliputi kebiasaan penggunaan bahan bakar memasak, penggunaan obat nyamuk bakar, kebiasaan 94

merokok anggota keluarga, kebiasaan mengepel lantai, menjemur kasur dan bantal, kebiasaan membuka jendela kamar tidur dan ruang keluarga serta kebiasaan anggota keluarga dalam mencari tempat layanan kesehatan apabila dijumpai anak dengan gejala dan tanda pneumonia. Data dianalisis secara univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan kasus pneumonia dijumpai sebanyak 13 kasus (14,8%) dari 88 responden. Masyarakat di wilayah kerja UPT puskesmas Sigaluh 2 memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah yang dapat menyebabkan kejadian pneumonia pada balita. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktik/Kebiasaan Keluarga di UPT Puskesmas Sigaluh 2 Frekuensi (f) n= 88 Persentase (%) Memasak menggunakan kayu bakar/kompor minyak - Tidak 81 92,0 - Ya 7 8,0 Menggunakan obat nyamuk bakar - Tidak 84 95,5 - Ya 4 4,5 Dijumpai anggota keluarga merokok dalam rumah - Tidak 0 0,0 - Ya 88 100,0 Membuka jendela kamar tidur setiap hari - Tidak 14 11,9 - Ya 74 88,1 Membuka jendela ruang keluarga setiap hari - Tidak 16 18,2 - Ya 72 81,8 Rutinitas mengepel lantai - > 1 kali seminggu (sering) 78 88,6 - < 1 kali seminggu (jarang) 10 11,4 Rutinitas menjemur kasur/bantal - > 1 kali seminggu (sering) 76 86,4 - < 1 kali seminggu (jarang) 12 13,6 Apabila anak dengan gejala pneumonia - Segera dibawa ke layanan kesehatan/tenaga kesehatan 80 90,9 - Menunggu sembuh dengan sendirinya 8 9,1 95

Berdasarkan tabel 1 semua keluarga (100%) memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Dengan demikian tampak kebiasaan dalam keluarga cenderung mengakibatkan balita yang tinggal di dalamnya akan menderita penyakit pneumonia. Hal ini sejalan dengan penelitian Susi Hartati yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga didalam rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. (5) Bayi dan anak-anak yang orang tuanya perokok mempunyai risiko lebih besar terkena gangguan saluran pernapasan dengan gejala sesak napas, batuk dan lendir berlebihan. (6) Kebiasaa merokok di dalam ditambah dengan kebiasaan keluarga yang jarang membuka jendela terutama pada pagi hari menyebabkan suplai udara segar dalam rumah menjadi sangat minim, padahal ketidakcukupan suplai udara berpengaruh pada fungsi fisiologis alat pernapasan bagi penghuninya terutama balita. (7). KESIMPULAN Hasil wawancara dijumpai responden yang mempergunakan bahan bakar kayu sebagai bahan bakar memasak (8,0%), kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar (4,5%), di setiap keluarga dijumpai anggota keluarga yang merokok di dalam rumah (100%), responden memiliki kebiasaan tidak membuka jendela kamar tidur terutama di pagi hari (11,9%), responden memiliki kebiasaan tidak membuka jendela ruang keluarga terutama pada pagi hari (18,2%), responden menyatakan jarang mengepel lantai (11,4%), responden jarang menjemur kasur dan bantal (13,6%) dan 9,1% responden menyatakan menunggu anak sembuh dengan sendirinya apabila dijumpai gejalagejala pneumonia atau hanya dilakukan pengobatan tradisional di rumah. Saran untuk masyarakat di Sigaluh 2 untuk tidak membiasakan diri merokok di dalam rumah, membuka jendela terutama pada pagi hari, mengepel lantai dan menjemur kasur/bantal secara rutin serta segera membawa anak ke layanan kesehatan apabila dijumpai gejala pneumonia. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dinas 96

Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dan karyawan UPT Puskesmas Sigaluh 2 yang telah memberikan data yang peneliti butuhkan. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2012. 2. WHO. Media Center Pneumonia Fact Sheet. http://www.who.int/mediacentr e/factsheets/fs331/en/. 2014. Diakses tanggal 10 Maret 2016 3. Ostapchuk, M., D.M. Roberts RH. Community-Acquired Pneumonia in Infant and Children. American Family Physician.http://ww.aafp.org/ afp/2004/0901/p899.html.2014 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara 2014. Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara; 2014. 5. Hartati S. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2011. 6. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI N0. 1077/Menkes/Per/SK/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011. 7. Chandra. Pengantar kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007. 97