Pendidikan Jasmani yang Tepat Merupakan Conditio Sine Qua Non dalam Upaya Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya

dokumen-dokumen yang mirip
Bagaimana Jika Ki Hajar Dewantara Mengajar Pendidikan Jasmani?

BAB III PENILAIAN A. Benar-Salah. Petunjuk:

DIMENSI KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

PENTINGNYA PENDIDIKAN JASMANI BAGI SETIAP PESERTA DIDIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh kalangan remaja pada saat ini. Dalam permainan sepakbola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

SILABUS PEDAGOGI OLAHRAGA (SPORT PEDAGOGY) DASAR. 1. Identitas mata kuliah Nama mata kuliah : Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy) Nomor kode : OK 304

Roesdiyanto Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

DIMENSI KREATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

MEMBANGUN KEMBALI JEMBATAN ANTARA KREATIVITAS DAN PENDIDIKAN JASMANI. Hari Amirullah Rachman *) Memet Muhamad *)

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

STRATEGI MENGAJAR MELALUI MODEL BERMAIN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR. Dr. Tite Juliantine,M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena yang diberikan Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Baley (2001:13) mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan. adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. TINJAUAN PUSTAKA. Muhajir (2007: 8) menjelaskan bahwa Pendidikan jasmani, olahraga, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

Transkripsi:

Pendidikan Jasmani yang Tepat Merupakan Conditio Sine Qua Non dalam Upaya Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya Oleh Hari Amirullah Rachman Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak. Pendidikan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dan upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitas serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Kualitas dari pendidikan jasmani sebenarnya terletak pada totalitas kurikulum untuk dapat mencakup tujuan umum dari pendidikan jasmani di sekolah. Tujuan umum pendidikan jasmani ada pada wilayah (1) perkembangan keterampilan Gerak, (2) perkembangan kebugaran jasmani, (3) perkembangan perceptual motorik, (4) perkembangan sosial emosional, (5) perkembangan penalaran, dan (6) perkembangan penggunaan waktu luang. pendidikan jasmani akan selalu melekat pada pendidikan secara keseluruhan, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani. Keberadannya akan bermanfaat secara optimal manakala kurikulum yang menaunginya dapat secara total dirancang, dan dilaksanakan dengan benar. Kata Kunci: Pendidikan Jasmani, Conditio Sine Qua Non Pendahuluan Fenomena perkelahian antar pelajar pada akhir-akhir ini kian marak disebagian wilayah Indonesia, bahkan terjadi juga pada mahasiswa antar fakultas yang nota bene merupakan pusat dari intelektual muda sebagai penerus masa depan bangsa, belum lagi kerusuhan yang terjadi pada hampir setiap pertandingan sepak bola di liga nasional sehingga pihak sponsor mengancam akan mengundurkan diri apabila kondisi semacam ini tetap terjadi. Kesimpulan dari uraian di atas adalah pada saat ini kita belum dapat menjadi guru, siswa, pemain, pelatih, wasit, Pembina maupun penonton yang baik. Pertanyaannya adalah apa penyebab dari semua kejadian seperti diuraikan di atas? 54 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

Pemerintah sangat menaruh perhatian pada masalah ini. Pendidikan budi pekerti yang dikatakan oleh salah seorang menteri pendidikan telah dilaksanakan dengan baik diragukan oleh sebagian masyarakat, mereka menunjuk kurikulum juga turut bertanggungjawab atas perilaku siswa. Saat ini guru tidak lebih dari hanya sekedar mengajar dan bukan mendidik, sekedar menyelesaikan isi kurikulum tanpa mempertimbangkan moral dan perilaku siswa di luar kelas. Sementara itu pihak pendidikan menunjuk orangtua sebagai pihak yang juga harus bertanggungjawab karena sebagian besar waktu siswa tidak di sekolah melainkan di rumah. Berbagai spekulasi muncul atas fenomena kekerasan yang melanda siswa dan sebagian masyarakat olahraga, sehingga muncul berbagai pertanyaan seputar penyebab fenomena tersebut. Sebenarnya apa yang menjadi causa prima? Penulis ingin meninjau hal ini berdasarkan pengamatan mengenai kurang tepatnya pelaksanaan pendidikan jasmani dalam pembentukan watak dan kepribadian. Peran pendidikan jasmani di Negara-negara yang sudah maju tidak hanya sekedar untuk meningkatkan kesehatan dan keterampilan motorik, tetapi utamanya adalah pembinaan mental dan watak. Bagaimana di negara kita? Fungsi Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani yang Tepat Dalam GBHN (1988), dijelaskan bahwa pendidikan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dan upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitas serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Sehubungan dengan itu perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga di lingkungan sekolah, pengembangan olahraga prestasi, upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta upaya menciptakan iklim yang lebih mendorong masyarakat untuk berpartisipasi serta bertanggungjawab dalam membina dan mengembangkan olahraga. Penjelasan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, memiliki kesegaran jasmani dan rohani, budi pekerti luhur, pengetahuan dan keterampilan yang mantap, rasa cinta tanah air Indonesia, memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan memiliki tanggungjawab bersama atas upaya pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Dari uraian di atas jelas bahwa peran pendidikan jasmani sangat penting dalam mengubah watak disiplin, sportivitas, kerjasama, melu handarbeni dan lain-lain. Hal ini menjelaskan mengenai fungsi pendidikan jasmani bagi pembangunan manusia. Fungsi umum dari pendidikan jasmani adalah untuk menunjang serta memungkinkan pertumbuhan maupun perkembangan yang wajar dari siswa. Seperti halnya tujuan oendidikan umum, tujuan pendidikan jasmani menyangkut tujuan fisik, sosial, emosional dan rekreasi. Secara sederhana, pendidikan jasmani merupakan proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Apa maksud pernyataan ini? Mudah dipahami, selain belajar dan dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam pendidikan jasmani, anak diajarkan untuk bergerak. Melalui pengalaman itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya (Vannier & Gallahue, 1978: 4). Pernyataan ini seertinya aneh bagi kita. Mengapa anak perlu diajarkan untuk bergerak? Bukankah tanpa diajari bergerak anak akan dengan sendirinya bergerak? Jawaban ini benar. Namun, hal itu hanya berlaku untuk kemampuan yang terkait dengan kematangan. Jika tiba saatnya, dan anak telah siap sesuai dengan tingkatan usianya, maka tanpa belajarpun dia dapat berjalan, berlari, Volume 1, No.1, 2004 55

Hari Amirullah Rachman melompat dengan sendirinya. Keterampilan tersebut, termasuk ke dalam keterampilan yang dikuasai karena factor kematangan. Sebaliknya, banyak keterampilan gerak yang dapat dikuasai dengan baik hanya dengan proses belajar. Keterampilan suatu cabang olahraga misalnya, yang selanjutnya bermanfaat sebagai pengisi waktu luang, hanya akan dapat dikuasai dengan baik, bila dipelajari dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, anak akan mampu menggunakan tubuhnya secara efisien, dan bahkan didasari pada pemahaman. Dampak lebih lanjut adalah anak akan memiliki kebiasaan dan keterampilan untuk mengisi waktu luangnya, kelak keterampilan itu diharapkan akan dilakukan disepanjang hayatnya. Karena itu pula ia menjadi aktif, dan hal ini menyumbang antara lain kepada perkembangan kebugaran jasmaninya. Perkembangan jasmani anak, tidak semata-mata bergantung pada proses kematangan. Perkembangan itu juga dipengaruhi oleh pengalaman gerak mereka baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitas pengalaman itu. Anak harus memperoleh banyak kesempatan untuk bergerak dan bermain. Namun, kegiatan itu harus pula disertai bimbingan dan dorongan serta pengawasan dari orang dewasa, termasuk orangtua dan guru. Melalui bimbingan itu anak akan mampu bergerak dengan penuh kesenangan, efisien, serta terkontrol. Inilah salah satu alas an mengapa disediakan pengalaman gerak melalui pendidikan jasmani. Persoalan lainnya, yang lebih penting adalah belajar melalui gerak. Pernahkah terlintas dalam benak kita, bahwa dengan bergerak kita telah menciptakan suasana belajar? Belajar melalui pengalaman gerak, untuk mencapai tujuan pembelajaran, merupakan salah satu cirri unik dari pendidikan jasmani. Dalam pengertian yang lebih mendalam, proses pendidikan berlangsung melalui aktivitas jasmani, bermain dan kegiatan olahraga. Guru dan siswa saling mempengaruhi dalam pergaulan yang bersifat mendidik. Melalui interaksi semacam itu, tujuan pembelajaran dan pendidikan dapat diwujudkan. Melalui proses belajar yang demikian, pendidikan jasmani ingin mewujudkan fungsinya terhadap perkembangan anak, sebuah perkembangan yang seimbang, selaras dan harmonis, yang bersifat menyeluruh, sebab yang disasar bukan saja aspek jasmaniah yang lazim dicakup dalam istilah psikomotorik, namun juga perkembangan pengetahuan dan penalaran yang dicakup dalam istilah kemampuan kognitif. Selain itu dicapai pula perkembangan watak serta sifat-sifat kepribadiannya, yang tercakup dalam istilah perkembangan afektif. Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mempunyai kontribusi unik dalam mewujudkan perkembangan fisik. Kontribusi tersebut akan mendorong anak untuk meningkatkan keterampilan gerak dan meningkatkan derajat kebugarannya. Namun demikian bukan berarti pendidikan jasmani hanya terbatas pada hanya perkembangan aspek fisik saja. Bila organisir dengan baik, diajarkan dengan benar serta memberikan pengalaman gerak yang sesuai, akan memberikan kontribusi positif kepada perkembangan anak secara menyeluruh. Kualitas dari pendidikan jasmani sebenarnya terletak pada totalitas kurikulum untuk dapat mencakup tujuan umum dari pendidikan jasmani di sekolah. Tujuan umum pendidikan jasmani ada pada wilayah (1) perkembangan keterampilan Gerak, (2) perkembangan kebugaran jasmani, (3) perkembangan perceptual motorik, (4) perkembangan sosial emosional, (5) perkembangan penalaran, dan (6) perkembangan penggunaan waktu luang. 56 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

Perkembangan Keterampilan Gerak Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari pendidikan jasmani di sekolah. Keterampilan gerak ini dikembangkan dan diperhalus sampai taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu untuk melaksanakannya dengan tenaga efisien dan efektif sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya (Wuest & Bucher, 1995: 36). Perkembangan keterampilan gerak ini kadangkadang disebut juga sebagai keterampilan neuromuscular atau keterampilan psikomotor karena gerak yang efektif tergantung pada keharmonisan kerja dari system syaraf dan otot. Perkembangan keterampilan gerak ditujukan untuk membantu anak belajar bagaimana bergerak secara efektif dan efisien, yaitu dengan penggunaan energi sehemat mungkin. Keterampilan gerak membutuhkan proses yang panjang sejak anak-anak hingga dewasa. Bila anak sudah matang, kemampuan gerak dasar akan berkembang. Selanjutnya kemampuan gerak dasar tersebut dapat diterapkan dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan Kebugaran Jasmani Perkembangan kebugaran jasmani merupakan tujuan penting dalam program pendidikan jasmani. Istilah kebugaran di sini, mencakup kebugaran jasmani yang mendukung kesehatan dan kebugaran jasmani yang mendukung keterampilan. Perhatikan gambar berikut. Kebugaran Mendukung Kesehatan - Kekuatan Otot - Dayatahan Otot - Dayatahan Aerobik - Kelentukan Kebugaran Mendukung Keterampilan - Kecepatan - Koordinasi - Kelincahan - Power - Keseimbangan Perkembangan Kebugaran Pendidikan Jasmani yang Tepat Dalam gambar tersebut tampak bahwa kebugaran dibagi menjadi dua kategori. Pertama kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan. Hal ini karena unsure-unsur yang tercakup di dalamnya meliputi kekuatan, daya tahan, dan kelentukan yang ada kaitannya dengan pemcapaian derajat sehat dinamis. Maksudnya, ketiga unsure itu penting untuk mendukung kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan sehingga masih tersedia energi yang tersisa untuk melaksanakan tugas berikutnya. Istilah kebugaran yang terkait dengan keterampilan disebut dengan istilah kebugaran motorik (motor fitness). Istilah ini ditemukan berdasarkan penelitian. Dengan adanya kebugaran untuk melakukan tugas gerak, seseorang mampu melaksanakan tugas yang memerlukan keterampilan gerak (Siedentop, Herkowitz & Rink, 1984: 65). Itulah sebabnya, di dalamnya terkandung unsure pendukung yakni kecepatan, koordinasi, kelincahan, power, dan keseimbangan. Coba amati kemampuan seseorang dalam penyelesaian tugas dengan cepat. Misalnya, lari 100 metar. Amati seseorang yang mampu mengangkat beban berat, seperti karung berat. Volume 1, No.1, 2004 57

Hari Amirullah Rachman Ketika seseorang memperagakan keterampilannya, kita jumpai beberapa unsur pendukung. Kemampuan manusia untuk memperagakan sebuah keterampilan yang lebih rumit, didukung oleh kemampuannya untuk memadukan fungsi beberapa anggota tubuhnya. Masing-masing bagian memainkan peranan, dan antara satu sama lain, saling terkait. Keterkaitan yang kompak itu menunjukkan koordinasi, antara yang satu bagian tubuh dengan bagian lainnya. Perkembangan Perseptual Motorik. Perseptual motorik merupakan istilah yang digunakan untuk mengkaitkan antara fungsi kognitif dan keterampilan gerak (Thomas, Thomas & Lee, 1988: 62). Sementara itu Barrow dan McGee (1976: 134) menyatakan bahwa perseptual motorik menunjuk kepada kemampuan individu untuk menerima, menginterpretasikan dan memberikan reaksi dengan tepat kepada sejumlah rangsangan yang datang kepadanya, tidak hanya dari luar dirinya tetapi juga dari dalam. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa konsep perseptual motorik menunjuk kepada pengambilan informasi yang di dapat untuk menghasilkan perilaku motorik. Menurut Cohen perseptual motorik dibentuk oleh dua sistem yaitu (1) sistem persepsi dan (2) sistem indera. Kedua sistem ini tidak dapat dipisahkan, karena seseorang tak mungkin melakukan aktivitas gerak tanpa persepsi dan sebaliknya, karenanya kedua sistem tersebut merupakan satu kesatuan sistem perseptual motorik (Clifton, 1971: 33). Terdapat dua alasan mengapa persepsi motorik merupakan dua aspek yang tak dapat dipisahkan, pertama gerakan yang dilakukan seseorang tergantung pada informasi yang didapat melalui pengamatan (persepsi), kedua, perkembangan kemampuan persepsi seseorang tergantung pada tingkat kemampuan motoriknya. Pentingkah kemampuan perseptual motorik ini bagi seseorang? Mengenai pentingnya kemampuan perseptual motorik ini, Gelman (1978), Holt (1975), Rosenbloom (1975) menyatakan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Perseptual motorik mendorong seseorang untuk mengeksplorasi pengetahuan dari lingkungannya, untuk kemudian memformulasikannya menjadi konsep yang diekspresikan kepada keterampilan gerak. Seorang anak yang bergerak dengan mudah dan menampilkan tugas gerak yang terampil cenderung mempunyai rasa percaya diri dan mempunyai konsep diri yang positif. Sementara itu Cratty (1967) berpendapat bahwa anak-anak yang tidak dapat mengendalikan gerakannya dengan baik memiliki konsep diri yang rendah dan seringkali mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri baik sosial maupun emosionalnya (Lazlo & Bairstow, 1985: 5). Lebih jauh Kephart menyatakan bahwa anak-anak yang menunjukkan kesulitan dalam belajar di sekolah pada kelas 1 sampai kelas 3 juga menunjukkan kesulitan dalam perkembangan perseptual motoriknya, dan kesulitan dalam persepsi motorik ini mempunyai hubungan yang mendasar dengan prestasi sekolah (Mathews, 1973: 196-197). Senada dengan pendapat sebelumnya, Thomas, Thomas dan Lee (1988: 62) mengemukakan pengaruh perseptual motorik pada fungsi kognitif, yaitu: (1) terdapat akibat dan keterkaitan langsung antara kemampuan persepsi motorik dan prestasi akademik, (2) perseptual motorik melandasi kesiapan dan penampilan akademis. Sebagai contoh koordinasi mata tangan yang baik merupakan prasyarat untuk kemampuan menulis. Perkembangan Penalaran Apakah program pendidikan jasmani berpengaruh negatif terhadap prestasi siswa? Pertanyaan ini sering timbul karena keraguan sebagian orang terhadap program pendidikan jasmani di sekolah. Aktivitas jasmani dapat digunakan untuk memacu perkembangan penalaran siswa. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu, yang kini mulai diterapkan 58 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

Pendidikan Jasmani yang Tepat di Indonesia, maka penyajian pengalaman gerak dalam pendidikan jasmani akan memacu peningkatan prestasi belajar siswa (Rusli Lutan, 2001: 32). Apa yang dimaksud dengan pendekatan terpadu? Pendekatan terpadu, bertitik tolak dari pandangan bahwa anak di sekolah memandang obyek secara kesekuruhan, termasuk memahami isi pengetahuan dalam bidang studi yang diajarkan. Siswa tidak memandang bidang studi secara terpisah-pisah, tetapi secara keseluruhan. Karena itu program pendidikan jasmani dapat dipadukan dengan beberapa komponen dari bidang studi lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa melalui tugastugas gerak dan bermain dalam pendidikan jasmani, guru dapat mengajarkan atau menanamkan konsep akademik. Misalnya pembelajaran konsep matematika, bahasa Indonesia dapat dilaksanakan melalui pendidikan jasmani Perkembangan Sosial Emosional Program pendidikan jasmani sangat besar potensinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri, dan penilaian positif terhadap kemampuan diri (Rusli Lutan, 2001: 34). Kesan ini sangat penting untuk ditumbuhkan pada anak. Perasaan mampu untuk menguasai suatu tugas, membangkitkan motivasi, disamping efek psikologis lainnya yang mendorong keadaan sehat secara mental pada diri seseorang. Istilah lain yang sering digunakan adalah sejahtera secara mental atau batiniah, yang di dalamnya tercakup (1) perasaan positif mengenai citra diri dan keadaan badan, peningkatan penilaian diri yang merasa makin mampu menyelesaikan tugas serta berprestasi, (2) pengalaman sukses, dan (3) peningkatan kepercayaan diri. Manfaat dari segi sosial, sungguh banyak diperoleh dari program pendidikan jasmani. Melalui aktivitas jasmani, atau kegiatan olahraga, seseorang memperoleh kesempatan untuk bargaul, dan berinteraksi antara satu dengan lainnya. Sikap dan perilaku yang direstui masyarakat dapat dibina melalui lingkungan olahraga. Demikian juga dengan nilai-nilai, sesuatu yang dianggap luhur dan menjadi rujukan atau pedoman perilaku. Dalam olahraga banyak nilai yang dapat ditanamkan kepada anak. Misalnya toleransi antara sesama, gotong royong, menghargai kerja keras, mengutamakan kualitas, dan lain-lain. Pemanfaatan Waktu Luang Menjadi kewajiban dari sekolah untuk mendidik siswanya agar dapat menggunakan waktu luangnya secara bermanfaat atau produktif. Banyaknya menganggur maupun tidak dapat memanfaatkan waktu luang menyebabkan problematik sosial sehingga bila tidak diarahkan, penggunaan waktu luang akan menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Perkelahian pelajar di jalan, lebih diakibatkan oleh terbuangnya waktu luang dengan nongkrong di halte-halte bis kota, mall, maupun tempat lainnya yang memberikan peluang terjadinya konflik di antara mereka. Memanfaatkan waktu luang di sekolah dapat berupa kegiatan ekstra kurikuler dengan berbagai bidang sesuai dengan minat dan kegemaran setiap siswa. Dengan adanya pemanfaatan waktu luang semacam ini diharapkan dapat meredam atau menyalurkan sikap agresif yang biasanya menjadi pemicu konflik antar siswa. Menurut Konrad lorenz (1996) kegiatan olahraga merupakan salah satu jalan keluar untuk menyalurkan dorongan agresif pada diri seseorang. Jadi dalam konteks ini, fungsi aktivitas olahraga sebenarnya dapat dipandang sebagai wahana penyaluran dorongan perilaku agresif dalam diri seseorang. Pembinaan Aspek Moral Melalui Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya dengan adegan pengalaman yang membutuhkan pertimbangan dan keputusan sosial. Ketika bermain sepak bola, misalnya, seorang anak melakukan takling keras atau merebut bola dari kaki lawan secara agresif, sehingga menyebabkan kaki lawannya cedera. Volume 1, No.1, 2004 59

Hari Amirullah Rachman Sementara itu seorang penjaga gawang yang tidak mampu menangkap bola yang ditendang dari jarak jauh olah pemain lawan, diejek habis-habisan oleh penonton. Ada pula seorang wasit yang memimpin pertandingan tenis berat sebelah dalam menentukan bola masuk atau keluar, sehingga merugikan seorang pemain. Bagi penonton, kejadian itu kelihatan dengan jelas, yang menimbulkan ejekan, protes dan makian dari penonton, mereka meminta agar wasit tersebut diganti. Beberapa contoh adegan tersebut merupakan gambaran tentang isu diseputar aspek moral. Apabila program pendidikan jasmani di sekolah tidak hirau pada hal-hal seperti dicontohkan di atas, maka berarti program pendidikan jasmani mengajarkan kepada siswa bahwa perbuatan mengejek, dan bermain curang merupakan sesuatu yang dapat diterima dan dibenarkan. Sudah menjadi pendapat umum bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan aspek sosial dan moral siswanya. Bahkan di beberapa negara lain perkembangan etika sosial para siswa dipandang sebagai salah satu tujuan utama dari pendidikan jasmani di sekolahsekolah. Pada prinsipnya, semua bentuk aktivitas jasmani dapat digunakan sebagai wahana untuk melaksanakan pendidikan moral. Misalnya, mulailah mencoba dengan sungguh-sungguh meningkatkan peranan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran penjas. Gunakan motode-metode atau gayagaya mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi kolaboratif (kerjasama sejajar dan saling menguntungkan), dan menumbuhkan rasa tanggung jawab individu. Seperti ketika memberikan tugas kelompok, yang perlu diperhatikan adalah siswa harus dapat bekerjasama dengan semua orang, tidak hanya dengan teman dekatnya saja. Artinya seorang guru harus memperhatikan kalau-kalau terjadi kelompok-kelompok kecil di antara para siswa. Kalau ini terjadi, segera perbaiki hubungan sosial di antara siswa tersebut. Penutup Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan, dan tujuan pendidikan yang begitu luhur hanya akan dicapai, setelah melalui masa yang cukup lama. Hal ini disebut tujuan jangka panjang. Boleh jadi masa yang ditempuh untuk mencapai tujuan jangka panjang tersebut selama berpuluh tahun. Tujuan belajar ialah menghasilkan perubahan perilaku yang melekat Proses belajar dalam pendidikan jasmani, juga bertujuan untuk menimbulkan perubahan perilaku. Guru mengajar dengan maksud agar terjadi proses belajar. Melalui proses tersebut, maka terjadilah perubahan perilaku yang relatif melekat. Dari mana kita mengetahuinya? Tentu saja setelah selang beberapa lama, hasil belajar mulai teramati dan bahkan dapat diungkapkan misalnya bila diadakan evaluasi terhadap hasil belajar. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa sebenarnya pendidikan jasmani akan selalu melekat pada pendidikan secara keseluruhan, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani. Keberadannya akan bermanfaat secara optimal manakala kurikulum yang menaunginya dapat secara total dirancang, dan dilaksanakan dengan benar. Apabila hal ini dirancang dengan baik, maka pendidikan jasmani merupakan conditio sine qua non (yang harus ada) dalam upaya membentuk manusia Indonesia seutuhnya akan tercapai. 60 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

Pendidikan Jasmani yang Tepat Daftar Pustaka Clifton, Marguerite A.. Nature and Extent Of Professional Preparation Experience In Perceptual-Motor Development, Foundations and Practice In Perceptual motor Learning: A Quest For Understanding. Washington: AAHPERD, 1971. Gabbard, Carl, LeBlanc, Elizabeth, Lowy, Susan. Physical Education For Children: Building The foundation. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1987. Laszlo, Judith I., Bairstow, Phillip J. Perceptual-Motor Behaviour: Developmental Assessment and Therapy. London: Holt, Rinehart and Winston, 1985. Mathews, Donald K. Measurement In Physical Education. 4 th Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1973. Rusli Lutan. Asas Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah Depdiknas, 2001. Siedentop, Daryl, Herkowitz, Jaqueline, Rink, Judy. Elementary Physical Education Methods. Englewood Clifs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1984. Thomas, Jerry R., Thomas, Khaterine T., Lee, Amelia M. Physical Education For Children: Concepts Into Practice. Champaign, Illinois: Human Kinetics Books, 1988. Vannier, Maryhelen, Gallahue, David L. Teaching Physical Education In Elementary Schools. 6 th Edition. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1978. Wuest, Deborah A., Bucher, Charles A. Foundations of Physical Education and Sport. St louis: Mosby Year Book Inc., 1995. Volume 1, No.1, 2004 61