BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Konteks kemajemukan beragama di Indonesia menjadikan prinsip kebebasan beragama begitu penting. Para pendiri bangsa telah menyadari akan pentingnya hal ini yang kemudian merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu. Hal yang penting untuk diingat adalah pada saat Sila pertama Pancasila masih terdapat kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, rumuan Pasal 29 ayat (2) sudah berbunyi seperti di atas. Bahkan ditengah perdebatan yang sangat keras antara kelompok nasionalis kebangsaan dan kelompok nasionalis Islam terhadap keistimewaan Islam. Perumusan Pasal 29 praktis tidak menemui masalah berarti. Dalam suasana tersebut penulis berpendapat bahwa prinsip jaminan kebebasan beragama bukan merupakan hanya sekedar hasil kesepakatan para pendiri bangsa, tetapi lebih dari itu. Jaminan kebebasan beragama didasari keinginan bersama para pendiri bangsa. Jadi UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) adalah ungkapan suasana kebatinan para pendiri bangsa pada saat membentuk bangsa ini yang diwariskan kepada kita. Kebebasan setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut agamanya dijamin secara utuh dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2). Yang dimaksud dengan utuh disini mencakup dua hal. Pertama, tidak ada pembedaan jaminan kebebasan antara memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Menurut pengertian ini, bagaimana jaminan kebebasan yang diberikan untuk memeluk agama begitu pula kebebasan yang diberikan untuk beribadat menurut agamanya. Kedua, tidak ada pembatasan kebebasan beragama. Jadi apapun 84
alasannya segala pembatasan kebebasan beragama bertentangan dengan prinsip jaminan kebebasan beragama Pasal 29 ayat (2) UUD 1945. Kebebasan beragama atau berkeyakinan merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam pengertian ini kebebasan beragama bukan anugerah atau pemberian negara tetapi melekat pada diri manusia. Namun deklarasi HAM tentang kebebasan beragama dan Pasal 29 ayat (2) bersepakat memberikan tugas kepada negara untuk menjamin kebebasan tersebut. Jaminan kebebasan beragama terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu, menghormati, melindungi dan memenuhi. Dengan demikian ketiga aspek tersebut menjadi tugas negara dalam menjamin kebebasan beragama. Berdasarkan seluruh urian di atas ada beberapa hal yang menjadi catatan penting penulis. Pertama, prinsip kebebasan beragama di Indonesia merupakan warisan para pendiri bangsa. Hal ini dapat juga diartikan sebagai tradisi bangsa ini. Kedua, kebebasan beragama selanjutnya dijamin secara utuh, yaitu tidak ada perbedaan jaminan kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanaya. Dan Kedua kebebasan tersebut tidak dapat dibatasi. Ketiga, jaminan kebebasan tersebut selanjutnya menjadi tugas negara, yang meliputi menghormati, melindungi dan memenuhi. Secara umum prinsip jaminan kebebasan bergama menurut perspektif UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tidak jauh berbeda dengan kebebasan beragama menurut perspektif HAM. Hanya saja jaminan kebebasan beragama menurut perspektif HAM mencakup hal yang lebih luas dan memiliki aturan pelaksanaan. Apabila kebebasan beragama perspektif UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tidak mengijinkan pembatasan. Lain halnya dengan jaminan kebebasan beragama perspektif HAM yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan pembatasan. Namun pembatasan hanya boleh dilakukan terhadap manifestasi agama (kebebasan eksternal). 85
Dari perspektif HAM Peraturan Bersama Menteri yang mengatur pendirian rumah ibadah memang dapat dilakukan. Tidak adanya larangan terhadap pada satu kelompok tertentu untuk mendirikan rumah ibadah. Dan pemberlakuan peraturan ini yang berlaku untuk semua agama menjadikan peraturan ini tampak sesuai dengan pengaturan pembatasan yang ada dalam HAM. Namun dalam penerapannya pengaturan ini memberikan peluang bagi kelompok intoleran untuk merampas jaminan kebebasan beragama khususnya kelompok agama yang lemah. Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa melalui PBM pemerintah secara tidak langsung telah melimpahkan tanggung-jawabnya sebagai pemenuh kebutuhan kebebasan beragama kepada masyarakat. Akibat dari tindakan pemerintah itu sekelompok masyarakat memiliki wewenang untuk untuk menentukan nasib kebebasan beragama masyarakat lainnya. Dalam posisi seperti ini, maka siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam pengertian ini pemerintah bukan saja gagal menjalankan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan umat beragama. Dengan dirampasnya jaminan kebebasan beragama kelompok minoritas negara juga gagal melindungi dan menghormati jaminan kebebasan beragama. Hilangnya jaminan kebebasan beragama akibat dirampas oleh kelompok intoleran adalah pelanggaran terhadap jaminan kebebasan beragama. Jadi tidak diragukan lagi pengaturan kekebasan beragama dalam Peraturan Bersama Menteri No 9 dan 8 Tahun 2006 merupakan pengingkaran terhadap jaminan kebebasan beragama. Peraturan Bersama Menteri secara jelas bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dan jaminan kebebasan Beragama menurut perspektif HAM. V.2. Saran-saran UUD 1945 telah memberikan jaminan kebebasan beragama yang sudah sangat jelas dan tegas. Amandemen ke-4 UUD 1945 yang banyak meratifikasi hasil deklarasi HAM semakin 86
menguatkan perlindungan terhadap kebebasan beragama. Hal ini mrupakan tanda sikap serius bangsa ini untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun pada kenyataannya masih sangat banyak pelanggran terhadap HAM secara khusus tentang kebebasan beragama. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang mungkin berguna dan sekaligus sebagai kontribusi anak bangsa terhadap masalah yang masih mendera negeri ini : 1. Presiden (pemerintah). - Para pendiri bangsa telah sepakat bahwa negar ini bukan negara sekuler, namun bukan pula negara agama. Tidak ada agama yang punya hak istimewa di negeri ini. Jadi pemerintah harus bersikap netral terhadap problem kehidupan keagamaan. - Pemerintah harus konsisten melaksanakan amanat konstitusi terhadap jaminan kebebasan beragama - Pemerintah harus bertindak tegas kepada setiap individu, kelompok atau agama yang merampas jaminan kebebasan beragama warga negara. - Pemerintah harus menunjukan keseriusan sikapnya dalam perlindungan HAM dengan mencabut segala undang-undang atau regulasi yang dapat mengancam terampasnya HAM. 2. Mahkamah Konstitusi - Mengawal setiap lahirnya Undang-undang atau perundang-undangan maupun yang sudah disahkan sebelumnya yang bertentangan dengan konstitusi. 3. Polisi - Polisi sebagai alat negara dibiayai oleh seluruh warga negara yang berbeda latarbelakang agama. Jadi Polisi bukan milik satu agama saja. Polisi harus bersikap netral dan adil dalam terhadap aksi-aksi anarkis dan kekerasan berdasarkan agama. 87
- Setiap anggota Polisi Republik Indonesia wajib mendapatkan pembinaan empat pilar kebangsaan secara kontiniue. 88