ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI KARET DI DESA PULAU JAMBU KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI UMS 2016 Mega Dharma Putra, Dani Prasetyo, Isna Pujiastuti, Th. Retno Wulan; Adaptasi Masyarakat Petani Lahan Sawah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

(Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Kelas X)

ANALISIS HASIL PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

POLA PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN DI JAWA TIMUR*

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

PENGARUH PELATIHAN PEDULI LINGKUNGAN TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA DAERAH RAWAN ABRASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

Tabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Transkripsi:

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Nanang Ahmad Fauzi nanangahmad.fauzi@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract The aim of this research is to identify characteristics of households by poverty status, and examine its relationship with the tidal flood. The research area is the village of Timbulsloko, subdistrict of Sayung which experienced regular severe tidal flooding. The method used was a survey by conducting structured interviews of 100 respondents which were chosen randomly. The result shows that there are one forth of the households in the Timbulsloko included in the category of poor. Poor households are characterized by low education, low productivity, and large household. Poor household expenditures tend to be used to meet the needs of consumer goods. Tidal floods affect to exacerbate poverty. Keywords: Poverty, Tidal Flood, Timbulsloko. Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik rumah tangga menurut status kemiskinan, serta memeriksa hubungannya dengan banjir rob. Lokasi penelitian adalah di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, yang mengalami bencana banjir rob yang parah dan berlangsung secara rutin. Metode yang digunakan adalah survei dengan melakukan wawancara terstruktur terhadap 100 responden yang dipilih secara random. Hasilnya diperoleh bahwa terdapat seperempat rumah tangga di Desa Timbulsloko termasuk dalam kategori miskin. Rumah tangga miskin tersebut dicirikan dengan pendidikan dan produktivitas rendah, serta memiliki anggota rumah tangga yang lebih besar. Pengeluaran rumah tangga miskin cenderung digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Banjir rob juga berdampak terhadap semakin parahnya kemiskinan. Kata kunci: Kemiskinan, Banjir Rob, Timbulsloko.

PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan dengan dimensi yang kompleks. Konsep kemiskinan dapat dilihat dari berbagai definisi serta latar belakang yang berbeda-beda. Salah satunya adalah konsep kemiskinan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar (Khomsan dkk, 2015). Definisi tersebut yang digunakan oleh BPS untuk menghitung garis kemiskinan guna menentukan jumlah rumah tangga miskin. Adapun ukuran pemenuhan kebutuhan dasar yang dimaksud berupa pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Selain faktor dari dalam orang miskin, kemiskinan juga dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar. Salah satunya adalah faktor wilayah yang memiliki keterbatasan sumberdaya. Terdapat beberapa wilayah yang identik dengan sebagai konsentrasi penduduk miskin, salah satunya adalah wilayah pesisir. Berbeda dengan karakteristik wilayah miskin lain, pesisir pada dasarnya memiliki sumberdaya yang melimpah. Akan tetapi adanya keterbatasan seperti pembangunan yang tidak merata ataupun terjadinya bencana, mengakibatkan wilayah pesisir umumnya menjadi konsentrasi penduduk miskin. Salah satu bencana yang saat ini banyak terjadi di wilayah pesisir adalah banjir rob. Banjir rob terjadi karena kenaikan muka air laut sebagai akibat dari fenomena pemanasan global. Banjir rob menimbulkan kerugian berupa hilangnya mata pencaharian dan berkurangnya penghasilan akibat terendamnya lahan produktif (Damaywanti, 2013). Berbagai kajian menunjukkan adanya keterkaitan terjadinya bencana dengan peningkatan kemiskinan. Umumnya kemiskinan yang terjadi setelah bencana disebabkan oleh keterbatasan akses pangan (Ermawati, 2011) serta hilangnya aset dan lapangan pekerjaan (Kharisma dan Prakoso, 2012). Sebagai negara kepulauan, beberapa daerah di Indonesia juga dilanda oleh banjir rob. Salah satunya adalah Kecamatan Sayung di Kabupaten Demak yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Banjir rob telah melanda seluruh desa pesisir yang terdapat di Kecamatan Sayung. Berkaitan dengan kondisi kemiskinan, desa-desa pesisir di Kecamatan Sayung umumnya memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Terdapat 3 dari 4 desa pesisir termasuk dalam 10 desa dengan tingkat kemiskinan tertinggi

di Kecamatan Sayung (BPS Kabupaten Demak, 2015). Desa Timbulsloko merupakan salah satu desa pesisir yang terdapat di Kecamatan Sayung. Desa Timbulsloko menjadi salah satu desa yang mengalami dampak terparah akibat banjir rob. Banjir rob telah menggenangi hampir seluruh wilayah desa yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan tambak. Aktivitas penduduk yang banyak bergantung pada usaha tambak ini menarik untuk dilihat pengaruhnya terhadap munculnya fenomena kemiskinan akibat terjadinya bencana. Utamanya mengingat penduduk miskin METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Timbulsloko sebagai salah satu desa yang ada di Kecamatan Sayung (Gambar 1). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan pertimbangan tingkat kemiskinan yang terdapat di desa serta keparahan mengalami bencana banjir rob. Desa Timbulsloko sendiri berada di urutan keenam sebagai desa dengan penerima bantuan penduduk tidak mampu di Kecamatan Sayung. Sedangkan bencana banjir rob yang terjadi mengakibatkan erosi dan menggenangi hampir seluruh wilayah desa. yang umumnya paling rentan dan parah terkena dampak dari suatu bencana. Sehingga menarik untuk dilihat keterkaitan kemiskinan dan bencana. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengidentifikasi besar penghasilan dan alokasi pengeluaran rumah tangga menurut status kemiskinan. 2. Mengindentifikasi karakteristik rumah tangga menurut status kemiskinan. 3. Mengidentifikasi pengaruh banjir rob terhadap kemiskinan. Gambar 1 Peta Lokasi Kajian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus slovin: NN nn = 1 + NN. ee 2

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah total populasi e = Batas toleransi eror (10%) Hasilnya diperoleh 92 responden yang dibulatkan menjadi 100 responden. Pemilihan sampel dilakukan secara random untuk kemudian dilakukan wawancara secara terstruktur. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara merata ke seluruh wilayah desa yang terbagi dalam empat dusun. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penghasilan dan Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga, diperoleh bahwa terdapat 24 rumah tangga yang termasuk sebagai rumah tangga miskin (Tabel 1). Berdasarkan status kemiskinan, 11 dari 24 rumah tangga miskin tersebut termasuk sebagai rumah tangga sangat miskin. Sedangkan 14 dari 76 rumah tangga tidak miskin termasuk sebagai rumah tangga hampir miskin. Sehingga secara keseluruhan terdapat sekitar 40 persen rumah tangga di Desa Timbulsloko memiliki permasalahan kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Desa Timbulsloko relatif besar, khususnya jika dibandingkan tingkat kemiskinan yang terdapat di Kabupaten Demak maupun Provinsi Jawa Tengah yang berada pada kisaran 10-15 persen. Tabel 1 Status Kemiskinan Rumah Tangga Status RT Status Kemiskinan Jumlah Tidak Tidak 62 Hampir 14 13 Sangat 11 Dari segi pengeluaran, rumah tangga miskin cenderung memiliki pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 2 yang menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran konsumsi makanan rumah tangga berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan. Artinya semakin miskin rumah tangga memiliki alokasi pengeluaran makanan yang lebih besar. Tabel 2 Persentase Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Kemiskinan Pengeluaran Konsumsi Makanan Bukan Makanan Tidak 64,10 35,90 Hampir 67,30 32,70 75,70 24,30 Sangat 78,62 21,38 Keseluruhan 67,65 32,35 Adapun berdasarkan komoditasnya, padi-padian memiliki alokasi terbesar

konsumsi makanan baik pada semua status kemiskinan rumah tangga. Hal yang menarik adalah alokasi pada komoditas tembakau dan sirih yang menunjukkan angka relatif tinggi. Pengeluaran konsumsi bukan makanan pada rumah tangga yang lebih miskin menunjukkan semakin besar pada komoditas rekening listrik dan telepon serta gas dan minyak tanah. Hal ini berbeda dengan rumah tangga yang lebih tidak miskin yang memiliki alokasi relatif merata pada semua komoditas, dengan alokasi tertinggi pada biaya pendidikan. Tabel 3 Kontribusi Penghasilan Kepala Rumah Tangga Terhadap Penghasilan Total Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan Status Kemiskinan Persentase Tidak 66,99 Hampir 50,81 32,81 Sangat 59,79 Dari segi penghasilan, secara per kapita, rumah tangga yang lebih miskin memiliki penghasilan yang lebih rendah. Adapun besar kontribusi kepala rumah tangga terhadap penghasilan total rumah tangga menunjukkan kecenderungan yang semakin besar pada rumah tangga tidak miskin (Tabel 3). Artinya penghasilan kepala rumah tangga tidak miskin semakin besar kontribusinya terhadap penghasilan total rumah tangga. Pengecualian terdapat pada rumah tangga sangat miskin yang memiliki kontribusi penghasilan kepala rumah tangga yang cukup tinggi. B. Karakteristik Rumah Tangga Terdapat perbedaan karakteristik rumah tangga menurut status kemiskinan. Perbedaan pertama yang dapat dilihat adalah perbedaan rata-rata anggota rumah tangga. Terdapat kecenderungn bahwa semakin miskin rumah tangga, memiliki rata-rata anggota rumah tangga yang lebih kecil (Tabel 4). Hal ini tentunya berbeda dengan kondisi yang secara umum menunjukkan bahwa rumah tangga miskin memiliki rata-rata anggota rumah tangga yang lebih besar. Meskipun rumah tangga tidak miskin memiliki rata-rata anggota rumah tangga paling kecil. Adapun secara keseluruhan, rata-rata anggota rumah tangga di Desa Timbulsloko adalah 4,11. Tabel 4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan Status Rata-rata Anggota Kemiskinan Rumah Tangga Tidak 3,94 Hampir 4,64 4,31 Sangat 4,18 Keseluruhan 4,11 (Sumber: Olah data primer, 2017)

Perbedaan berikutnya khususnya dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan produktivitas. Dari segi tingkat pendidikan, dapat dilihat bahwa secara umum tingkat pendidikan kepala rumah tangga di Desa Timbulsloko rendah. Sebagian besar hanya memiliki pendidikan pada tingkat SD/MI (Tabel 5). Berdasarkan status kemiskinan, semakin miskin rumah tangga memiliki kepala rumah tangga dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya kepala rumah tangga yang memiliki pendidikan SD/MI. Tabel 5 Pendidikan Kepala dan Anggota Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Tingkat Pendidikan Kemiskinan SD SMP SMA Kepala Rumah Tangga Tidak 64,52 19,35 16,13 Hampir 71,43 28,57 0,00 69,24 15,38 15,38 Sangat 90,91 9,09 0,00 Anggota Rumah Tangga Tidak 65,17 18,85 15,98 Hampir 76,92 18,46 4,62 69,64 12,50 17,85 Sangat 67,39 17,39 15,22 Tabel 5 juga menunjukkan bahwa anggota rumah tangga memiliki tingkat pendidikan yang tidak jauh berbeda dibandingkan kepala rumah tangga. Sebagian besar juga memiliki pendidikan SD/MI. Adapun perbedaan tingkat pendidikan hanya terdapat pada rumah tangga sangat miskin. Terdapat lebih sedikit anggota rumah tangga yang memiliki pendidikan SD/MI dan disertai dengan semakin banyaknya anggota rumah tangga yang dapat melanjutkan sampai pada pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA. Hal ini dapat mengindikasikan rumah tangga sangat miskin mengalami peningkatan kualitas pendidikan paling tinggi dibandingkan rumah tangga yang lain. Tabel 6 Status Kerja Kepala Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Kemiskinan Status Kerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak 93,55 6,45 Hampir 78,57 21,43 69,23 30,77 Sangat 54,55 45,45 Dari segi produktivitas, dapat dilihat berdasarkan status kerja kepala. Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa semakin miskin rumah tangga memiliki kepala rumah tangga tidak bekerja yang semakin banyak. Hal ini menunjukkan produktivitas kepala rumah tangga yang lebih rendah pada rumah tangga yang lebih miskin. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan kontribusi penghasilan kepala rumah tangga terhadap

penghasilan total rumah tangga yang cenderung semakin kecil pada rumah tangga yang semakin miskin. Tabel 7 Sektor Pekerjaan Kepala dan Anggota Rumah Tangga menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Sektor Pekerjaan Kemiskinan 1 2 3 4 Kepala Rumah Tangga Tidak 22,58 53,23 17,74 6,45 Hampir 0,00 50,00 28,57 21,43 7,69 30,77 30,77 30,77 Sangat 18,18 36,36 0,00 45,46 Anggota Rumah Tangga Tidak 4,00 68,00 28,00 Hampir 0,00 88,24 11,76 5,88 76,47 17,65 Sangat 6,67 80,00 13,33 Keterangan: 1: Pertanian, 2: Manufaktur, 3: Jasa, 4: Tidak Bekerja. Menurut sektor pekerjaan, mayoritas kepala rumah tangga bekerja di sektor manufaktur sebagai buruh pabrik dan bangunan (Tabel 7). Hal ini terdapat pada semua rumah tangga menurut status kemiskinan. Banyaknya kepala rumah tangga yang bekerja di sektor manufaktur mungkin berkaitan dengan keberadaan pabrik di sepanjang jalur pantura dan jarak dengan Kota Semarang yang masih terjangkau. Hal yang sama juga terjadi pada sektor pekerjaan anggota rumah tangga usia produktif yang bekerja. Terdapat kecenderungan bahwa anggota rumah tangga memilih pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan kepala rumah tangga. C. Pengaruh Banjir Rob terhadap Kemiskinan Penggunaan lahan di Desa Timbulsloko didominasi oleh lahan tambak. Hal ini menunjukkan bahwa meskpirun saat ini tidak lagi produktif, tambak merupakan sumberdaya lahan yang tersedia di dalam desa. Kepemilikan lahan dapat menjadi aset penting terutama bagi rumah tangga yang memiliki sumber utama perekonomian pada sektor pertanian. Terdapat cukup banyak rumah tangga di Desa Timbulsloko yang memiliki lahan tambak. Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir setengah rumah tangga di Desa Timbulsloko memiliki lahan. Berdasarkan status kemiskinan, kepemilikan lahan terbanyak terdapat pada rumah tangga tidak miskin dan sangat miskin. Hal ini menarik karena menunjukkan kedua status rumah tangga tersebut memiliki modal yang sama dalam hal kepemilikan sumberdaya lahan.

Tabel 8 Kepemilikan Lahan menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Kepemilikan Lahan Kemiskinan Ya Tidak Tidak 45,16 54,84 Hampir 21,43 78,57 38,46 61,54 Sangat 45,45 54,56 Dari segi jenisnya, lahan yang dimiliki hampir seluruhnya berupa lahan tambak. Kepemilikan lahan dapat berperan penting bagi rumah tangga karena produktivitas yang dihasilkan oleh lahan tersebut dapat menjadi sumber penghasilan utama atau tambahan. Dari segi luas kepemilikan lahan, terdapat perbedaan luas kepemilikan lahan pada masing-masing status kemiskinan rumah tangga. Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata luas kepemilikan lahan terbesar terdapat pada rumah tangga tidak miskin, dan terkecil pada rumah tangga hampir miskin. Adapun komoditas yang dibudidayakan umumnya adalah bandeng dan udang. Tabel 9 Rata-rata Luas Kepemilikan Lahan menurut Status Kemiskinan Status Rata-rata Luas Kemiskinan Lahan (ha) Tidak 1,39 Hampir 0,50 1,30 Sangat 0,95 Keseluruhan 1,27 Lahan-lahan yang terdapat di Desa Timbulsloko memiliki produktivitas yang tinggi. Rata-rata produktivitas lahan tambak untuk budidaya bandeng di Desa Timbulsloko adalah sebesar 2,63 kw/ha/panen yang umumnya dilakukan dalam kurun waktu 4 bulan sekali. Sedangkan rata-rata produktivitas lahan tambak untuk budidaya udang adalah sebesar 3 kg/ha/panen yang umumnya dilakukan setiap hari. Nilai jual dari masing-masing komoditas tersebut adalah sekitar Rp. 25.000,00/kg untuk bandeng, dan Rp. 35.000,00/kg untuk udang. Sehingga dapat diperoleh estimasi hasil untuk setiap kali panen bandeng sebesar Rp. 6.575.000,00/ha dan untuk setiap kali panen udang sebesar Rp 105.000,00/ha. Adapun saat ini lahan tambak umumnya tidak dapat optimal bahkan tidak dapat dilakukan budidaya. Sehingga dapat diestimasikan kerugian penghasilan yang hilang adalah sebesar estimasi hasil panen tambak tersebut. Dari segi pekerjaan, banjir rob juga berpengaruh terhadap perubahan pekerjaan, khususnya pekerjaan kepala rumah tangga. Tabel 10 menunjukkan terdapat hampir setengah dari keseluruhan kepala rumah tangga di Desa Timbulsloko pernah ganti pekerjaan. Tahun ganti pekerjaan kepala rumah

tangga juga relatif sesuai dengan waktu terjadinya banjir rob yang semakin parah dalam kurun 10 tahun terakhir. Adapun berdasarkan status kemiskinan, rumah tangga hampir miskin memiliki kepala rumah tangga paling banyak ganti pekerjaan. Hal ini berbanding terbalik dengan rumah tangga miskin yang paling sedikit memiliki kepala rumah tangga ganti pekerjaan. Tabel 10 Kepala Rumah Tangga Pernah Ganti Pekerjaan menurut Status Kemiskinan (dalam persen) Status Ganti Pekerjaan Kemiskinan Ya Tidak Tidak 45,16 54,84 Hampir 50,00 50,00 30,77 69,23 Sangat 45,45 54,55 Keseluruhan 44,00 56,00 Tabel 11 menunjukkan perubahan pekerjaan yang dialami oleh kepala rumah tangga. Perubahan pekerjaan tersebut menunjukkan adanya transformasi sektor pekerjaan kepala rumah tangga dari sektor pertanian kepada sektor manufaktur. Terjadi penurunan jumlah kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian dan dibarengi dengan bertambahnya jumlah kepala rumah tangga yang bekerja di sektor manufaktur dan jasa. Berdasarkan status kemiskinan rumah tangga, semua kepala rumah tangga miskin dan sangat miskin sebelumnya bekerja di sektor pertanian. Hal ini berbeda dengan kepala rumah tangga hampir miskin yang sebelumnya memiliki pekerjaan di sektor pertanian dan manufaktur, serta kepala rumah tangga tidak miskin yang sebelumnya terdapat pada ketiga sektor pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin dan sangat miskin merupakan rumah tangga yang sebelumnya bergantung pada aktivitas pertanian. Tabel 11 Sektor Pekerjaan Kepala Rumah Tangga yang Pernah Ganti Pekerjaan Sektor Pekerjaan Sekarang Sebelumnya Pertanian 11 23 Manufaktur 18 14 Jasa 10 7 Tidak bekerja 5 0 Total 44 44 Perubahan pekerjaan kepala rumah tangga berkonsekuensi terhadap penghasilan yang diperoleh. Tabel 12 menunjukkan lebih dari separuh kepala rumah tangga yang harus mengalami penurunan penghasilan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pekerjaan baru yang dimiliki kepala rumah tangga tidak lebih baik dari segi penghasilan. Berdasarkan status kemiskinan rumah tangga, semua kepala rumah tangga miskin dan sangat miskin mengalami

penurunan penghasilan setelah ganti pekerjaan. Sehingga mengindikasikan bahwa perubahan pekerjaan justru berpengaruh terhadap semakin parahnya kemiskinan yang dialami oleh rumah tangga. Tabel 12 Perbandingan Penghasilan Kepala Rumah Tangga yang Pernah Ganti Pekerjaan Perbandingan Penghasilan Jumlah Turun 25 Naik 6 Sama saja 11 Tidak tahu/tidak menjawab 2 Total 44 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperempat dari seluruh jumlah rumah tangga di Desa Timbulsloko tergolong miskin. Dari segi pengeluaran, rumah tangga miskin cenderung memiliki pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Rumah tangga miskin memiliki karakteristik produktivitas dan pendidikan yang rendah. Di sisi lain, banjir rob juga mengakibatkan semakin parahnya kemiskinan yang terjadi di Desa Timbulsloko. Hal ini dapat dilihat dari segi kerugian akibat hilangnya lahan tambak serta perubahan pekerjaan yang disertai dengan turunnya penghasilan kepala rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Demak. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Sayung Tahun 2015. Demak: BPS Kabupaten Demak. Damaywanti, K. 2013. Dampak Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial. Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (hal. 363-367). Semarang: Magister Ilmu Lingkungann UNDIP. Ermawati, R. O. 2011. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Kharisma, L. O., dan Prakoso, E. 2012. Dampak Bencana Lahar Dingin pada Perubahan Strategi Penghidupan Masyarakat Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Bumi Indonesia, 1(2). Khomsan, A., Dharmawan, A. H., Saharuddin, Alfiasari, Syarief, H., dan Sukandar, D. 2015. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.