BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di kelas. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. atas sesudah program pendidikan dasar sembilan tahun, secara umum sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dalam masyarakat, juga untuk menjawab tentang masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab (Pasal 3, Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi seperti saat ini. (Rudiono, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

yang lebih baik dalam rangka mewujudkan SDM yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu diantara upaya untuk meningkatkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah atas yang tersedia dalam rangka menyiapkan tenaga kerja siap

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), secara mendasar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. dengan Kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Hal demikian dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dan bahagia menurut konsep kehidupan mereka. memiliki potensi untuk menciptakan peserta didik yang cerdas, hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penghasil tenaga-tenaga terampil di berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pada umumnya relatif rendah dikarenakan rendahnya pendidikan dan latihan. setiap tahunnya tidak dapat terserap sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TYPE QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

kedalam bentuk nilai maupun sebuah pernyataan. Tabel 1.1 Tuntas Persentase (orang) % % % %

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR DASAR OTOMOTIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan perwujudan diri individu. Tidak seorang pun manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dihadapkan pada berbagai perubahan dalam berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. ekstrakurikuler yang beragam di setiap lembaga pendidikan. adakan di dalam sekolah yang memberikan banyak manfaat kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang harus melakukan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai jenjang pendidikan yang berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk sadar mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa, proses pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik dan berdaya guna yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang baik sehingga mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan hasil pembelajaran. Pada Tahun Ajaran 2012/2013 persentase kelulusan mencapai 67% atau 27 dari 40 siswa yang dapat dikategorikan lulus. Kemudian pada Tahun Ajaran 2013/2014 jumlah siswa yang lulus adalah 25 dari 39 siswa atau yang lulus sebesar 64,1%. Sementara pada Tahun Ajaran 2014/2015 jumlah siswa yang lulus hanya 21 dari 40 siswa atau hanya 52% yang lulus. Berdasarkan hasil obesrvasi dan wawancara dengan guru yang mengajar mata diklat pengelasan di SMK N 2 Panyabungan pada tanggal 11 April 2016 ternyata hasil belajar dan aktivitas siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari data tahun ajaran 2015-2016 banyaknya siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu minimal 70,00. Rendahnya hasil belajar siswa dilatar belakangi oleh beberapa faktor seperti kurangnya minat belajar, motivasi belajar, aktivitas belajar, dan fasilitas belajar. Guru hendaknya senantiasa memotivasi siswa untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan selalu memperhatikan perkembangan siswa 1

2 Untuk menguasai suatu bidang keahlian yang dalam hal ini adalah bidang mengelas, tidak terlepas dari masalah belajar. Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi hasil belajar teknik pengelasan siswa, yakni: 1) yang berasal dari diri sendiri (internal) antara lain kecerdasan dan bakat khusus seperti kurangnya kompetensi keahlian yang dimiliki, perkembangan jasmani da kesehatanya, minat belajar, sikap belajar, cita-cita, kebiasaan belajar dan bekerja, latar belakang pendidikan siswa, kesiapan kerja rendah, rendahnya kreatifitas tamatannya serta tidak ada unsur kemandirian untuk mngembangkan diri sendiri dan lapangan kerja yang tersedia terbatas, 2) yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) antara lain faktor guru, komunikasi antara guru dengan siswa, fasilitas belajar dan lainnya. Tetapi bagaimanapun juga lengkapnya sarana dan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yang disediakan sekolah, tanpa didukung oleh kesiapan psikologis siswa, maka keadaan tersebut tidak akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut (Kartono dkk, 2005). Persentase kelulusan yang masih rendah menjadi faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran khususnya di SMK Negeri 2. Lulusan dari SMK Negeri 2 Panyabungan memiliki keterampilan kerja yang rendah, oleh kerena itu lembaga pendidikan SMK Negeri 2 harus membenahi diri untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap kerja, agar lulusan dari SMK Negeri 2 ini nantinya bisa memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap fropesional dalam lingkungan keahlian tektik pengelasan, mampu memilih karir, mampu berkopetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkungan keahlian kerja dan menjadi tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan

3 indutri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkungan keahlian bekerja. Namun kenyataan saat ini yang di temukan di lapangan adalah bahwa banyak lulusan SMK Negeri 2 tidak tertampung pada dunia usaha dan indutri, karena tidak memiliki kompetensi sesuai dengan standar dunia industry Arisman. (Siburian 2009:94) Di SMK Negeri 2 Panyabungan maupun lembaga pendidikan kejuruan lainnya, pembelajaran praktik berperan sangat penting. Pembelajaran praktik bekerja untuk memperoleh keterampilan atau kompetensi secara optimal. Pembelajaran praktik keterampilan kejuruan di sekolah dengan kinerja strategi industri yang harus dilakukan melalui praktik industri/praktek lapangan di industri/dunia kerja. Pendidikan kejuruan mempunyai kaitan erat dengan dunia kerja atau industri, maka pembelajaran dan pelatihan praktik sama dengan yang dilakukan di industri. Dengan kata lain mereka harus diajar dengan serangkaian latihan praktik yang relevan dengan lapangan kerja (di industri). Materi, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran harus di susun dengan tujuan pembelajaran, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa agar proses pembelajaran berjalan efektif sehingga tercapai kompetensi yang sesuai sasaran. Untuk itu, seorang guru membutuhkan metode yang tepat dan efektif dalam mengoptimalkan keterampilan siswa dalam pembelajaran Pengelasan. Agar siswa mampu menguasai keterampilan kerja yang di harapkan, pengajar/guru harus menerapkan metode/strategi mengajar praktik yang sesuai dengan pembelajaran dan pelatihan praktik. Model atau metode dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi semangat dan hasil belajar siswa. Guru

4 yang mengajar dengan model pembelajaran yang kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi bosan, pasif, dan tidak kreatif. Oleh karena itu guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar tujuan akhir belajar dapat tercapai dengan tepat. Berdasarkan uraian di atas, di perlukan adanya suatu pembelajaran yang menarik, berhadapan dengan materi langsung mudah di pahami, membuat aktif siswa dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi dengan siswa lain guna mencapai tujuan pembelajarannya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan langsung berpusat pada siswa. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek, siswa memproleh pengalaman belajar dalam berbagai pekerjaan dan tnggung jawab untuk dapat dilaksanakan secara terpadu dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu menyelesaikan proyek. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya.

5 Pembelajaran Bebasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep Pendidikan Berbasis Produksi yang dikembangkan disekolah kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi terstandar yang dibutuhkan untuk bekerja di bidang masing-masing. Dengan pembelajaran berbasis produksi peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran ini akan diterapkan untuk penelitian di SMK Negeri 2 Panyabungan dan di harapkan membawa dampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Dengan hasil belajar pengelasan yang tinggi berarti dapat dikatakan siswa tesebut telah memiliki keahlian yang baik di bidang pengelasan sehingga diharapkan mampu bersaing di dunia kerja maupun menciptakan lapangan kerja sendiri. Penelitian tentang model pembelajaran berbasis proyek telah banyak dilakukan, antara lain BF. Simanjuntak (2011), Januardi Efendi (2015) menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek telah memperbaiki hasil belajar siswa di SMK Swasta Teladan Medan dan Rizki Kurniawan (2015) telah menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek telah memperbaiki prestasi siswa dan hasil belajarnya di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Penelitian yang dilakukan atas BF. Simanjuntak (2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek telah memperbaiki hasil belajar siswa di SMK N 1 Merdeka. Perbedaan penelitian yang dilakukan BF. Simanjuntak dengan penelitian ini yaitu BF. Simanjuntak melakukan Penelitian Eksperimen

6 terhadap mata pelajaran merawat peralatan rumah tangga listrik, sedangkan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis melakukan penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Diklat Pengelasan Kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR I) SMK Negeri 2 Panyabungan T.A. 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah diantaranya : 1. Hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Panyabungan pada mata diklat Pengelasan masih tergolong rendah. 2. Kurangnya minat belajar siswa SMK Negeri 2 Panyabungan pada mata diklat Pengelasan. 3. Kurangnya motivasi guru terhadap siswa SMK Negeri 2 Panyabungan dalam pembelajaran mata diklat Pengelasan. 4. Keaktifan siswa masih rendah, ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru yang masih kurang.

7 C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus yaitu sebagai berikut: 1. Hasil belajar dan aktivitas siswa SMK Negeri 2 Panyabungan pada mata diklat Pengelasan masih tergolong rendah. 2. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk meningkatkan hasil belajar siswa. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar Pengelasan siswa kelas XI program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR I) SMK Negeri 2 Panyabungan? 2. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkann keaktifan belajar Pengelasan siswa kelas XI program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR I) SMK Negeri 2 Panyabungan. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar Pengelasaan melalui penggunaan model pembelajaran berbasis proyek pada siswa kelas XI program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR I) SMK Negeri 2 Panyabungan Tahun Ajaran 2016/2017

8 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran dalam upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran Pengelasan. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3. Sebagai bahan pertimbangan yang relevan bagi peneliti yang selanjutnya.