BAB II GAMBARAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB II DESKRIPSI PENELITIAN. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III HASIL PENGAMATAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN SAMPANGAN DAN TAMAN TIRTOAGUNG DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM. berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten

Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame. Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Tata Kota & Perumahan. Uraian Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM. Gambar 2.1. Peta Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III TINJAUAN LOKASI

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Gambar 2.1 Peta Kota Semarang

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB II PELAYANAN SKPD

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung adalah

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

4.2.3 URUSAN PILIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

: a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2012

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB II TINJAUAN BALAI

DAFTAR RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I Pendahuluan I-1

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 54 NOMOR 54 TAHUN 2008 PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI DONGGALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

LAMPIRAN IX. 1. KEPALA DINAS Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

FUNGSI a. pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja kesekretariatan ; b. pelaksanaan pelayanan kesekretariatan yang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2018

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Aspek Geografi, Topografi, dan Hidrologi Secara geografi, luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km 2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km 2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km 2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km 2. Batas wilayah administratif Kota Semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6050 7o10 Lintang Selatan dan garis 109035 110050 Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor 51

Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi 52

adanya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang. Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan, lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur 53

geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56-348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjir Kanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena Kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang. 54

2.2 Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang 2.2.1 Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang, disebutkan bahwa Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial, pemuda dan olahraga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas sebagai dimaksud, Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang mempunyai fungsi: 1. Tugas Pokok Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial, pemuda dan olahraga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 2. Fungsi a. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, Bidang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, Bidang Kepemudaan, Bidang Pembinaan Olahraga, Bidang Sarana Prasarana dan Kemitraan. b. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga. c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga. d. Pemberian pelayanan umum di bidang potensi dan sumber kesejahteraan sosial, bidang penyandang masalah kesejahteraan sosial, 55

bidang kepemudaan, bidang pembinaan olahraga serta bidang sarana prasarana dan kemitraan. e. Perumusan kebijakan teknis perijinan dan non perijinan di bidang potensi dan sumber kesejahteraan sosial, bidang penyandang masalah kesejahteraan sosial, bidang kepemudaan, bidang pembinaan olahraga serta bidang sarana prasarana dan kemitraan. f. Pelaksanaan fasilitasi pengelolaan usaha kesejahteraan sosial, kepemudaan dan keolahragaan. g. Pelaksanaan fasilitasi dan pemberian dukungan pengembangan usaha kesejahteraan sosial, kepemudaan dan keolahragaan. h. Pelaksanaan fasilitasi bantuan pelayanan sosial, kepemudaan dan keolahragaan. i. Penyelenggaraan pelaksanaan bimbingan, pengawasan pengendalian kegiatan dibidang sosial, pemuda dan olahraga. j. Penyelenggaraan perijinan pemanfaatan Gelanggang Pemuda dan Olahraga. k. Pelaksanaan pertanggungjawaban terhadap kajian teknis/ rekomendasi perijinan dan/ atau non perijinan di bidang Sosial, Pemuda dan Olahraga. l. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap UPTD. m. Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga. 56

n. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga. o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya. 2.2.2 Visi dan Misi Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang 1. Visi Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat, Kepemudaan dan Keolahragaan yang Berdaya Saing. 2. Misi a. Meningkatnya perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS. b. Mengembangkan potensi serta peran aktif masyarakat, keluarga, organisasi/ lembaga sosial, dunia usaha, guna mendukung pembangunan kesejahteraan sosial. c. Meningkatnya profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial guna pemenuhan hak dasar bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. d. Meningkatkan potensi, peran serta pemuda dan organisasi kepemudaan dalam pembangunan melalui pengembangan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda. e. Meningkatnya pembudayaan olahraga prestasi, rekreasi serta masyarakat yang berdaya saing melalui pembibitan dan pembinaan atlit secara terpadu. 57

f. Meningkatnya pengembangan sarana prasarana serta kemitraan di bidang sosial, pemuda dan olahraga. 2.2.3 Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang, Susunan Organisasi Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang terdiri dari: 1. Kepala Dinas. 2. Sekretariat, terdiri dari: a. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; b. Sub Bagian Keuangan; dan c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 3. Bidang Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, terdiri dari: a. Seksi Kesetiakawanan Sosial; b. Seksi Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial; dan c. Seksi Pembinaan dan Pelestarian Nilai Kepahlawanan. 4. Bidang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, terdiri dari: a. Seksi Pelayanan Sosial; b. Seksi Rehablitasi Sosial; dan c. Seksi Bantuan Sosial. 5. Bidang Kepemudaan, terdiri dari: a. Seksi Kelembagaan Kepemudaan; b. Seksi Pengembangan Potensi; dan c. Seksi Pengembagan Kepeloporan. 58

6. Bidang Pembinaan Olahraga, terdiri dari: a. Seksi Kelembagaan Olahraga; b. Seksi Pemberdayaan dan Pembudayaan Olahraga; dan c. Seksi Olahraga Prestasi. 7. Bidang Sarana Prasana dan Kemitraan, terdiri dari: a. Seksi Pemanfaatan dan Pengembangan Sarana Prasarana; b. Seksi Pemeliharaan; dan c. Seksi Informasi dan Jaringan Kemitraan. 8. UPTD, terdiri dari: a. UPTD Panti Rehablitasi Sosial; b. UPTD Gelanggang Pemuda dan Olahraga. 9. Kelompok Jabatan Fungsional. 2.2.4 Kebijakan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Penanggulangan bencana merupakan suatu kebutuhan pokok yang diperlukan dalam hal kebencaan baik pada saat pra bencana, saat tanggap darurat, dan saat pasca bencana. Di satu sisi, penanggulangan bencana menunjukan kecenderungan terjadinya penurunan kualitas maupun kuantitas. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan dan pemulihan melalui pelaksaaan Kebijakan Taruna Siaga Bencana (TAGANA). Kebijakan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) merupakan suatu program dibawah naungan Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang yang berisikan relawan sosial yang berasal dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial. Memiliki 59

tugas untuk membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penanggulangan bencana baik pada saat pra bencana, saat tanggap darurat, dan saat pasca bencana. Untuk itu diperlukan upaya menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan dampak dan bencana yang merugikan. 2.2.5 Dasar Hukum Taruna Siaga Bencana (TAGANA) 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 2. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 82/HUK/2006 tentang Taruna Siaga Bencana. 3. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2012 tentang Taruna Siaga Bencana 60