BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

dokumen-dokumen yang mirip
Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB IV ANALISA. Kajian Kebebasan Beragama Dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Ringkasan Putusan.

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini penting karena kemajemukan itu mempunyai dua dimensi. Dan hal ini juga berlaku

11MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara. .Drs. Sugeng Baskoro, M.M.

Oleh: Robi Dharmawan, S. IP. Pusat Studi HAM Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN ISU KEBEBASAN BERAGAMA

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

KEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

RINGKASAN PUTUSAN.

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

BAB V KESIMPULAN. 1. Implementasi H}ifz} al-nafs dalam Pelayanan Kesehatan.

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mendamaikan Pengaturan Hukum Penyadapan di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (yang selanjutnya disebut NKRI)

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

Hak dan Kewajiban Warga Negara

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat), dan dalam hubungan antara sesama warganegara. HAM yang berisi

ontoh hak warga negara :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

Mata Kuliah Kewarganegaraan

PANCASILA DISEBUT SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Konteks kemajemukan beragama di Indonesia menjadikan prinsip kebebasan beragama begitu penting. Para pendiri bangsa telah menyadari akan pentingnya hal ini yang kemudian merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu. Hal yang penting untuk diingat adalah pada saat Sila pertama Pancasila masih terdapat kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, rumuan Pasal 29 ayat (2) sudah berbunyi seperti di atas. Bahkan ditengah perdebatan yang sangat keras antara kelompok nasionalis kebangsaan dan kelompok nasionalis Islam terhadap keistimewaan Islam. Perumusan Pasal 29 praktis tidak menemui masalah berarti. Dalam suasana tersebut penulis berpendapat bahwa prinsip jaminan kebebasan beragama bukan merupakan hanya sekedar hasil kesepakatan para pendiri bangsa, tetapi lebih dari itu. Jaminan kebebasan beragama didasari keinginan bersama para pendiri bangsa. Jadi UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) adalah ungkapan suasana kebatinan para pendiri bangsa pada saat membentuk bangsa ini yang diwariskan kepada kita. Kebebasan setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut agamanya dijamin secara utuh dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2). Yang dimaksud dengan utuh disini mencakup dua hal. Pertama, tidak ada pembedaan jaminan kebebasan antara memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Menurut pengertian ini, bagaimana jaminan kebebasan yang diberikan untuk memeluk agama begitu pula kebebasan yang diberikan untuk beribadat menurut agamanya. Kedua, tidak ada pembatasan kebebasan beragama. Jadi apapun 84

alasannya segala pembatasan kebebasan beragama bertentangan dengan prinsip jaminan kebebasan beragama Pasal 29 ayat (2) UUD 1945. Kebebasan beragama atau berkeyakinan merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam pengertian ini kebebasan beragama bukan anugerah atau pemberian negara tetapi melekat pada diri manusia. Namun deklarasi HAM tentang kebebasan beragama dan Pasal 29 ayat (2) bersepakat memberikan tugas kepada negara untuk menjamin kebebasan tersebut. Jaminan kebebasan beragama terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu, menghormati, melindungi dan memenuhi. Dengan demikian ketiga aspek tersebut menjadi tugas negara dalam menjamin kebebasan beragama. Berdasarkan seluruh urian di atas ada beberapa hal yang menjadi catatan penting penulis. Pertama, prinsip kebebasan beragama di Indonesia merupakan warisan para pendiri bangsa. Hal ini dapat juga diartikan sebagai tradisi bangsa ini. Kedua, kebebasan beragama selanjutnya dijamin secara utuh, yaitu tidak ada perbedaan jaminan kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanaya. Dan Kedua kebebasan tersebut tidak dapat dibatasi. Ketiga, jaminan kebebasan tersebut selanjutnya menjadi tugas negara, yang meliputi menghormati, melindungi dan memenuhi. Secara umum prinsip jaminan kebebasan bergama menurut perspektif UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tidak jauh berbeda dengan kebebasan beragama menurut perspektif HAM. Hanya saja jaminan kebebasan beragama menurut perspektif HAM mencakup hal yang lebih luas dan memiliki aturan pelaksanaan. Apabila kebebasan beragama perspektif UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tidak mengijinkan pembatasan. Lain halnya dengan jaminan kebebasan beragama perspektif HAM yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan pembatasan. Namun pembatasan hanya boleh dilakukan terhadap manifestasi agama (kebebasan eksternal). 85

Dari perspektif HAM Peraturan Bersama Menteri yang mengatur pendirian rumah ibadah memang dapat dilakukan. Tidak adanya larangan terhadap pada satu kelompok tertentu untuk mendirikan rumah ibadah. Dan pemberlakuan peraturan ini yang berlaku untuk semua agama menjadikan peraturan ini tampak sesuai dengan pengaturan pembatasan yang ada dalam HAM. Namun dalam penerapannya pengaturan ini memberikan peluang bagi kelompok intoleran untuk merampas jaminan kebebasan beragama khususnya kelompok agama yang lemah. Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa melalui PBM pemerintah secara tidak langsung telah melimpahkan tanggung-jawabnya sebagai pemenuh kebutuhan kebebasan beragama kepada masyarakat. Akibat dari tindakan pemerintah itu sekelompok masyarakat memiliki wewenang untuk untuk menentukan nasib kebebasan beragama masyarakat lainnya. Dalam posisi seperti ini, maka siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam pengertian ini pemerintah bukan saja gagal menjalankan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan umat beragama. Dengan dirampasnya jaminan kebebasan beragama kelompok minoritas negara juga gagal melindungi dan menghormati jaminan kebebasan beragama. Hilangnya jaminan kebebasan beragama akibat dirampas oleh kelompok intoleran adalah pelanggaran terhadap jaminan kebebasan beragama. Jadi tidak diragukan lagi pengaturan kekebasan beragama dalam Peraturan Bersama Menteri No 9 dan 8 Tahun 2006 merupakan pengingkaran terhadap jaminan kebebasan beragama. Peraturan Bersama Menteri secara jelas bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dan jaminan kebebasan Beragama menurut perspektif HAM. V.2. Saran-saran UUD 1945 telah memberikan jaminan kebebasan beragama yang sudah sangat jelas dan tegas. Amandemen ke-4 UUD 1945 yang banyak meratifikasi hasil deklarasi HAM semakin 86

menguatkan perlindungan terhadap kebebasan beragama. Hal ini mrupakan tanda sikap serius bangsa ini untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun pada kenyataannya masih sangat banyak pelanggran terhadap HAM secara khusus tentang kebebasan beragama. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang mungkin berguna dan sekaligus sebagai kontribusi anak bangsa terhadap masalah yang masih mendera negeri ini : 1. Presiden (pemerintah). - Para pendiri bangsa telah sepakat bahwa negar ini bukan negara sekuler, namun bukan pula negara agama. Tidak ada agama yang punya hak istimewa di negeri ini. Jadi pemerintah harus bersikap netral terhadap problem kehidupan keagamaan. - Pemerintah harus konsisten melaksanakan amanat konstitusi terhadap jaminan kebebasan beragama - Pemerintah harus bertindak tegas kepada setiap individu, kelompok atau agama yang merampas jaminan kebebasan beragama warga negara. - Pemerintah harus menunjukan keseriusan sikapnya dalam perlindungan HAM dengan mencabut segala undang-undang atau regulasi yang dapat mengancam terampasnya HAM. 2. Mahkamah Konstitusi - Mengawal setiap lahirnya Undang-undang atau perundang-undangan maupun yang sudah disahkan sebelumnya yang bertentangan dengan konstitusi. 3. Polisi - Polisi sebagai alat negara dibiayai oleh seluruh warga negara yang berbeda latarbelakang agama. Jadi Polisi bukan milik satu agama saja. Polisi harus bersikap netral dan adil dalam terhadap aksi-aksi anarkis dan kekerasan berdasarkan agama. 87

- Setiap anggota Polisi Republik Indonesia wajib mendapatkan pembinaan empat pilar kebangsaan secara kontiniue. 88