1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kelahiran dan hasil penelitian di dunia mengatakan bahwa ada kaitan antara angka kelahiran dan usia harapan hidup di suatu negara, makin rendahnya angka kelahiran makin tingginya usia harapan hidup. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi merupakan upaya yang menentukan situasi tersebut dan mutlak harus dilakukan pada anak sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yang prima dalam perjalanan hidupnya. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati apabila sudah terserang penyakit sehingga memerlukan perawatan. (Ranuh, 2001, p2) Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap penyakit. Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat 41 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (menurut SDKI 2007 Angka kematian balita (AKABA) Indonesia adalah 44). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke- 4 tertinggi kematian balitanya, sedangkan pada kawasan SEARO, Indonesia menempati peringkat ke-4 terendah kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. 1
2 AKABA di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 11,60/1000 kelahiran hidup, cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 10,12/1000 kelahiran hidup. AKABA tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 23,50/1000 kelahiran hidup, sedang yang terendah adalah di Kabupaten Demak sebesar 4,98/1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam indikator Indonesia sehat tahun 2010 sebesar 58/1000 kelahiran hidup, maka AKABA di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sudah melampaui target, demikian juga di bandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDG) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1000 kalahiran hidup. Guna menekan angka kematian bayi dan anak balita, yang terpenting ialah upaya prefentif dan promotif. Upaya promotif antara lain melalui promosi penggunaan air susu ibu, nutrisi adekuat, kebersihan diri, dan lingkungan. Upaya prefentif antara lain melalui imunisasi dasar. Selain itu, perlu pula fasilitas pengobatan tingkat komunitas melalui fasilitas seperti Puskesmas. Cakupan imunisasi dasar di Puskesmas Kedungmundu dari bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2010 adalah untuk HB 0 (82,0%), BCG (82,8%), polio 1 (83,4%), DPT/HB 1 (82,8%), polio 2 (82,8%), DPT/HB 2 (82,5%), polio 3 (82,8%), DPT/HB 3 (82,7%), polio 4 (83,8%), dan campak (83,6%). Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: difteri, tetanus, hepatitis B, typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit
3 lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman, namun pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit di anggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksiniasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkenapun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. Derajat kesehatan masyarakat selain dipengaruhi oleh upaya pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat, lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Tidak diragukan bahwa perilaku orang tua tidak mengimunisasikan anak itu mengandung faktor risiko untuk kesehatan, risiko cacat, risiko kematian dan risiko terserang penyakit yang diakibatkan anak tidak mampunyai kekebalan dalam tubuh. Perlu ditekankan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut tetapi akan membarikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas secara umum
4 di masyarakat, oleh kerena itu pandangan serta sikap setiap tenaga kesehatan atau orang tua sangat penting untuk di pahami tentang arti imunisasi bagi setiap anak di indonesia. (Ranuh, 2001, p3) Imunisasi berperan penting dalam tubuh kembang anak, minat keluarga mengimunisasikan bayinya berarti bahwa keluarga mempunyai minat yang besar agar perkembangan anaknya baik. Dengan mengacu salah satu indikator kesehatan masyarakat, tidak hanya memantau status gizi dan penyakit saja, tetapi juga kualitas lingkungan sosial ekonomi, dan distribusi pendapatan. (Sofyan, 2001) Upah minimum adalah suatu standar minimun yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja didalam lingkungan usaha atau kerjanya, dan karena pemenuhan kebutuhan yang layak disetiap provinsi berbeda-beda, maka disebut upah minimun provinsi. Upah minimum untuk Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar Rp. 675.000 dan untuk Kabupaten Semarang adalah sebasar Rp. 880.000. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang.
5 B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah penilitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang?. C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2011. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang imunisasi di wilayah Puskesmas Kedungmundu. b. Mendiskripsikan tingkat pendapatan keluarga di wilayah Puskesmas Kedungmundu. c. Mendiskripsikan kelengkapan imunisasi pada balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kedungmundu. d. Mendiskripsikan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah Puskesmas Kedungmundu e. Mendiskripsikan hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah Puskesmas Kedungmundu
6 D. Manfaat 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian dapat di jadikan masukan untuk pelaksankaan program imunisasi dasar lengkap untuk waktu mendatang. 2. Bagi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk semua anggota IBI agar dapat memberikan penyuluhan selengkap-lengkapnya tentang imunisasi, khususnya untuk ibu-ibu yang memiliki balita. 3. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian dapat di jadikan sebagai bahan masukan atau wawasan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai imunisasi dasar lengkap sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mengembangkan disiplin ilmu yang dipelajari.
1 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian NO Judul, Nama Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Metode Hasil Persamaan Perbedaan 1. Hubungan tingkat Balita yang Variabel bebasnya yaitu Pendekatan Ada hubungan antara tingkat Pada variabel Pada penelitian ini pengetahuan dan sikap tercatat di BPS pengetahuan dan sikap cross sectional pengetahuan dengan terikatnya sama- variabel bebasnya ibu terhadap Ny Syarifah ibu tentang imunisasi kelengkapan imunisasi dasar. sama meneliti adalah pengetahuan kelengkapan imunisasi Sriyasmo yang dasar, dan variabel Hasil uji chi square didapatkan tentang dan sikap orang tua dasar pada balita usia berusia 1-2 tahun terikatnya yaitu P value sebesar 0,000 (P < kelengkapan terhadap pemberian 1-2 tahun di BPS Ny. yaitu sebanyak 51 kelengkapan imunisasi 0,05) dan tidak ada hubungan imunisasi imunisasi dasar Syarifah Sriyasmo Jl balita dasar antar sikap ibu dengan Raya Bandungrejo kelengkapan imunisasi dasar. Kecamatan Mranggen Hasil uji chi square didapatkan Kabupaten Demak, P value sebesar 0,66 (P > 0.05). Kurniawati Richa Sebagian besar tingkat (2009) pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar termasuk dalam katagori baik. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan
2 kelengkapan imunisasi dasar. 2. Hubungan pengetahuan Ibu yang Variabel bebasnya yaitu Explanatory Penelitian ini menunjukkan Pada variabel Pada penelitian ini ibu tentang imunisasi mempunyai bayi pengetahuan ibu tentang research bahwa pengeetahuan ibu tentang terikatnya sama- variabel bebasnya dasar dengan berumur 10-12 imunisasi, dan variabel dengan imunisasi dasar adalah sedang sama meneliti adalah pengetahuan kelengkapan imunisasi bulan di terikatnya yaitu pendekatan (53,5%). Hal ini bisa tentang dan sikap ibu dasar pada bayi di Kelurahan Wates kelengkapan imunisasi cross sectional disebabkan kerena sebagian kelengkapan terhadap kelengkapan Kelurahan Wates Kecamatan dasar besar responden berpendidikan imunisasi imunisasi dasar Kecamatan Kecamatan Ngaliyan SD/SMP (60,5%) serta Ngaliyan Kabupaten Semarang pekerjaannya sebagai ibu rumah Semarang, Rahmawati tangga (41,9%), umur ibu yang Tri (2009) tergolong risiko tinggi hanya (34,9%), sedangkan informasi yang di dapat dari tenaga kesehatan (65,1%).