BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa wilayah lindung, wilayah budidaya, wilayah pemukiman dan lain-lain. Daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan topografi daerah tersebut. Pada peta topografi batas DAS dapat ditentukan dengan cara membuat garis imajiner yang menghubungkan titik yang memiliki elevasi kontur tertinggi disebelah kanan dan kiri sungai yang ditinjau. Sungai Matakabo memiliki panjang 37.50 km dengan luas DAS 165 km2. Pertumbuhan jumlah penduduk, tekanan sosial ekonomi, dan tekanan pembangunan, menyebabkan penurunan kondisi sumber daya alam, terutama sumber daya tanah, dan air termasuk kondisi DAS. Hal ini dikarenakan timbulnya kerusakan vegetasi penutup tanah yang merupakan faktor terpenting dalam memelihara ketahanan tanah terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam meresap air. Pemanfaatan hasil hutan berupa kayu glondongan oleh perusahan kayu lapis, yang mengelolah kayu glondongan menjadi plywood, blockboard, kayu gergajian dan wood working dengan pengambilan bahan baku dari pulau Seram termasuk DAS Matakabo. Perusahan seharusnya wajib melaksanakan pengelolaan hutan alam produksi secara lestari sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan 1
No.4795/KPTS-II/2002 tentang kriteria dan indikator pengelolan hutan alam produksi lestari pada unit pengelolaan. Namun sampai perusahan berhenti beroperasi tahun 2007 hal itu tidak sepenuhnya dilakukan. Akibat dari pengelolaan hutan tanpa diikuti dengan upaya-upaya konservasi, maka luas hutan dan vegetasi menjadi semakin berkurang, sehingga fungsi sebagai sub sistem perlindungan dalam sistem DAS secara keseluruhan menjadi berkurang. Akibatnya daya dukung lahan terhadap pertumbuhan diatasnya menurun. Hal inilah yang merupakan penyebab utama terjadinya erosi yang akan mengurangi kualitas lahan, baik kesuburan tanah karena terkikisnya lapisan tanah bagian atas (top soil) yang banyak mengandung zat hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, maupun kestabilan tanahnya. Sehingga rawan terhadap bahaya longsor dan erosi lahan. Selain itu erosi juga dapat mengakibatkan terjadinya pendangkalan sungai, saluransaluran irigasi, dan muara-muara sungai dibagian hilir karena terjadinya pengendapan material yang sering disebut sedimentasi. Permasalahan yang terjadi pada DAS Matakabo adalah kerusakan hutan yang mengakibatkan terjadinya erosi lahan dan hasil erosi berupa material batu, pasir dan lumpur yang kemudian diendapkan pada alur sungai. Tingginya endapan sedimentasi mengakibatkan terjadinya pendangkalan alur sungai dan saluransaluran irigasi. Hal ini mengakibatkan debit air untuk kebutuhan irigasi menjadi kecil. B. Rumusan Masalah Pengelolaan hasil hutan kayu oleh perusahan yang tidak diikuti dengan kegiatan-kegiatan konservasi mengakibatkan luas hutan dan vegetasi menjadi 2
semakin berkurang sehingga mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan rentan terhadap terjadinya erosi lahan. Erosi permukaan menyebapkan adanya endapan sedimen di alur sungai Matakabo. Endapan di hulu bendung Matakabo juga mengakibatkan fungsi bendung menjadi tidak optimal. Untuk menangulangi angkutan sedimen yang sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi sungai, pada prinsipnya pengendalian angkutan sedimen adalah mengusahakan agar sedimen dapat terbawa aliran sampai ketempat tertentu yang tidak merugikan. Dalam rangka pengendalian angkutan sedimen yang diakibatkan oleh erosi permukaan maka dilakukan dengan cara membuat bangunan-bangunan pengendali sedimen (BPS) dan melakukan upaya konservasi lain untuk mengurang tingkat erosi permukaan yang terjadi pada DAS Matakabo. Upaya konservasi untuk menanggulangi terjadinya erosi permukaan dapat dilakukan dengan cara vegetasi, yaitu dengan melakukan usaha-usaha sebagai berikut : Usaha untuk menanggulangi terjadinya erosi permukaan dapat dilakukan dengan cara usaha penghijauan lahan (reboisasi). Mencegah terjadinya kebakaran hutan, yang dapat merusak kesuburan tanah dan hilangnya humus-humus di permukaan tanah. Mencegah adanya peladangan yang berpindah-pindah, yang dapat merusak hutan. Mencegah adanya penebangan pohon secara liar dan tidak boleh terjadinya tebang habis pada DAS, yang dapat menyebabkan rusakan hutan, hilangnya humus dan akan menyebabkan terjadinya kepadatan permukaan tanah. 3
Perlu disadari erosi dan sedimentasi merupakan kejadian alami yang mengikuti hukum gravitasi, sehingga menghindarkan terjadinya sedimentasi sebagai akibat proses erosi secara keseluruhan adalah tidak mungkin. Meskipun demikian usaha pengawetan tanah dan pembuatan bangunan air untuk pengendalian erosi dan sedimentasi hingga batas-batas tertentu yang dapat ditolerir, sangat diperlukan dan harus dilakukan. C. Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui besarnya erosi lahan pada DAS Matakabo, serta besarnya sumbangan sedimen yang ditimbulkannya, sehingga dapat ditentukan metode penanggulangan yang tepat dalam menyelesaikan masalah erosi dan pengendapan sedimen yang terjadi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan perhitungan perkiraan laju erosi lahan pada DAS Matakabo. 2. Memperkirakan besar sedimen yang ditimbulakan oleh erosi lahan. 3. Memberikan saran penanggulangan masalah erosi yang terjadi sehingga menimbulkan adanya sedimantasi pada alur sungai Matakabo. Dengan adanya penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus pemecahan masalah tentang erosi lahan yang terjadi pada DAS dan sedimentasi di hilir sungai Matakabo. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat dalam pengambilan kebijakan terutama dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengelolaan wilayah tersebut. 4
D. Batasan Masalah Pada pengkajian ini dibatasi dengan beberapa batasan masalah, agar supaya memberikan hasil kajian yang lebih baik. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. penelitian didasarkan pada data-data sekunder yang ada, 2. penelitian ini menganalisa pengaruh erosi lahan yang terjadi pada DAS terhadap sedimentasi yang terjadi pada alur sungai Matakabo, 3. penelitian ini tidak menganalisa sedimen yang berasal dari erosi tebing dan erosi dasar sungai, 4. metode yang digunakan untuk perhitungan erosi lahan adalah Universal Soil Equation (USLE) sedangkan untuk mengetahui besarnya potensi sedimen dari hasil erosi yang masuk dan terendapkan dihilir sungai Matakabo digunakan metode Sediment Delivery Ratio (SDR) 5. asumsi-asumsi lain yang dianggap perlu disajikan pada masing-masing tahapan selanjutnya. 5