HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

SIFAT FISIKA KIMIA terhadap FARMAKOKINETIK (Absorbsi Distribusi Ekskresi)

PENDAHULUAN KIMIA MEDISINAL

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

1. Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dlm tanaman yg secara empirik tlh digunakan utk pengobatan 2. Sintesis struktur analog dari btk dsr seny.

parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

1. Isolasi dan identifikasi senyawa aktif dlm tanaman yg secara empirik tlh digunakan utk pengobatan 2. Sintesis struktur analog dari btk dsr seny.

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2/20/2012. Oleh: Joharman

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

kimia medisinal

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

FARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini

Pengantar Farmakologi

PENGANTAR FARMAKOLOGI

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

HUBUNGAN STRUKTUR, KELARUTAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Keperawatan

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

HKSA DENGAN SIFAT MEMBRAN SEL

Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Gambar 1.1. Struktur asam asetilsalisilat (Departemen Kesehatan RI, 1995).

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

TUGAS FARMAKOKINETIKA

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

Toksikodinamik dan toksikokinetik

Kelarutan & Gejala Distribusi

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS)

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Absorbsi obat berdasarkan tempat pemberian

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel.

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

PRINSIP KERJA OBAT. Pengertian

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB I PENDAHULUAN. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROSES PELEPASAN, PELARUTAN, DAN ABSOPRSI

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

Transkripsi:

UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium Kimia Medisinal Proses absorpsi dan distribusi obat Distribusi Absorpsi m.b. m.b. O Obat m.b. (membran biologis) O O Reseptor O + R + + + P P P (Protein) (OP) (OP) (OP) Cairan intravaskular Cairan interstisial Cairan interseluler (OR) Kompleks Respons biologis Fasafasa penting dalam kerja obat Pabrikasi (formulasi, dosis)

Bentuk sediaan per oral, rektal Fasa farmasetik Saluran cerna (pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif) Absorpsi (ketersediaan hayati) per i.m. Peredaran darah Fasa farmakokinetik (ADME) Jaringan (Depo) Obat bebas Protein plasma Ekskresi bioinaktivasi per i.v. Fasa farmakodinamik Reseptor bioaktivasi Metabolisme Respons biologis Toksisitas ubungan perubahan p dengan % bentuk molekul Asam lemah Basa lemah 1 % Bentuk Molekul 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 p Bentuk mol. obat Æ mudah larut dalam lemak Æ mudah menembus membran biologis Æ jumlah yang berinteraksi dengan reseptor besar Æ aktivitas biologis besar pula Absorpsi Obat melalui Saluran Cerna per oral ArN2 Lemak membran ArN2 Plasma ( p = 7,4) ArN2 Lambung (p = 1 3) + ArN3 + ArN3 + ArN3 Usus (p = 5 8) ArN2 ArN2 Distribusi teoritis senyawa amin aromatik (ARN2, pka = 4,) dalam saluran cerna ubungan pka dengan fraksi obat terionisasi (Ci) dan yang tidak terionisasi (bentuk molekul = Cu) dinyatakan melalui persamaan endersonasselbalch : Untuk asam lemah : pka = p + log Cu/Ci Contoh : RCOO RCOO + + pka = p + log (RCOO)/(RCOO) Untuk basa lemah : pka = p + log Ci/Cu Contoh : RN3+ RN2 + + pka = p + log (RN3+)/(RN2) Perbandingan absorpsi beberapa obat yang bersifat asam atau basa pada berbagai p di lambung dan usus halus tikus Obat pka % Absorpsi Lambung Tikus Usus alus Tikus p 1 p 8 p 4 p 8 Asam Asam salisilat 3, 61

13 64 1 Asetosal 3,5 35 41 Tiopental 7,6 46 34 Fenol 9,9 4 4 Asam benzoat 4,2 62

5 Asam sulfonat Anilin 4,6 6 56 4 61 ptoluidin 5,3 47 3 64 Aminopirin 5, 21 52 Kuinin

8,4 18 9 54 Basa Benzalkonium klorida ubungan koefisien partisi kloroform/air (P) dan prosen absorpsi bentuk molekul beberapa senyawa asam dan basa Nama Obat P*) % Absorpsi Tiopental 1 67 Anilin 26,4 54 Asetanilid 7,6 43 Asetosal

2, 21,8 5 <,2 <2 Asam barbiturat Manitol P, Kelarutan dalam lemak Absorbsi bentuk molekul Interaksi Obat dengan Biopolimer Æ mempengaruhi awal kerja, masa kerja dan besar efek biologis obat Interaksi Tidak Khas Interaksi Khas Interaksi tidak khas Æ interaksi obat dengan biopolimer Æ hasilnya tidak memberikan efek yang berlangsung lama Æ tidak terjadi perubahan struktur mol. obat / biopolimer Æ bersifat reversibel Æ ikatan kimia yang terlibat kekuatannya relatif lemah Æ tidak menghasilkan respons biologis. Interaksi Obat dengan Protein Sifat Æ reversibel. Ikatan kimia yang terlibat : ikatanikatan ion, hidrogen, hidrofob dan ikatan van der Waals. 6,5 % komposisi darah Æ protein, ± 5 % dari protein Æ albumin, BM ± 69., bersifat amfoter, p isoelektrik < p fisiologis (7,4) Æ dalam darah bermuatan negatif. Albumin mengandung ion Zwitter (gugus N3+ dan COO) Æ dapat berinteraksi dengan kation dan anion obat. Kadar obat bebas dalam darah berkaitan dengan kadar obat yang terikat oleh protein plasma. Bila protein plasma telah jenuh, obat bebas dalam cairan darah berinteraksi dengan reseptor Æ respons biologis (+). Bila kadar obat bebas dalam darah, kompleks obatprotein plasma terurai dan obat bebas kembali ke plasma darah. Untuk berinteraksi dengan protein plasma, molekul obat harus mempunyai struktur dengan derajat kekhasan tinggi. Contoh : Analog tiroksin, untuk dapat bergabung secara maksimal dengan albumin plasma, strukturnya harus mempunyai : a. struktur inti difenileter, b. empat atom iodida pada posisi 3,5 dan 3',5', c. gugus hidroksil fenol bebas, d. rantai samping alanin atau gugus anion yang terpisah dengan tiga atom C dari inti aromatik. Bila salah satu keempat syarat di atas tidak dipenuhi Æ penggabungan analog tiroksin dengan albumin plasma ubungan struktur analog tiroksin dengan penggabungan albumin plasma 3' 3 Struktur umum : R

R' O O 5 5' R 3,5 3,5 R 1 C2C(N2)COO 5 a, b, c, d (+) 2 C2 C2 COO 16 a, b, c, d (+) 3

C2 COO 1 d () 4 COO 72 d () 5 C2 C2 N2 32 d () 6 C3 C2 C(N2 )COO 2 c () 7

Cl, Cl Cl, Cl C2 C(N2 )COO 23 b () 8 I, C2 C(N2 )COO 24 b () 9, C2 C(N2 )COO 6 b () 1,, C2 C(N2 )COO 66 b ()

No. Tetapan Persyaratan Penggabungan Fungsi kompleks obatprotein : 1. Transpor senyawa biologis, contoh : pengangkutan O2 oleh hemoglobin, Fe oleh transferin dan Cu oleh seruloplasmin. 2. Detoksifikasi keracunan logam berat, contoh : pada keracunan g, g diikat secara kuat oleh gugus S protein sehingga efek toksisnya dapat dinetralkan. 3. Meningkatkan absorpsi obat, contoh : dikumarol diabsorpsi dengan baik di usus karena dalam darah obat diadsorpsi secara kuat oleh protein plasma. 4. Mempengaruhi sistem distribusi obat Æ membatasi interaksi obat dengan reseptor, menghambat metabolisme dan ekskresi obat Æ memperpanjang masa kerja obat. Contoh : suramin, obat antitripanosoma, dosis tunggal diberikan secara I.V., Æ mencegah serangan penyakit tidur selama 23 bulan, karena ukuran molekul besar Æ tidak dapat melewati filtrasi glomerulus dan ikatan kompleks suraminprotein plasma cukup kuat Æ kompleks terdisosiasi dengan lambat, melepas obat bebas sedikit demi sedikit. Interaksi Obat dengan Jaringan Obat dapat berinteraksi dengan jaringan membentuk depo di luar plasma darah Contoh : Klorpromazin, kadar dalam jaringan otak dan plasma darah (51 : 11) Jaringan otak Membran lemak Obat bebas = 1 Obat terikat = 5 Total = 51 Plasma darah Obat bebas = 1 Selektif permeabel Obat terikat = 1 Total = 11 Kuinakrin (Atebrin), antimalaria, kadar total obat dalam jaringan hati 2 x > protein plasma, setelah 4 jam pemberian per oral.

Pengikatan obat oleh protein plasma dan jaringan dapat memberi penjelasan mengapa kadar total obat yang tinggi dalam darah belum tentu mempunyai keefektifan yang tinggi. Obat terikat Kadar total Obat bebas KEM Darah Jaringan Obat A Darah Jaringan Obat B Æ Respons biologis ditentukan oleh kadar obat bebas dalam darah dan bukan kadar total obat dalam darah. Interaksi Obat dengan Asam Nukleat Obat tertentu dapat berinteraksi dengan asam nukleat dan terikat secara reversibel pada asam ribosa nukleat (ARN), asam deoksiribosa nukleat (ADN) atau nukleotida inti sel. Contoh : Kuinakrin, terikat pada asam nukleat dengan kuat sehingga untuk mencapai secara cepat kadar kemoterapetik harus diberikan dosis awal yang besar. Interaksi Obat dengan Jaringan Lemak Kelarutan dalam lemak dapat berpengaruh terhadap aktivitas obat. Contoh : Tiopental (pka = 7,6), nilai P lemak/air = 1 (log P = 2). Dalam plasma darah (p = 7,4), terdapat dalam bentuk mol. ± 5 % Æ kelarutan dalam lemak besar. Pemberian dosis tunggal secara I.V., obat cepat didistribusikan ke jaringan otak (SSP) Æ terjadi efek anestesi (awal kerja obat cepat). Tiopental juga cepat terakumulasi dalam depo lemak Æ kadar obat dalam plasma drastis. Untuk mencapai kesetimbangan, tiopental pada jaringan otak masuk kembali ke plasma darah Æ kadar anestesi tidak tercapai lagi (masa kerja obat singkat). Pengaruh Lainlain dari Interaksi Tidak Khas Afinitas terhadap tempat pengikatan (binding site) tiap obat berbedabeda Æ terjadi persaingan antar molekul obat atau antara molekul obat dengan bahan normal tubuh dalam memperebutkan tempat pengikatan. Obat B Obat A Albumin + Obat A bebas Afinitas obat B terhadap albumin > obat A

Contoh: 1. Turunan fenilbutazon, kumarin dan asam salisilat dapat mendesak turunan sulfonamida dari ikatannya dengan albumin. Sulfonamida yang terbebaskan Æ menimbulkan efek antibakteri lebih lanjut. 2. Asam salisilat dosis tinggi dapat mendesak tiroksin dari ikatannya dengan protein plasma. Tiroksin yang terbebaskan berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis.