BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Engkoswara, (2001: 2). Kegiatan ini merupakan fungsi pokok kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat. Pembangunan dilakukan secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan kajian teoritik dan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bidang usaha saat ini mencari sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB VIII PENUTUP. diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. produksi) dan mutu proses (teknologi). Demikian juga halnya untuk laman mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang penting dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Maka dari itu indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Sekolah merupakan wadah berlangsungnya proses pendidikan yang melibatkan sejumlah sumber daya yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa dan orang tua siswa. Kartono (1971, hlm.3) menjelaskan, Unsur yang terpenting dalam organisasi apapun adalah manusia sebagai sumber dari segala kegiatan ekonomi, dari manusialah tergantung apakah roda organisasi akan berjalan atau tidak. Komponen penting untuk mencapai tujuan organisasi yang dalam konteks ini berupa sekolah adalah kepala sekolah. Wahjodumidjo yang di kutip oleh Abdullah Munir (2010, hlm.6) mengatakan bahwa, Pengertian kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Oleh sebab itu perilaku kepala sekolah dalam kinerjanya sebagai pemimpin sekolah, harus diarakan guna mencapai tujuan pendidikan. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembankan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam

2 berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang di emban oleh sekolah tersebut. Paradigma tersebut memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pendidikan di sekolah. Kepala sekolah disini harus siap menerima kewenangan tersebut dengan berbagai konsekuensinya. Selain itu, percepatan perkembangan pengetahuan teknologi, dan seni yang merambah ke sekolah-sekolah dapat membuat kompleks kehidupan kepala sekolah. Kepala sekolah sekarang tidak dapat lagi menerima suatu perubahan sebagaimana adanya, tetapi kepala sekolah harus berpikir bagaimana caranya membuat perubahan di sekolah. Supriadi yang dikutip oleh E. Mulyasa (2013, hlm.100) mengungkapkan bahwa: Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Oleh sebab itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang dapat dikatakan berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal-hal yang dipaparkan di atas menjadi lebih penting dan sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Selain kepala sekolah, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan penting terhadap keberhasilan penyelengaraan dan mutu pendidikan.. Hal tersebut di latar belakangi oleh kedudukan guru sebagai tokoh sentral dalam pendidikan yang dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.

3 Guru juga sangat menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan, karena guru berperan sebagai pelaku dan penyelenggara proses pendidikan, sehingga guru harus dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap anak didiknya. Guru memiliki tugas yang besar dalam membentuk dan mencetak peserta didiknya sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Pada umumnya guru di sekolah mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sesuai yang ditulis dalam Peraturan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru memilki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan siswa, karena itu guru dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Kata kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja nyata yang dicapai seseorang. Siagian (2002, hlm.327) berpendapat bahwa: "Kinerja merupakan suatu pencapaian pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari keluaran yang dihasilkan. Pendapat Sergiovanni et.al (1987, hlm.100) menyatakan bahwa: Kinerja guru erat kaitannya dengan peningkatan pemberdayaan guru tersebut dimana guru harus dapat mengkritisi kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan bahan ajarnya serta dapat meningkatkan cara mengajarnya secara efisien. Kinerja guru harus terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Kinerja guru akan menjadi optimal bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, ilkim sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

4 Kinerja guru dapat dikatakan berhasil atau tidak salah satunya dapat dilihat dari prestasi peserta didiknya. Di negara Indonesia sendiri, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat pengukur prestasi belajar peserta didik baik itu di daerah perkotaan maupun perdesaan. IYAA.com (2012) mengemukakan bahwa: Jumlah ketidaklulusan siswa SMA/MA di NTT pada tahun 2012 mencapai 5,50 persen atau tertinggi dari 33 provinsi di Indonesia. Sementara jumlah ketidaklulusan paling sedikit diraih Provinsi Jawa Timur dengan 0,07 persen. NTT kembali menempati urutan teratas ketidaklulusan dengan total 5,50 persen. Jumlah peserta UN SMA/MA tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 36.228 orang, namun yang tidak lulus mencapai 1.994 orang. Sehingga diprosentasikan menjadi 5.50 persen dan merupakan angka ketidaklulusan tertinggi dari semua provinsi di Indonesia. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional 0.50 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan penyetor terbanyak siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) di Indonesia. Sebanyak 36.338 siswa mengikuti UN SMA/MA pada tahun ajaran 2011/2012, namun hanya 1.994 siswa yang berhasil lulus. Dan presesntase ketidak lususan UN di NTT mencapai 5.50 persen yang sangat jauh dibawah ratarata nasional yaitu 0.50 persen. Sementara itu, di Kota Kupang menunjukan fenomena yang sama. Berdasarkan data dari pra-riset yang peneliti lakukan, menunjukan bahwa siswa yang tidak lulus UN kebanyakan merupakan siswa SMA Negeri, sedangkan angka kelulusan SMA Swasta lebih tinggi. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa lebih banyak jumlah siswa SMA Negeri yang tidak lulus dibandingkan jumlah siswa SMA Swasta, menyebabkan banyak orang tua lebih berhati-hati memilih sekolah mana yang akan dipilih bagi anaknya. Di kota Kupang sendiri terdapat beberapa SMA Swasta yang terkenal dengan output yang baik dengan jumlah calon peserta didik yang melimpah. Fenomena di lapangan juga menunjukan terdapat beberapa guru SMA Negeri di Kota Kupang yang belum dapat membuat rancangan program pembelajaran

5 (RPP) dengan baik. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 ayat (1), yang berisi tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Tanpa mengenyampingkan standar proses yang lain, perencanaan program kegiatan pembelajaran adalah tahap yang mempunyai hubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat terlihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran, yaitu dengan mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuatan RPP merupakan salah satu aspek dasar dalam mengukur kinerja guru. Pada tahun 2014 SMA Negeri dan Swasta di Kota Kupang berusaha keras melakukan pembaharuan dalam sistem pendidikannya, sehingga menghasilkan angka kelulusan yang hampir 100%. Angka kelulusan tersebut merupakan bukti adanya peningkatan kinerja guru yang di pacu oleh kinerja kepala sekolah dan berdampak pada kelulusan siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Kota Kupang terdapat 2 SMA Swasta dan 4 SMA Negeri yang dapat dikategorikan favorit. Peneliti pun mengadakan wawancara terhadap kepala sekolah salah satu SMA Swasta dan Negeri favorit. Kepala sekolah SMAN 4 Kupang memaparkan bahwa alat ukur dalam penilaian kinerja kepala sekolah dilakukan oleh pengawas sekolah. Aspek-aspek yang dinilai adalah persiapan proses kegiatan belajar mengajar (KBM), persiapan program semester dan program tahunan. Selain itu kepala sekolah selalu mengadakan rapat pada hari senin untuk mengevaluasi kinerja guru dan melihat rancangan pembelajaran. Selain itu, penyelenggaraan supervisi di SMAN 4 Kupang mempunyai tim-tim tersendiri, dimana seorang guru senior dan pengawas harus mensupervisi guru-guru sesuai dengan ilmu yang mereka kuasasi sehingga

6 hasil supervisi tersebut mengandung unsur saran yang berguna bagi guru yang telah disupervisi. Hasil supervisi harus dilaporkan kepada kepala sekolah. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala SMAK Giovanni menyatakan bahwa alat ukur kinerja kepala sekolah dapat dilihat di program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; hasil ujian nasional; jumlah siswa dalam kenaikan kelas, lomba-lomba baik lomba akademik yang diselenggarakan se-kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional maupun lomba nonakademik diantaranya jurnalistik, pengembangan sastra, olahraga, dan kesenian; presentase siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi; prestasi alumni; program-program inovasi baik guru maupun siswa; dan kepercayaan pemerintah untuk melaksanakan program-program baru. Proses supervisi yang berlangsung pada sekolah ini dilakukan oleh yayasan, dinas/pengawas, guru (kotak saran, pertemuan secara pribadi, dan rapat), dan siswa yang dapat ditulis di kotak saran. Kepala sekolah pun melaksanakan supervisi klinik setiap hari, sedangakan supervisi KBM dilaksanakan bersama pengawas 1 semester 1 kali untuk setiap guru. Dari wawancara yang dilakukan terhadap kedua kepala sekolah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan dalam kinerja kepala sekolah di SMA Negeri dan SMA Swasta. Kepala sekolah SMA Swasta lebih melihat peluang dimana dapat mencapai inovasi-inovasi terbaru demi menambah nilai jual pada sekolah tersebut. Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap salah satu pengawas SMA Negeri dan Swasta, bahwa tidak semua SMA Swasta mempunyai kepala sekolah yang berkinerja baik, begitu pula dengan SMA Negeri. Hanya SMA favorit saja yang menomorsatukan kinerja kepala sekolah dan kinerja guru. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat kinerja kepala sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kota Kupang dalam meningkatkan kinerja guru. Selain itu untuk melihat penyebab dari perbedaan jumlah peminat serta kelulusan peserta didik di

7 SMA Swasta dan SMA Negeri, maka peneliti ingin melakukan studi komparasi kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Kupang. Berdasarkan pemikiran dan uraian tersebut, maka penulis menganggap masalah ini menarik untuk diteliti, sehingga penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul: Studi Komparasi Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Kupang. B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian merupakan pokok yang menjadi inti dalam penelitian dan suatu usaha merumuskan pokok-pokok dan batas-batas permasalahan yang di jadikan fokus dalam sebuah penelitian. Menurut Mohammad Ali (1922:36) memaparkan Rumusan masalah pada hakekatnya adalah generalisasi deskripsi ruag lingkup masalah penelitian dalam pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup di dalamnya. Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja guru di SMA Negeri dan Swasta di Kota Kupang. Agar memberikan kejelasan arah pembahasan dan ruang lingkup penelitian, peneliti secara rinci merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja kepala sekolah SMA Negeri dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri di Kota Kupang? 2. Bagaimana kinerja kepala sekolah SMA Swasta dalam meningkatskan kinerja guru SMA Swasta di Kota Kupang? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Kupang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pegangan atau pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya. Sehunbungan dengan hal tersebut, Suharsimi Arikunto (1989, hlm.41) mengemukakan, Tujuan penelitian yaitu rumusan

8 kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan selesai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran tentang kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Kupang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk memperoleh gambaran tentang kinerja kepala sekolah SMA Negeri dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri di Kota Kupang. b. Untuk memperoleh gambaran tentang kinerja kepala sekolah SMA Swasta dalam meningkatkan kinerja guru SMA Swasta di Kota Kupang. c. Untuk mengetahui adakah perbedaan antara kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Kupang. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah di paparkan di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Melalui hasil penelitian ini diharapkan memperkaya kajian ilmu dari disiplin ilmu Administrasi Pendidikan dan lebih memperbanyak ragam penelitian untuk dijadikan referensi sebagai karya ilmiah. 2. Melalui hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan yang positif dan bermanfaat bagi sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. 3. Memberikan kontribusi dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti sehingga dapat mengembangkan pola pikir serta pengalaman untuk menggarap ilmu Administrasi Pendidikan.

9 E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi yang ada pada pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014 yang di dalamnya terdiri dari BAB I yang berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari penulisan skripsi ini. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II berisi tentang kajian pustaka atau landasan teoritis yang memiliki peran penting dalam penulisan skripsi. Kajian pustaka ini memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masingmasing penelitian yang dikaji melalui pengaitan dengan masalah yang sedang diteliti. BAB III berisi tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang bersidat prosedural. Isi dari BAB III terdiri dari metode penelitian ini adalah desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. Bab IV berisi tentang penjelasan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang menjelaskan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian. BAB V berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan simpulan dari hasil pembahasan penelitian sedangkan saran merupakan masukan-masukan penulis untuk pihak sekolah dan dinas pendidikan Kota Kupang mengenai kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru, Dan pada bagian akhir skripsi ini penulis menyajikan daftar pustaka yang berisi referensi-referensi yang digunakan penulis dan sumber lain yang mendukung penulisan skripsi ini.

10