TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) Sri Sundari 1, Wahyudi Rahmat 2, Ria Satini 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat srisundari260396@gmail.com ABSTRACT The background of the research were the speech acts used by teachers on teaching and learning process mainly using illocutionary act of excessive ordering directive in which it caused the students felt bored in learning and made the atmosphere becomes uncomfortable. This research was aimed at describing the types of speech acts of teacher s illocutionary act in the process of learning to teach Indonesian Language subject at VIII class SMPN 27 Padang. The type of this research was qualitative research by using descriptive method in the form of oral words from the observed person. The subject of speech acts was the teacher of Indonesian Language subject at VIII class SMPN 27 Padang. Data were collected by tapping technique, participant observation, recording technique, and note taking technique. Data were analyzed by transcribing, inventorying, and classifying based on speech acts, and drawing conclusions. The results show that there are 55 illocutionary acts. There are five types of illocutionary act of speech acts consisting assertive speech acts in the form of stating and suggesting; directive act which is in the form of ordering and advising, rule and care;expressive speech act appears in the form of gratitude and praise;commissive speech acts has a form of offering something; declarative act is not found in this research. Through the teacher s speech acts teachers to students, it can be learned that how important the utterance used by teachers to students during the learning process is and it is also to convey information that has the intentions beyond the utterances. Keywords: Speech Act, Illocutionary Act, Teacher PENDAHULUAN Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Tujuan
pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, karena guru memegang peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta mengatur semua kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa memiliki aneka model tuturan. Tindak tutur yang digunakan guru dapat berupa pernyataan, pertanyaan, perintah, dan sebagainya. Tindak tutur yang disampaikan oleh seorang penutur, selain untuk menyampaikan informasi juga memiliki maksud yang terkandung di balik tuturannya. Tuturan seorang anak akan bertambah apabila memasuki masa sekolah. Pada masa itu, anak-anak mulai berinteraksi dan komunikasi dengan teman sebaya, guru, orang tua dan teman-teman disekelilingnya. Kemudian, komunikasi akan terjalin secara baik apabila seorang penutur berbahasa sesuai dengan konteksnya. Jika bersama dengan lawan tutur apalagi teman sebaya tuturan yang mereka tuturkan tentu saja merupakan pengungkapan ekspresi atas kejadian yang terjadi di sekitar mereka. Tindak tutur yang berlangsung saat proses pembelajaran, menuntut guru harus memilih bahasa dan strategi yang cocok ketika bertutur. Menurut Syahrul (2008:202), menyatakan tindak tutur dapat dikatakan sebagai unit dasar komunikasi. Tindak tutur adalah produk dari suatu tuturan dalam konteks tertentu dan merupakan satuan dasar dari komunikasi bahasa.hal ini dilakukan agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Tuturan seorang guru berfungsi untuk mengatakan, menginformasikan dan juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Sesuai dengan pandangan tersebut, percakapan dalam pembelajaran di kelas merupakan realitas komunikasi menggunakan bahasa yang berlangsung dalam interaksi sosial.
Dalam proses pembelajaran dapat dilihat ketika seorang guru berbicara, guru juga melakukan sesuatu bahkan mengharapkan reaksi dari siswa yang mendengarkan untuk melakukan tindakan yang disebut ujaran. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memberikan contoh yang baik pada siswa. Guru seharusnya menjadi panutan bagi siswa dalam berprilaku dan bertutur. Hal ini disebabkan karena guru memiliki pengetahuan yang baik mengenai tata cara berbahasa. Dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan bentuk tuturan ilokusi. Tindak tutur ilokusi adalah tindakan dengan melakukan sesuatu yang di dalamnya terkait fungsi dan maksud lain. Misalnya, dalam pembelajaran guru sering menyuruh siswa kedepan dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan. Sehubungan hal ini, peneliti ingin mengetahui tindak tutur guru dalam PBM bahasa Indonesia kelas VIII SMP N 27 Padang. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelas VIII di SMP Negeri 27 Padang dijadikan objek penelitian ini karena siswa yang duduk di kelas VIII SMP masih dalam fase-fase pertumbuhan yang memasuki tahap remaja atau peralihan dari masa anak akhir ke tahap remaja awal dan emosi mereka masih labil karena memasuki puberitas. Hasil observasi yang penulis amati saat proses pembelajaran berlangsung pada tanggal 16 Mei 2017, penulis menemukan tindak tutur ilokusi yang diujarkan oleh guru kepada siswa. Contoh sebagai berikut Ananda baca buku halaman 30 mengenai denotasi dan Contoh lainnya sebagi berikut Fahmi jelaskan kembali apa itu denotasi dan konotasi tuturan ini di tuturkan oleh seorang guru kepada siswa untuk menyuruh siswa mengulang kembali materi yang telah dijelaskan tersebut. Tuturan ini disebut tuturan ilokusi, salah satunya tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang mengharapkan mitra tutur untuk melakukan apa yang dituturkan oleh penutur. Saat proses pembelajaran bahasa indonesia di kelas terlihat guru banyak menggunakan instruksi. Misalnya, saat pembelajaran
berlangsung guru menggunakan tuturan ilokusi terutama direktif menyuruh terlalu berlebihan menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran serta membuat suasana menjadi tidak kondusif. Berdasarkan temuan tersebut, maka penelitian ini layak untuk dilakukan untuk mendeskripsikan atau untuk melihat bahwasanya membahas bentuk tindak tutur guru dalam proses pembelajaran bahasa indonesia di kelas VIII SMP Negeri 27 Padang. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 27 Padang. Menurut Leech (1993:316), menyatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak dalam mengatakan sesuatu. Tindakan ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur, kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur di lakukan. Tindak tutur ilokusi juga terkait dengan konteks tuturan. Selanjutnya, menurut Searle (dalam Leech 1993:164), menggolongkan jenisjenis tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang menunjukkan fungsi itu meliputi: Pertama, asertif, tuturan asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran preposisi yang sedang diungkapan dalam tuturan tersebut. Bentuk tutur asertif itu dapat mencangkup hal-hal sebagai berikut : (1) menyatakan, (2) menyarankan, (3) membual, (4) mengeluh, (5) mengemukakan pendapat, dan (6) melaporkan. Kedua, derektif, tuturan direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh sipenuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakantindakan yang dikehendakinya seperti berikut: (1) memesan, (2) memerintah, (3) memohon, (4) menasehati, dan (5) menuntut. Ketiga, ekspresif, tuturan ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau menunjukan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu
seperti yang disebutkan berikut ini: (1) berterima kasih, (2) memberi selamat, (3) memberi maaf, (4) mengencam, (5) memuji, dan (6) berbela sungkawa. Keempat, komisif, tuturan komisif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu seperti berikut ini : (1) menjanjikan, (2) menawarkan sesuatu, dan (3) berkaul, dan kelima, deklarasi, tuturan deklarasi adalah yang menghubungkan antara si penutur dengan kenyataan seperti : (1) mengundurkan diri, (2) membaptis, (3) memecat, (4) memberi nama, (5) menjatuhkan hukuman, (6) mengucilkan atau membuang, dan (7) mengangkat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermkasud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Kemudian, Moleong (2010:11), menjelaskan metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan jalan menganalisis data yang sudah dikumpulkan berupa kata-kata ujaran (lisan) langsung dari objek yang diamati. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa tuturan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 27 Padang (kajian pragmatik). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 27 Padang. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai pelaku penelitian dengan mengamati langsung proses belajar mengajar tersebut. Untuk melaksanakan pengumpulan data, peneliti dilengkapi instrumen penunjang berupa alat tulis dan alat perekam. Alat perekam yang peneliti gunakan adalah alat perekam yang digunakan untuk merekam tuturan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 27 Padang. Alat tulis dugunakan untuk mencatat
tuturan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 27 Padang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode simak dengan teknik sadap, menyadap atau merekam percakapan objek yang akan diteliti dengan alat perekam. Kemudian teknik lanjut simak libat cakap, yaitu peneliti ikut serta dalam percakapan atau dialog yang sedang berlangsung. Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalah metode padan dan agih. Menurut Sudaryanto (1993:13), mengatakan metode padan adalah metode analis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangsukatan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padan referensial dan padan pragmatis. Metode padan referensial digunakan untuk melihat kenyataan yang ada dalam bahasa itu sendiri, sedangkan padan pragmatis adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu lawan bicara (Sudaryanto, 1993:14). Menurut Sudaryanto (1993:15), mengatakan metode agih adalah alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik yang digunakan teknik baca markah, lesap dan ganti. Teknik pengabsahan data yang digunakan untuk menguji kebenaran dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330), Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut sesuai dengan teori menurut Searle (dalam Leech 1993:164), menggolongkan jenis-jenis tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masingmasing memiliki fungsi komunikatif yaitu, tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif. Tindak tutur komisisf, dan tindak tutur deklarasi. Dari beberapa jenis tindak tutur yang dikemukan oleh Searle (dalam Leech, 1993:164) di temukan empat jenis tindak tutur ilokusi seperti: 1. Tindak tutur asertif
Tindak tutur ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur asertif (menyarankan). Hal itu dapat di lihat dari data berikut dinyatakan sudah bisa dimulai? Terlihat pada tuturan tersebut bahwa penutur menyampaikan semua siswa untuk kesiapan dalam mengikuti PBM agar PBM bisa tercapai dengan baik. Ketika guru menuturkan kata sudah bisa dimulai? Semua siswa merespon dengan mengeluarkan tuturan sudah. Sambil membuka buku cetak bahasa Indonesia dan buku LKS. 2. Tindak tutur direktif Tindak tutur ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif (memerintah). Hal itu dapat di lihat dari data berikut dinyatakan tolong buka buku latihan kemaren! yang menyatakan bentuk kesiapan siswa dalam mengerjakan tugas yang telah dibuatnya di rumah. Dari tuturan tersebut bahwa penutur memerintah siswanya untuk membuka latihan yang telah di kerjakan kemaren. Ketika guru menuturkan kata tolong buka latihan kemaren! Siswa merespon dengan mengeluarkan tuturan ya buk. Sambil membuka latihan yang telah dikerjakan di rumah. 3. Tindak tutur ekspresif Tindak tutur ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur ekspresif (berterima kasih). Hal itu dapat dilihat dari data berikut dinyatakan Yang sudah saya ucapkan terima kasih, yang menyatakan bahwa guru mengucapkan rasa terimakasih karena sebagian siswa telah mengerjakan tugas di rumah. Ketika guru menuturkan kata Yang sudah saya ucapkan terima kasih. Siswa merespon dengan mengeluarkan tuturan lah buk. Sambil melihat tugas masing-masing. 4. Tindak tutur komisif Tindak tutur ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur komisif (menawarkan). Hal itu dapat di lihat dari data berikut dinyatakan boleh mewakili yang lain, yang menyatakan bahwa ini adalah bentuk kesiapan siswa dalam memberi jawaban yang tidak bisa dijawab oleh kelompok lain. Dari tuturan tersebut bahwa penutur menawarkan kepada masing-masing
kelompok mengenai pertanyaan yang tidak bisa terjawab oleh kelompok lain. Ketika guru menuturkan kata boleh mewakili yang lain. Semua siswa merespon dengan mengeluarkan tuturan ya sambil mencari jawaban yang terdapat di dalam teks. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahawa jenis-jenis tindak tutur yang dominan ditemuakan adalah pertama, tindak tutur asertif, tindak tutur arsertif diantaranya seperti menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Namun tindak tutur asertif yang paling sering digunakan yaitu menyatakan dan menyarankan yang sering dituturkan guru kepada siswa di saat proses belajar mengajar berlangsung. Kedua, tindak tutur direktif, tindak tutur direktif diantaranya seperti memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan menuntut. Namun, tindak tutur direktif yang paling sering digunakan oleh guru bahasa Indonesia kelas VIII SMP N 27 Padang terutama tindak tutur direktif menyuruh dan menesehati yang banyak dituturkan guru kepada siswa di saat proses belajar mengajar belum berlangsung maupun sudah berlangsunya PBM. Ketiga, tindak tutur ekspresif, tindak tutur ekspresif diantaranya yaitu berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, mengencam, memuji, dan berbela sungkawa. Tindak tutur yang sering diguanakn oleh guru bahasa Indonesia kelas VIII SMP N 27 Padang adalah tindak tutur ekspresif terutama berterima kasih dan memuji. Keempat, tindak tutur komisif, tindak tutur komisif diantaranya seperti berjanji, menawarkan sesuatu, dan berkaul. Namun, tindak tutur komisif yang sering digunakan oleh guru bahasa Indonesia kelas VIII SMP N 27 Padang adalah tindak tutur komisif menawarkan ditemukan yang paling sedikit dalam tuturan guru kepada siswa di saat proses belajar mengajar berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Leech, Geoffrey. 1993. Prinsipprinsip Pragmatik. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI- Press). Moleong. 2010. MetodologPenelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: University Press. Syhrul R. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa :Menyimak Fenomena Berbahasa Indonesia Guru dan Siswa. Padang: UNP Press.