BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah yang diteliti dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

No.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga Penelaahan. Penyusunan. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

BAB 1 PENDAHULUAN. Paradigma manajemen keuangan pemerintahan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BAB 1 INTRODUKSI. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penanda Tangan SPM, dan Bendahara. untuk mendapatkan tema yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam satuan moneter yang mengestimasikan mengenai apa yang

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya didasarkan pada prinsip efisien dan produktivitas seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

No Presiden. Untuk pengalaman Indonesia, terlihat sekali bahwa perlu adanya integrasi dan sinergi perencanaan dan penganggaran. Banyak fakta m

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

2015, No Gubernur selaku wakil pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan primer sekaligus menjaga kesinambungan fiskal. Prioritas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang berorientasi proses menjadi

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

L A P O R A N K I N E R J A

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. dari simpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Proses pelaksanaan anggaran pada instansi vertikal diatur oleh Peraturan Menteri

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1 1

BAB I PENDAHULUAN. pagu anggaran yang dapat direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab ke tujuh sebagai penutup penelitian ini berisi ringkasan, simpulan,

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu,

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

BAB 7 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. sebelumnya. Selain itu juga dipaparkan keterbatasan penelitian dan rekomendasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB VII PENUTUP. implementasi kebijakan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Format kebijakan dengan strategi pelimpahan kewenangan dari DJA kepada

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang keuangan negara, yaitu undang-undang No. 17 tahun tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengawasan anggaran dan pertanggungjawaban penyerapan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

2017, No Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan uraian pertanyaan, tujuan, dan kontribusi penelitian. Bab ini juga menampilkan proses penelitian disertai sistematika penulisan secara keseluruhan. 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah anggaran adalah masalah klasik dalam setiap organisasi. Bagai dua mata pedang, anggaran bisa menjadi kekuatan dan peluang sekaligus menjadi penghalang atau ancaman bagi suatu organisasi. Anggaran sangat penting bagi suatu organisasi. Anggaran di dalam organisasi sektor publik selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan, mulai dari tahap penyusunan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi karena sarat dengan muatan politik. Bicara tentang anggaran identik dengan angka-angka dan sejumlah estimasi untuk menjalankan sejumlah program dan kegiatan. Anggaran tersebut dibentuk melalui sebuah proses penganggaran. Proses inilah yang menjadi kunci keberhasilan aktivitas penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Penganggaran merupakan salah satu tahapan dalam proses perencanaan dan pengendalian manajerial organisasi sektor publik (Mardiasmo, 2009). Target ditetapkan pada 1

saat merencanakan anggaran untuk mencapai tujuan organisasi. Realisasi pencapaian target kemudian dilaporkan pada saat evaluasi untuk menilai kinerja organisasi dari berbagai sisi termasuk keuangan. Penganggaran dan pelaksanaan anggaran tak lepas dari peran serta manusia, karena manusialah yang menyusun dan melaksanakan anggaran yang telah dibuatnya tersebut. Perilaku manusia muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia pula yang mendorong manusia untuk mencoba hidup dengan anggaran yang telah dibuatnya (Lubis, 2014). Perilaku manusia akan mempengaruhi persepsinya, sehingga perbedaan persepsi pasti akan muncul dalam proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Keinginan dan kebutuhan individu atau kelompok berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Diperlukan partisipasi, komitmen, koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dari semua pihak dalam organisasi untuk menyatukan dan mensinergikan beragam keinginan dan kebutuhan tersebut. Hal ini dilakukan agar pengambilan keputusan terkait anggaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sejumlah konsekuensi keperilakuan muncul dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran, antara lain tekanan, motivasi, aspirasi, dan kegelisahan (Lubis, 2014). Konsekuensi tersebut memicu timbulnya perilaku disfungsional dalam organisasi. Selain itu, ada banyak faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku manusia saat melakukan penganggaran dan pelaksanaan anggaran dalam suatu organisasi, yaitu ukuran dan struktur organisasi, gaya kepemimpinan, jenis sistem pengendalian, dan stabilitas lingkungan. 2

Sebagai organisasi sektor publik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga menyusun dan melaksanakan anggaran. Anggaran tersebut berbentuk dokumen penganggaran dan pelaksanaan anggaran. Salah satu dokumen penganggaran adalah Rencana Kerja dan Anggaran-Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L) yang terdiri dari Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja dimaksud. Rencana kerja K/L terdiri dari informasi mengenai visi, misi, tujuan, kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan, serta output yang diharapkan sedangkan anggaran berisikan informasi mengenai biaya untuk masing-masing program dan kegiatan untuk tahun yang direncanakan. Seluruh Satuan Kerja (Satker) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI menyusun RKA-K/L Tahun 2014 berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan RKA- K/L (PMK No. 136/2014). Dokumen pelaksanaan anggaran yaitu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang merupakan hasil integrasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Renja K/L, dan RKA-K/L. Dalam pelaksanaan anggaran setiap tahunnya selalu ada revisi anggaran, baik revisi DIPA maupun revisi POK. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014 (PMK 7/2014) menjadi acuan seluruh Satker Bidang IPSK LIPI ketika melakukan revisi anggaran. Amanat dari kedua PMK tersebut adalah bahwa K/L dan atau Satker sudah seharusnya mempunyai rencana kerja dan anggaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. 3

Anggaran dalam Satker diperuntukkan untuk menjalankan tiga kegiatan meliputi kelembagaan, penelitian, dan layanan perkantoran. Kegiatan-kegiatan dalam Satker Bidang IPSK LIPI sangat dinamis dalam prosesnya baik secara substansi penelitian maupun substansi anggaran. Penganggaran dan pelaksanaan anggaran pada Satker Bidang IPSK LIPI melibatkan peneliti dan pengelola keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku kedua belah pihak dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran tak jarang memicu timbulnya perbedaan persepsi. Dilematis memang, karena disatu sisi Satker harus taat pada peraturan, tapi disisi lain Satker juga berusaha mengakomodir kebutuhan para pegawainya. Revisi anggaran memang diperkenankan untuk dilakukan, namun jika terlalu sering melakukan revisi, menandakan bahwa perencanaan anggarannya belum cukup baik. Revisi anggaran bukanlah semata lahir dari kebutuhan internal Satker, terkadang tia juga merupakan kebijakan pemerintah pusat berupa pemotongan anggaran. Salah satu kelemahan organisasi sektor publik khususnya Satker Bidang IPSK LIPI, yaitu belum mampu merencanakan program, kegiatan, dan anggaran dengan efektif dan efisien. Hal ini bisa dilihat dari persentase penyerapan anggaran yang masih menjadi ukuran dominan saat menilai target capaian kinerjanya. Selain itu, indikator kinerja yang dipakai oleh Satker masih berkutat di sekitar keluaran (output). Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan, perbedaan persepsi yang terjadi antara peneliti dan pengelola keuangan dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran mempunyai efek domino. Jika pengajuan anggaran 4

terlambat maka terlambat pula pencairan anggarannya, dan jika pencairan anggaran terlambat maka terlambat pula pertanggungjawaban keuangannya. Salah satu contohnya yaitu pada saat membuat revisi anggaran. Revisi anggaran diperkenankan untuk dilakukan oleh Satker namun tidak boleh sampai menghambat jalannya kegiatan operasional Satker. Terdapat dua opsi pilihan pelaksanaan kegiatan di dalam Satker sambil menunggu proses revisi selesai, yaitu (1) Kegiatan dilakukan menunggu sampai revisi selesai atau (2) Kegiatan tetap jalan tapi pertanggungjawabannya ditunda sampai revisi selesai. Ketegasan pimpinan Satker diperlukan untuk menyikapi hal tersebut dengan bijak, sehingga perbedaan persepsi antara peneliti dan pengelola keuangan dapat diminimalisir atau bahkan dicegah agar tidak sampai menghambat proses pelaksanaan anggaran Satker. Proses reformasi birokrasi yang dilakukan LIPI adalah bagian dari reformasi sektor publik yang muncul sebagai akibat dari adanya isomorfisma kelembagaan. Menurut Hawley (1968) dalam DiMaggio&Powell (1983), ada tiga tekanan isomorfisma kelembagaan, yaitu koersif, mimetik, dan normatif. Isomorfisma kelembagaan tidak hanya terjadi ditingkat LIPI, tapi juga merambah sampai ke tingkat Satker. Ketaatan Satker Bidang IPSK LIPI pada peraturan mengenai anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat menunjukkan bahwa tekanan isomorfisma koersif masih dominan dalam organisasi sektor publik. Kedua tekanan lainnya, yaitu mimetik dan normatif juga tetap ada namun dengan porsinya masing-masing. 5

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI dengan judul: Evaluasi Penganggaran dan Pelaksanaan Anggaran Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). 1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang teridentifikasi adalah ditengarai masih banyak ditemui masalah dalam penganggaran (pada saat menyusun RKA-K/L) dan pelaksanaan anggaran (menjalankan DIPA) pada Satker Bidang IPSK LIPI. Kendala tersebut berkaitan dengan karakteristik Satker Bidang IPSK yang cenderung lebih dinamis serta harus selalu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan juga berkaitan dengan perilaku manusia di dalam Satker tersebut. Perilaku itulah yang akan mempengaruhi perbedaan persepsi diantara peneliti dan pengelola keuangan yang sering berujung pada konflik internal. Selain kendala, dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI juga ditengarai terdapat isomorfisma kelembagaan meliputi tiga tekanan yaitu koersif, mimetik, dan normatif yang menempati porsinya masing-masing. 6

1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah: sebagai berikut: 1. bagaimana penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI? 2. permasalahan apa saja yang muncul dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI? 3. upaya apa yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran? 4. apakah terdapat eksistensi isomorfisma dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran pada Satker Bidang IPSK LIPI? Tekanan isomorfisma yang manakah yang lebih dominan terjadi pada kelima Satker tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. memperoleh pemahaman secara mendalam atas penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI. 2. mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran pada Satker Bidang IPSK LIPI. 3. menganalisis upaya-upaya yang dilakukan oleh Satker Bidang IPSK LIPI untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran. 7

4. memperoleh bukti tentang eksistensi isomorfisma dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran serta mengidentifikasi tekanan isomorfisma yang lebih dominan terjadi pada Satker Bidang IPSK LIPI. 1.4. Kontribusi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki dua kontribusi, yaitu: 1. kontribusi teoritis Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tambahan bukti tentang eksistensi isomorfisma di dalam organisasi sektor publik terutama dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran. 2. kontribusi praktis a. Bagi satuan kerja Bidang IPSK LIPI, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar penganggaran dan pelaksanaan anggaran menjadi lebih baik. b. Bagi penyusun kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk masa depan kebijakan dan perbaikan regulasi terkait penganggaran dan pelaksanaan anggaran di tingkat satuan kerja. 8

1.5. Proses Penelitian Proses penelitian digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus 1.6. Sistematika Penulisan Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, sistematika penulisan tesis ini dibagi dalam enam bab sebagai berikut: BAB 1 berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 berisi tentang tinjauan kritis untuk menyusun kerangka berfikir sebagai dasar analisis, meliputi teori-teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan penelitian. BAB 3 menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian dan aplikasi teori-teori yang dimuat dalam studi literatur di lingkungan dimana instansi yang menjadi obyek penelitian berada. 9

BAB 4 memuat tentang rasionalitas pemilihan obyek penelitian beserta rancangan penelitian yang digunakan, yaitu jenis penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengujian data. Pedoman wawancara yang digunakan sebagai instrumen penelitian disajikan dalam lampiran. BAB 5 mengungkap temuan dan menganalisis data disertai dengan penyajian hasil wawancara yang sesuai dengan tema pembahasan. BAB 6 menyajikan kesimpulan, keterbatasan, dan rekomendasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. 10