BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

EFEKTIVITAS PASAL 108 AYAT (6) KUHAP MENGENAI KEHARUSAN MEMBERIKAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN ATAU PENGADUAN OLEH PENYELIDIK ATAU PENYIDIK

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. tahanan, narapidana, anak Negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu beserta dengan bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

I. METODE PENELITIAN

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

III. METODE PENELITIAN. hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

PERAN DOKTER AHLI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP PERKARA PIDANA SAMPAI PADA TINGKAT PENYIDIKAN. Skripsi

III. METODE PENELITIAN. data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 33 Penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 1

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. Carok bukan lagi sebagai suatu pertarungan tanding yang ideal, yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. sekali dalam mencari, menemukan dan menganalisa suatu masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

METODE PENELITIAN. perundang-undangan, asasasas, mempelajari kaedah hukum, teori-teori, doktrin-doktrin

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia memperluas fungsi dan tugas kepolisian yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara yuridis, menjadi kewajiban dari penyelidik dan penyidik untuk menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang patut diduga merupakan tindak pidana dari masyarakat. Diketahuinya tindak pidana dalam hukum acara pidana ada 4, yakni: laporan, pengaduan, tertangkap tangan, dan diketahui oleh petugas itu sendiri, jadi masyarakat juga berhak melaporkan dan mengaduakan dugaan adanya tindak pidana kepada penyelidik dan penyidik kepolisian, dan penyelidik dan penyidik pun juga wajib menerima laporan atau aduan dari masyarakat tersebut. KUHAP kita telah mengatur mengenai hak dari setiap orang untuk melaporkan atau mengadukan adanya tindak pidana, dan juga mengatur kewajiban penyidik atau penyelidik untuk menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat dan menindaklanjuti laporan atau pengaduan tersebut. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 108 ayat (1) (2) (3) KUHAP, bahwa setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban tindak pidana berhak untuk melapor ke polisi (penyidik atau penyelidik), dan petugas atau penegak hukum yang dalam hal ini penyidik atau penyelidik juga wajib untuk membuatkan dan memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan (STPL/P) kepada orang yang melapor atau mengadu sebagai tanda bukti telah melaporkan adanya dugaan suatu tindak pidana. 1

Berdasarkan pasal 5 dan pasal 7 KUHAP juga telah ditegaskan mengenai kewajiban dari penyidik atau penyelidik untuk menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya dugaan suatu tindak pidana, jika undang-undang mengamanahkan kewajiban bagi penyelidik dan penyidik untuk menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat tentunya hal ini menjadi tanggungjawab bagi penyelidik dan penyidik, dan apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan maka tentunya akan menimbulkan konsekuensi yang nyata sebagai akibatnya. Selain itu laporan atau pengaduan dari masyarakat dapat diajukan kepada penyelidik dan penyidik baik secara lisan maupun secara tertulis sebagaimana yang tercantum dalam pasal 108 ayat (4) dan (5) KUHAP, jika laporan diajukan kepada penyidik atau penyelidik secara lisan maka penyelidik dan penyidik harus mencatatkan uraian laporan atau pengaduan yang disampaikan oleh pelapor atau pengadu dan kemudian harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik atau penyelidik, jika laporan atau pengaduan yang diajukan kepada penyidik atau penyelidik dalam bentuk tertulis maka surat laporan atau pengaduan tersebut harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu. Setelah laporan diajukan kepada penyelidik atau penyidik pelapor atau pengadu akan diberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan yang selanjutnya disebut (STPL/P) oleh penyidik atau penyelidik, hal ini ditegaskan dalam Pasal 108 ayat (6) KUHAP, bahwa Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan. 2

Akan tetapi ketentuan dari pasal 108 ayat (6) KUHAP ini tidak selalu dilaksanakan oleh penyelidik atau penyidik, seringkali apabila ada orang yang melapor atau mengadu bahwa orang tersebut telah mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban tindak pidana tidak diberi STPL/P oleh penyelidik atau penyidik, dan hal ini tentunya telah melanggar ketentuan Pasal 108 ayat (6) KUHAP serta mengakibatkan kerugian bagi pelapor atau pengadu karena jika tidak diberi STPL/P oleh penyelidik atau penyidik maka laporan atau pengaduan mereka tidak akan diproses oleh petugas. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) kita telah memberikan hak kepada warga negaranya untuk melapor atau mengadu apabila mereka melihat, mengalami, menyaksikan dan atau menjadi korban tindak pidana, dan KUHAP juga melindungi hak warga negaranya yang melaporkan atau mengadukan adanya suatu tindak pidana dengan mengharuskan penyidik atau penyelidik untuk menerima laporan dan membuatkan STPL/P untuk pelapor atau pengadu sebagai tanda bukti bahwa mereka telah melapor atau mengadu, sehingga apabila laporan atau aduan mereka tidak diproses oleh penyidik atau penyelidik maka mereka bisa menuntut penyidik atau penyelidik tersebut dengan bukti Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan tersebut. Idealnya KUHAP kita telah mengatur tentang hak-hak warga negaranya untuk melaporkan atau mengadukan adanya dugaan suatu tindak pidana, dan juga telah mengatur mengenai kewajiban dari penyidik atau penyelidik untuk menerima laporan atau pengaduan serta memberikan STPL/P kepada pelapor atau pengadu sebagai tanda bukti atau jaminan dari hak pelapor atau pengadu agar 3

laporan atau pengaduannya diproses oleh penyidik atau penyelidik. Akan tetapi pada faktanya seringkali penyidik atau penyelidik tidak melaksanakan perintah KUHAP untuk membuatkan dan memberikan STPL/P kepada pelapor atau pengadu, dan hal ini berarti hak masyarakat sebagai pelapor atau pengadu menjadi tidak terjamin karena mereka tidak diberikan STPL/P oleh penyidik atau penyelidik, sehingga apabila laporan atau aduan mereka tidak diproses oleh penyidik atau penyelidik tentunya para pelapor dan pengadu tersebut tidak akan bisa untuk menuntut penyidik atau penyelidik untuk memproses laporan atau aduan mereka karena mereka tidak mempunyai STPL/P sebagai tanda bukti bahwa mereka telah melapor atau mengadu kepada penyidik atau penyelidik. Disinilah penulis menganggap terjadi kesenjangan antara peraturan perundangundangan (KUHAP) dengan pelaksanaannya dilapangan, dimana KUHAP mengharuskan penyelidik atau penyidik untuk memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan akan tetapi penegak hukumnya (penyidik atau penyelidik) sendiri tidak mau melaksanakan ketentuan KUHAP untuk memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan, dan hal ini penulis anggap perlu diadakan penelitian berkaitan dengan masalah tersebut. STPL/P disini mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sebuah penerimaan laporan di kepolisian tentang adanya suatu tindak pidana, STPL/P berfungsi sebagai surat tanda bukti bahwa seseorang tersebut telah melapor kepada polisi tentang adanya suatu tindak pidana yang dilihat, disaksikan, atau dialami oleh pelapor atau pengadu, dan jika STPL/P ini tidak diberikan kepada pelapor atau pengadu maka pelapor atau pengadu tersebut tidak mempunyai tanda 4

bukti bahwa dia telah melapor atau mengadu pada polisi, dan dampaknya jika pelapor atau pengadu tidak mempunyai STPL/P maka kasus tindak pidana yang dilaporkan atau diadukan oleh pelapor atau pengadu apabila tidak diproses oleh polisi maka pelapor atau pengadu tersebut tidak bisa menanyakan perkembangan masalah yang mereka adukan ke polisi karena tidak mempunyai bukti bahwa ia telah melapor, namun apabila pelapor atau pengadu tersebut mempunyai STPL/P maka apabila laporan atau aduannya tidak diproses oleh polisi, pelapor atau pengadu tersebut bisa menuntut polisi apabila tidak memproses laporannya. Sebagai pelapor atau pengadu masyarakat mempunyai hak untuk meminta dibuatkan STPL/P oleh penyelidik atau penyidik, dan dalam hal ini berarti penyelidik dan penyidik mempunyai kewajiban untuk memberikan STPL/P kepada pelapor atau pengadu baik diminta maupun tidak, karena hal ini sudah menjadi ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pasal 108 ayat (6) KUHAP yang wajib dilaksanakan, akan tetapi seringkali walaupun pelapor atau pengadu meminta untuk diberikan STPL/P oleh penyidik atau penyidik akan tetapi penyidik atau penyelidik tidak mau memberikan STPL/P kepada pelapor atau pengadu karena berbagai faktor, dan juga masyarakat kita khususnya masyarakat desa yang kecerdasannya masih kurang tidak mengetahui haknya apabila mereka melapor atau mengadu kepada penyidik atau penyelidik, dan mereka melapor atau mengadu tetapi tidak meminta untuk diberikan STPL/P oleh penyidik atau penyelidik, dan penyidik atau penyelidik pun juga tidak memberitahukan tentang hak mereka sebagai pelapor atau pengadu untuk mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan (STPL/P), dan hal seperti ini dikarenakan 5

mereka tidak mengetahui ketentuan KUHAP tentang pemberian STPL/P karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah. Pihak penyelidik dan penyidik seringkali tidak mau membuatkan STPL/P untuk pelapor atau pengadu kerena berbagai faktor dan terkesan mencari alasan untuk mempersulit pelapor atau pengadu untuk mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan (STPL/P), seperti pada kasus berikut ini: Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Malang mengadukan beberapa anggota paguyuban SDN Kepanjen 2 ke pihak kepolisian terkait pungutan liar. Anehnya, saat melapor ke Polsek Kepanjen terkait perbuatan oknum paguyuban sekolah tersebut, pengadu diminta melengkapi kelengkapan administrasi yang diminta petugas kepolisian dan pengadu tidak diberi Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) oleh Polsek Kepanjen. 1 Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pihak penyelidik atau penyidik kepolisian terkadang memang tidak melaksanakan ketentuan dari Pasal 108 ayat (6) KUHAP, padahal dalam pasal tersebut sudah tercantum kata harus yang hal ini berarti STPL/P tersebut wajib untuk diberikan kepada pelapor atau pengadu, permasalahan inilah yang penulis anggap perlu untuk dilakukannya penelitian mengenai Efektivitas Pasal 108 Ayat (6) KUHAP Mengenai Keharusan Memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan Atau Pengaduan Oleh Penyelidik Atau Penyidik. 1 http://m.beritajatim.com/ diakses tanggal 26 Desember 2013 pukul 10.00 WIB 6

B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana efektivitas pasal 108 ayat (6) KUHAP mengenai keharusan memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan oleh penyelidik atau penyidik? 2. Apa kendala penyelidik atau penyidik dalam memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan? 3. Bagaimana konsekuensi yuridis tidak diterapkannya ketentuan pasal 108 ayat (6) KUHAP bagi penyelidik atau penyidik? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui efektivitas pasal 108 ayat (6) KUHAP mengenai keharusan memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan oleh penyelidik atau penyidik. 2. Untuk mengetahui kendala penyelidik atau penyidik dalam memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan. 3. Untuk mengetahui konsekuensi yuridis tidak diterapkannya ketentuan pasal 108 ayat (6) KUHAP oleh penyelidik atau penyidik. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis a. Diharapkan menjadi hal yang berguna bagi pengembangan penelitian kedepannya terhadap hukum acara pidana khususnya yang berkaitan dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan, sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman terhadap KUHAP bagi kaum akademisi. b. Diharapakan dapat memberikan kontribusi kepada perguruan tinggi dalam hal penelitian lanjutan maupun proses pembelajaran dikelas. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan informatif yaitu sebagai suatu informasi bagi masyarakat tentang implementasi KUHAP bidang hukum pidana dan khususnya pihak kepolisian, memberikan masukan kepada pemerintah terkait permasalahan Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan. Diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam proses pelaporan atau pengaduan serta pemberian Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan sehingga tidak ada yang dirugikan. 8

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis : Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum, harapannya melalui penelitian ini dapat menambah wawasan penulis tentang hukum acara pidana, sehingga nantinya dapat dimanfaatkan untuk penegakan hukum yang lebih baik. 2. Bagi Penegak Hukum : Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian ini akan menjadi sebuah informasi kepada para penegak hukum yang dimana masih banyak terdapat unsur penelantaran dalam proses penerimaan laporan atau pengaduan maupun pemberian Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi terhadap aparat penegak hukum. 3. Bagi Masyarakat : Dengan dilaksanakannya penelitian ini, harapannya masyarakat dapat memahami lebih dalam tentang hak-haknya sebagai pelapor atau pengadu pada proses pelaporan atau pengaduan apabila dalam hal terjadinya tindak pidana yang dialami, dilihat, disaksikan atau menjadi korban dari tindak pidana itu sendiri. F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Untuk penelitian ini penulis memilih metode pendekatan yuridis sosiologis yang mana lebih menekankan melihat hukum dari 9

dua sudut pandang, yaitu dari aspek hukum formil (peraturan perundang-undangan yang berlaku) dan dari hukum materiil (penerapan dilapangan dari hukum formil) yaitu melihat bagaimana hukum itu sendiri di masyarakat. Metode pendekatan ini menurut penulis lebih tepat karena seringkali aturan-aturan hukum tidak sejalan dengan praktiknya dilapangan sehingga menimbulkan permasalahan hukum yang konkrit. 2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Polsek Kepanjen, karena Polsek merupakan tempat untuk melapor atau mengadu masyarakat tentang adanya perbuatan yang patut diduga tindak pidana, dan di Polsek Kepanjen merupakan salah satu pilihan tempat yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dapat dijadikan alternatif pemilihan lokasi, penulis berupaya untuk mendapatkan keterangan dari pihak pihak penyelidik atau penyidik berkaitan dengan pemberian Surat Tanda Penerimaan Laporan atau Pengaduan. 3. Sumber data a. Data primer Untuk data primer, penulis akan menggali data lapangan (langsung) dari pihak penyelidik dan penyidik polsek Kepanjen, baik melalui wawancara, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian data tersebut yang diperoleh dari pihak 10

penyelidik dan penyidik polsek Kepanjen selanjutnya akan diolah oleh penulis. 2 b. Data sekunder Untuk data sekunder, penulis akan menggunakan literaturliteratur yang valid atau dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, bukubuku yang berhubungan dengan objek penelitian Surat Tanda Penerimaan Laporan, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan. 3 4. Teknik pengumpulan data Untuk teknik pengumpulan data penelitian penulis akan menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan. a. Wawancara. Metode interview atau wawancara akan penulis gunakan untuk menggali informasi dari penyidik atau penyelidik polsek Kepanjen berkaitan dengan permasalahan pemberian STPL/P oleh penyidik atau penyelidik kepada pelapor atau pengadu, dimana penulis sebagai pencari informasi atau interviewer dan pihak 2 Zainuddin Ali. 2013. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 106 3 Ibid. 11

penyidik atau penyelidik polsek Kepanjen sebagai informan atau nara sumber. 4 b. Studi Kepustakaan Data kepustakaan diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan pemberian STPL/P oleh penyidik atau penyelidik. 5 Sebagai bentuk olahan dari sumber data sekunder. c. Analisa data Untuk penelitian hukum ini penulis akan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif. Yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analistis, yaitu yang dinyatakan secara tertulis atau lisan oleh pihak penyelidik atau penyidik polsek Kepanjen sebagai responden serta juga tingkah laku yang nyata, yang penulis diteliti dan pelajari sebagai sesuatu yang utuh. 6 G. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan penulisan ini, penulis akan membuat sistematika penulisan dengan tujuan dapat dijadikan acuan dalam 4 Ronny Hanitijo Soemitro. 1985. Metodologi Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal.71 5 Zainuddin Ali. Op.cit. hal. 107 6 Ronny Hanitijo Soemitro. Op.cit. Hal. 93. 12

penulisan, dapat dipertanggung jawabkan, mempermudah penulisan, dan agar terlihat sitematis. 1. BAB I : PENDAHULUAN Subtansi dalam pendahuluan meliputi bebrapa sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian. 2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi uraian tentang teori-teori, doktrin, pendapat ahli hukum, kajian yuridis sesuai dengan hukum yang berlaku yang akan dipakai oleh peneliti untuk mendukung analisa terhadap masalah yang diteliti. 3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari penelitian yang akan dikaji dan dianalisa secara sistematis bedasarkan tinjauan pustaka yang sudah ada dalam bab II. 4. BAB IV : PENUTUP Bab yang terkhir ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah apa yang disimpulkan oleh peneliti dari hasil analisa pada bab III. Dari kesimpulan tersebut maka timbul hal-hal yang akan menjadi saran dan rekomendasi dalam permasalahan yang sudah diteliti. 13