BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum. Salah satu proses pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo (1988) dalam Husna dkk (2011), pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat itu. Jadi, pembangunan dimaksudkan agar ada perubahan positif yang terjadi dalam semua bidang, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, infrastruktur, dan bidang lainnya. Tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri yakni tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui pertumbuhan ekonominya, Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Pandangan demikian merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari proses pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Perjalanan pembangunan di Indonesia sejak jaman kepemimpinan Presiden Sukarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudoyono saat ini, telah 1
2 banyak menghasilkan perkembangan dan kemajuan bagi keberlanjutan pembangunan di Indonesia. Walaupun demikian permasalahan pembangunan di Indonesia masih cukup banyak, angka kemiskinan masih tinggi, kesenjangan sosial, hutang negara, distribusi pendapatan serta disparitas antar daerah akibat ketidakmerataan pembangunan masih menjadi tugas rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan pembangunan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh pemerintah. Lahirkannya UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 menajdi era baru bagi sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Reformasi dalam tata hubungan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai bentuk otonomi daerah dimana pemerintah pusat melimpakan sebagian wewenang kepada daerah untuk mengurusi, mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional mampu mendorong kegairahan daerah untuk mengembangkan perokonomiannya di masing-masing daerah. Sistem desentralisasi fiskal ini mampu memberikan ruang gerak yang lebih bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan berbagai potensi daerahnya. Didalam UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bawha efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan pusat dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-
3 luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan kata lain kesempatan yang diberikan kepada setiap daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota dalam mengembangkan potensi daerah sendiri harus memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, karena setiap daerah memiliki karakter baik itu sosial, budaya, bahkan geografis yang berbeda sehingga perlu kebijakan yang berbeda pula. Era otonomi daerah saat ini, keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung pada keberhasilahan pembangunan daerah. Oleh karena itu setiap daerah dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan potensi daerahnya. John Glasson (1990) dalam Nudiatulhuda (2007) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad,1999). Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur merupakan daerah otonom yang memiliki andil dalam
4 mewujudkan pembangunan nasional melalui pencapaian pembangunan daerah. Keberhasilahan akan pembangunan nasional yang juga didukung dari keberhasilan pembangunan daerah menjadi sangat penting bagi setiap pemerintah daerah termasuk Kabupaten Banyuwangi untuk selalu mendorong laju pembanguanan baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik seperti pembangunan ekonomi dengan meningkatkatkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian akan menjadikan masyarakat semakin sejahtera. Letak geografis Banyuwangi sangat strategis, berada di ujung timur pulau jawa merupakan pintu gerbang koridor ekonomi jawa sebagai Pendorong Industri dan Jasa Nasional, yang menghubungkan dengan Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara sebagai Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Selain itu sumber daya alam yang cukup melimpah tersedia di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Menurut data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah kabupaten Malang dan Jember. Sehingga tidak mengherankan apabila Kabupaten Banyuwangi menjadi bagian dari salah satu lumbung pangan di provinsi Jawa Timur. Selain potensi dibidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi memiliki bentangan pantai yang cukup panjang, sehingga ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat menjadi fokus perhatian pemerintah dalam meningkatkan sektor tersebut melalui berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut. Bukan hal yang tidak mungkin apabila percepatan pengembangan sektor-sektor potensial seperti kekayaan laut dan sektor potensial lainnya ini dapat segera terwujud mengingat potensi yang dimiliki cukup besar.
5 Deklarasi Bupati Banyuwangi Abdullah Azzwar Anas yang menyatakan bahwa Kabupaten Banyuwangi sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru menjadi sebuah momentum yang harus benar-benar dipersiapkan oleh pemerintah daerah Banyuwangi. Pergerakan ekonomi Banyuwangi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dikontribusi oleh dua sektor utama yaitu pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) serta perdagangan, hotel dan restoran. Pertanian memberikan kontribusi rata-rata 46,5 persen sedangkan perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi rata-rata 26,8 persen. Menurut laporan Banyuwangi Economic Outlook 2012 (Sectoral Analysis), sektor pertanian menjadi sektor andalan Banyuwangi, sumbahsihnya paling tinggi diantara sembilan sektor lainnya terhadap PDRB menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dibebearapa tahun terakhir. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, meskipun dalam posisi kedua dalam memberi kontribusi ekonomi Banyuwangi, namun menjadi lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya perekonomian. Sektor ini pada tahun 2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun 2012 mencapai posisi 9,2 persen melampaui total pertumbuhan ekonomi Banyuwangi. Sedangkan sektor pertanian yang menjadi unggulan utama, hanya tumbuh rata-rata 5 persen. Ketika sektor perdagangan, jasa, dan restoran serta sektor konstruksi mengalami trend peningkatan, sektor lainnya akan mengalami trend penurunan. Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini Banyuwangi dalam proses transformasi, dari pertanian ke sektor jasa perdagangan. Sektor pertanian, di samping
6 pertumbuhannya lambat, kontribusinya terhadap total PDRB semakin tahun semakin menurun. Tahun 2007-2008 kontribusi sektor pertanian pada posisi diatas 47 persen, namun pada tahun 2010 turun menjadi 46 persen dan turun lagi pada posisi 45,9 persen pada tahun 2011. Sedangkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, faktanya merupakan sektor terbelakang dalam konstelasi ekonomi Jawa Timur. Rata - rata pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran Jawa Timur lebih tinggi daripada Banyuwangi. Inilah tantangan yang masih harus dihadapi saat ini dan pada tahun-tahun mendatang. Meskipun ekonomi Banyuwangi meunjukan pergerakan yang stabil dan tumbuh meningkat, namun beban dan tantangan masih terbilang cukup tinggi. Perubahan pola sektoral ekonomi yang terjadi seperti telah dijelaskan diatas harus segera mendapat penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak terjadi kebijakan yang salah sasaran, apalagi mengingat saat ini di kawawasan Banyuwangi selatan telah ditemukan sumberdaya alam baru berupa tambang emas, yang kemungkinan bisa menjadi sektor unggulan baru. Penentuan sektor basis sangat perlu segera dilaksankan untuk menentukan sektor mana yang akan mendorong peningkatan PDRB Banyuwangi dan akan menajdi penopang perekonomian. Identifikasi sektor basis yang akan diprioritaskan menjadi sangat penting untuk segera dikerjakan agar daerah dapat segera menggunakan potensi ekonominya secara maksimal.
7 Dari pemaparan bahasan diatas maka diperlukan adanya suatu penelitian untuk mengetahui potensi ekonomi serta identifikasi sektor-sektor yang potensial di Kabupaten Banyuwangi sebagai pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta diera otonomi daerah saat ini. B. Rumusan Masalah Perkembangan kemajuan Kabupaten Banyuwangi pada akhir-akhir ini merupakan hasil dari optimalisasi sumber daya daerah yang dimiliki, sektor pertanian yang masih menjadi sumber utama penyumbang PDRB saat ini menunjukan pergerakan yang menurun, sedangkan sektor perdagangan, jasa dan hotel mulai naik, padahal sektor ini merupakan sektor yang terbelakang. Adanya pergeseran struktur ekonomi ini harus segera ditanggapi melalui identifikasi sektor unggulan yang diharapkan akan menjadi sektor penopang ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Sehingga dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik beberapa pertanyaan: 1. Sektor ekonomi apa saja yang tergolong dalam sektor basis di Kabupaten Banyuwangi? 2. Bagaimanakah kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Banyuwangi? 3. Sektor ekonomi apa saja yang mempunyai potensi daya saing kompetitif dan spesialisasi di Kabupaten Banyuwangi? 4. Bagaimana menentukan prioritas sektor ekonomi di Kabupaten Banyuwangi?
8 C. Batasan Masalah Melihat dari pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti akan membuat batasan masalah agar penelitian ini tetap fokus pada konsentrasi yang ingin diteliti. Didalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas analisis potensi ekonomi daerah dengan menidentifikasi sektor-sektor unggulan dan berdaya saing untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Banyuwangi. Pada penelitian ini tidak dibahas terkait analisis inputouput dan keterkaitan antar daerah sebagai bagaian dari ilmu ekonomi regional. Batasan data yang digunakan adalah data dari tahun 2008-2012. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi daerah Kabupaten Banyuwangi untuk mendorong pengembangan wilayah: 1. Mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang berpotensi untuk dijadikan sektor basis. 2. Untuk mengetahui gambaran kegiatan ekonomi yang potensial, yang dilihat dari sisi pertumbuhan sektor ekonomi. 3. Mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang memliki keunggulan kompetitif dan keunggulan spesialisasi. 4. Untuk mengetahui prioritas sektor ekonomi dikabupaten Banyuwangi yang dapata dikembangkan baik digunakan untuk kebijakan pembangunan daerah maupun pengembangan sektor tersebut.
9 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharpakan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi, informasi serta acuan bagi pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang berminat dibidang ini, dan juga bermanfaat sebagai : 1. Sebagai tambahan referensi tentang analisis potensi ekonomi yang dikemudian hari dapat digunakan sebagai pertimbangan studi-studi selanjutnya. 2. Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai acuan pemerintah sehingga dapat memudahankan pemerintah dalam menentukan perencanaan kebijakan pengembangan wilayah dan pembangunan daerah kabupaten Banyuwangi baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.