BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut berasal dari mukosa uterus dan terjadi umumnya teratur mulai darimenars hingga menopause kecuali ketika masa hamil dan masa laktasi. Lama perdarahan menstruasi relatif bervariasi, umumnya sekitar 4-6 hari, namun dalam rentang 2-9 hari masih dapat dianggap sebagai keadaan yang fisiologis. 13 B. Fisiologis Siklus Menstruasi Interaksi antara hipofisis, hipotalamus, dan ovarium akan mengakibatkan perubahan jaringan sasaran pada saluran reproduksi wanita pada saat menstruasi. Ovarium bertanggung jawab dalam perubahan siklik ataupun pengaturan lama siklus menstruasi.ovarium mensekresikan hormon steroid, terutama hormon estrogen dan hormon progesteron. Beberapa hormon estrogen yang berbeda disekresikan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh selsel yang mengelilinginya. Estradiol adalah estrogen ovarium yang paling berpengaruh. 14 Hormon estrogen berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan organ reproduktif pada wanita serta karakteristik seksual sekunder. Hormon tersebut memiliki peran penting selama pertumbuhan payudara dan proses perubahan siklus bulanan pada uterus selama menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang memiliki peran penting selama persiapan endometrium yaitu membrane mukosa pelapis uterus sebagai
tempat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sekresi hormon progesteron berperan pada plasenta dalam mempertahankan kehamilan jika terjadi pembuahan. Sebagian kecil diperankan oleh hormon endrogen yang dihasilkan ovarium. Hormon endrogen memiliki keterkaitan dengan perkembangan dini folikel dan libido wanita. 15 Selama 2-3 tahun setelah terjadinya menars, menstruasi telah disertai oleh ovulasi. Pada siklus yang normal umumnya menstruasi dapat berlangsung setiap 28 hari selama + 7 hari. Selama 3-5 pertama biasanya jumlah darah yang keluar 30-40 cc. Selama menstruasi terjadi puncak perdarahan antara hari ke-2 atau ke-3. Kemudian akan diikuti oleh fase proliferasi selama 6-8 hari. 16 C. Bagian-bagian Siklus Menstruasi 1. Siklus Endomentrium Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu : 14 - Fase menstruasi Pada fase ini, akan tersisa stratum basale akibat terlepasnya endometrium pada bagian dinding uterus yang disertai perdarahan. Fase ini berlangsung hingga 5 hari (dalam re ntang 3-6 hari). Beberapa hormone akan menurun atau mencapai kadar terendah seperti hormone progesterone, estrogen, dan LH (Lutenizing Hormone) sedangkan kadar hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone) akan mulai meningkat. - Fase proliferasi Pada fase ini terjadi pertumbuhan cepat sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Ketebalan endometrium akan menjadi 8-10 kali lipat dari semula atau sekitar + 3,5 mm yang
berakhir saat ovulasi. Kemudian permukaan endometrim akan kembali normal menjelang perdarahan berhenti. Fase proliferasi ini tergantung pada stimulasi hormon estrogen yang berasal dari folikel ovarium. - Fase sekresi/luteal Fase iniberlangsung sejak saat ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. - Fase iskemi/premenstrual Akan terjadi implantasi atau nidasi ovum sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi ketika terjadi pembuahan. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka korpus luteum yang mensekresi hormon estrogen dan progesterone akan menyusut. Seiring penyusutan kedua hormon yang cepat tersebut, arteri spiral menjadi spasme, sehingga terjadi nekrosis akibat suplai darah ke endometrium fungsional terhenti. Lapisan fungsional tersebut terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. 2. Siklus Ovulasi Ovulasi ialah keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar hormon estrogen sebagai penghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresi LH. Kadar LH yang meningkat akan menstimulasi pengeluaran oosit sekunder dari folikel. Satu sampai 30 folikel mulai matur di dalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen sebelum ovulasi. Ketika folikel kosong, folikel akan berformasi menjadi korpus luteum. Puncak aktivitas korpus luteum terjadi pada 8 hari setelah ovulasi dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh jika tidak terjadi implantasi
diakibatkan korpus luteum yang berkurang dan kadar hormon yang menurun. 14 3. Siklus Hipofisis-hipotalamus Kadar hormon ovarium menjadi rendah menjelang akhir siklus menstruasi. Keadaan ini merangsang hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Kemudian Gn-RH akan menstimulasi sekresi follicle stimulating hormone (FSH). Lalu FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium serta produksi hormon estrogen. Kadar estrogen yang mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus akan memicu hipofisis anterior untuk mensekresi lutenizing hormone (LH). Kadar LH mencapai puncak pada hari ke-13 atau ke-14 dalam siklus 28 hari. Apabila pada masa ini tidak terjadi fertilisasi atau implantasi ovum, maka korpus luteum akan menyusut dan menurunkan kadar estrogen dan progesteron, sehingga terjadi menstruasi. 14 2.2 Dismenorea Dismenoreaadalah salah satu permasalahan di masyarakat khususnya bagi wanita. Faktor risiko wanita mengalami dismenorea diantarannya adalah usia menars, perokok, kurang olahraga, obesitas, konsumsi alkohol, stres dan abnormalitas organ reproduksi wanita. 17 Dismenorea adalah nyeri selama masa menstruasi ditandai dengan adanya kram di bagian perut bawah yang sedemikian hebatnya hingga menyebabkan penderita harus beristirahat atau meninggalkan kegiatannya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. 19,20 Angka kejadian di Indonesia yang mengalami dismenorea primer sebesar 54,89% sedangkan yang lainnya adalah penderita dismenorea sekunder. 14% dari pasien remaja sering tidak bisa menjalani aktivitas di sekolah disebabkan oleh dismenorea. 20
A. Dismenorea Primer Dismenorea primer merupakan nyeri haid yang tidak berhubungan dengan kelainan alat-alat genital atau penyebab fisik yang nyata. 18,21 Nyeri haid akan timbul sebelum atau bersama dengan awal siklus menstruasi yang berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam, biasanya selama 8-72 jam. Pada siklus menstruasi pada bulan pertama setelah menars biasanya berjenis anovulatoar atau tidak disertai oleh ovum, itu sebabnya dismenorea primer biasa terjadi setelah 6-12 bulan semenjak menars. 18,22 Sifat dismenorea primer ialah rasa nyeri kejang berjangkitjangkit, terbatas pada perut bagian bawah tetapi nyeri dapat menjalar ke daerah pinggang dan paha. 18 Nyeri tersebut dapat disertai keluhan muntah, rasa mual, sakit kepala, iritabilitas, diare, dan sebagainya. 23 B. Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder adalah keluhan nyeri haid yang terjadi akibat beberapa kondisi patologis atau adanya kelainan pada alat-alat genital seperti endometriosis, adenomiosis uteri, salfingitis, dan sebagainya. 18,24 Keluhan nyeri pada dismenorea primer sering dialami pada usia > 30 tahun, dimana seiring waktu dapat meningkatkan rasa nyeri dan memperburuk keluhan karena bertambahnya umur. 25 Karakteristik dismenorea sekunder dapat dirasakan dengan keluhan yang berbeda-beda sesuai kelainan patologis panggul yang dialami. 18 2.3 Menars Menars adalah satu tanda adanya perubahan status sosial masa anak ke masa dewasa. Menars merupakan menstruasi yang terjadi pertama kali, dalam masa awal remaja. Perubahan status sosial selain menars dapat dilihat dari pertumbuhan payudara, rambut di daerah pubis atau aksila, dan distribusi lemak di bagian pinggul. 7
Dikatakan menars dini jika haid pertama terjadi pada umur dibawah 12 tahun. 26 Hormon gonadotropin diproduksi ketika anak belum mencapai 8 tahun. Hormon ini akan merangsang ovarium sehingga tampak ciri-ciri kelamin sekunder, terjadi menars, dan terdapat kemampuan reproduksi sebelum waktunya. 27 Tanda-tanda menars yaitu terjadi peningkatan suhu badan (seperti meriang), pusing, sakit pada pinggang, payudara membengkak, nafsu makan yang berlebih, dan gangguan pada kulit. 28 2.4 Olahraga Olahraga adalah aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Olahraga terbagi menjadi dua jenis yaitu olahraga aerobik dan anaerobik. Olahraga aerobik dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh misalnya jogging, senam, renang dan berspeda. Olahraga anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh misalnya lari sprint 100 meter, angkat besi, bulu tangkis, dan tenis lapangan. 29 Dismenorea dapat dicegah jika wanita melakukan olahraga teratur setidaknya setiap 3-5 kali per minggu selama 30-60 menit. Olahraga tersebut dapat berupa jogging, berjalan santai, berenang, bersepeda maupun senam sesuai dengan kondisi masing-masing. 16 Berolahraga merupakan salah satu upaya pencegahan dismenorea. Beberapa aktivitas fisik mampu meningkatkan suplai darah ke organ reproduksi sehingga hal tersebut dapat memperlancar aliran darah. Olahraga secara teratur menyebabkan wanita mampu mensekresi hormon endorphin lebih banyak. Hormon tersebut merupakan analgetik alami pada aliran darah sehingga dapat mengurangi dismenorea. 30
2.5 Stres Stres merupakan keadaan internal yang timbul disebabkan oleh tekanan fisik pada tubuh (latihan, kondisi penyakit, dll) atau dapat juga disebablan oleh faktor sosial dan lingkungan yang berpotensi membahayakan, tidak dapat dikendalikan atau melebihi kapasitas individu dalam melakukan coping. 31 Stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban. 32 Masalah-masalah kehidupan pada sebagian besar remaja akan sangat mempengaruhikesehatan fisik dan emosi, hal ini dapat menghancurkan motivasi dan menurunkan kemampuan mereka menuju prestasi di sekolah. 33 Pada remaja high school, stres timbul saat mereka menghadapi pelajaran yang berat atau ujian di sekolah. Pada umumnya remaja SMA mengalami tekanan untuk mencapai nilai yang maksimal dan mampu masuk ke universitas unggulan. 34 Remaja SMA mengalami kecemasan dan ketegangan ketika menghadapi UAN dan UMPTN. Mereka takut jika tidak lulus ujian universitas negeri yang mereka pilih. 35 Masalah hubungan dengan keluarga dan teman, tuntutan dari orang lain atau diri sendiri, tekanan oleh tugas dan guru di sekolah, tragedi yang terekam dalam hidup mereka seperti kematian, perceraian dan penyakit yang dideritanya ataupun keluarganya, serta tekanan ekonmi merupakan penyebab utama stres pada remaja. 36 Salah satu hal yang bisa menjadi masalah bagi para remaja adalah kondisi ekonomi keluarga. Usia remaja adalah saat-saat dimana mereka memiliki banyak keinginan. Ketika kondisi ekonomi bermasalah, remaja bisa menjadi minder, tidak percaya diri, dan dapat mengalami stres. 36 Stres dapat bermacam-macam intensitanya, dapat berat maupun ringan. Stres berat berpotensi mengakibatkan gangguan. Pada seseorang
yang stres berlebihan, akan membahayakan kesehatan apabila hal tersebut tidak segera ditanggulangi. 32 Stres dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Sekresi hormon prostaglandin yang meningkat akibat stres memicu peningkatan kontraksi uterus sehingga dapat terjadi dismenorea. 37 2.6 Kerangka Teori Faktor Risiko Menars Dini Peningkatan Produksi Prostaglandin Stres Peningkatan hormon prostaglandin meningkatkan kontraksi uterus Obesitas Kurang Olahraga Merokok Alkohol Kafein Timbunan lemak memicu sekresi estrogen sehingga meningkatkan kontraksi uterus Suplai Oksigen ke Pembuluh Darah Organ Reproduksi Berkurang Mengganggu peredaran darah Dismenorea Jenis Kelainan Ginekologis Spasmodik Kongestif Sekunder Primer
2.7 Kerangka Konsep Usia Menarche Kebiasaan Olahraga Stres Dismenorea 2.8 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan usia menars, kebiasaan olahraga, dan stres dengan dismenorea pada siswi di SMAN 1 Semarang.