BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Studi Kasus di Kota Manado Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penulisan skripsi ini, penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Secara khusus

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

PERUBAHAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKONOMI KABUPATEN SAMBAS SRI MULYATI B

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Henita Astuti 1, Sumarlin 2

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. pada Gross Domestic Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu

IDENTIFIKASI DAN POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DAN POTENSIAL DI KABUPATEN WONOSOBO.

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI. Wiwin Widianingsih Any Suryantini, Irham

SEKTOR PEMBENTUK PDRB

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN ANTAR DAERAH DI KAWASAN PURWOMANGGUNG TAHUN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BERORIENTASI EKSPOR DENGAN PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN (STUDI KASUS DI PROPINSI DKI) Widyatmini

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

Pengembangan Sektor Ekonomi Daerah Tertinggal di Provinsi Kalimantan Barat

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BULUKUMBA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIDOARJO DI WILAYAH GERBANGKERTOSUSILA

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

KAJIAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA POTENTIAL ECONOMIC STUDIES IN SULA ISLANDS OF NORTH MALUKU PROVINCE

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

Jurnal Ekonomi, Bisnis dan kewirausahaan ISSN : Volume 1, Nomor 2, Tahun 2010 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI SERTA BASIS EKONOMI

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN

PENGEMBANGANEKONOMIKABUPATENSEMARANG MELALUI WILAYAH ANDALAN

PENENTU SEKTOR UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH: Studi Kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir

III. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik karena Kabupaten Gresik mengalami pergeseran struktur perekonomian, dari primer ke sekunder. Selain itu, Kabupaten Gresik termasuk salah satu Kabupaten yang memiliki PDRB cukup tinggi di Jawa Timur. 1.2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan memberikan gambaran yang sistematis faktual dan akurat berdasarkan data yang ada, dimana penelitian ini tidak hanya menafsirkan data saja tetapi disertai analisa dan interpretasi data tersebut. Dalam penelitian ini memberikan gambaran potensi ekonomi (sektor unggulan) yang ada di Kabupaten Gresik tahun 2011-2015 1.3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif yang apabila menurut sumbernya termasuk data sekunder. Data sekunder menggunakan data runtut waktu (time series) atau disebut data tahunan. Keseluruhan data yang 15

16 digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015 2. Data kesempatan kerja di Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015 3. Laju pertumbuhan sektor di Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015 1.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang diperoleh merupakan data-data dari berbagai literatur yang berkaitan baik berupa catatan-catatan, dokumen, arsip, maupun artikel. Data yang diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian di mana data yang dibutuhkan adalah data pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011-2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur.

17 1.5. Teknik Analisis Data Analisis data pada dasarnya yaitu memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu (beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan atau meramalkan kejadian lainnya. Kejadian (event) dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. 1.5.1. Analisis Location Quotient (LQ) Teknik analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor termasuk dalam sektor yang berpotensi atau sektor unggulan atau sektor non-unggulan. Analisis ini merupakan usaha untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan perannya dalam perekonomian daerah itu dengan perananan kegiatan ekonomi sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Alat analisis ini digunakan dalam menentukan sektor unggulan atau ekonomi basis atau perekonomian wilayah. Sektor unggulan yang berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Dengan alat analisis Location Quotient (LQ) ini dapat membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah

18 terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional. Perhitungan Location Quotient (LQ) menggunakan rumus : (Tarigan, 2004:78) ( ) Keterangan : LQ Si S Ni N = Nilai Location Quotient = PDRB Sektor i di Kabupaten Gresik = PDRB total Kabupaten Gresik = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Timur = PDRB total di Provinsi Jawa Timur Beradasarkan rumus diatas, maka ada 3 kemungkinan nilai LQ yang ditemukan yaitu : 1. Nilai LQ di sektor i = 1 Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dengan dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur. 2. Nilai LQ di sektor i > 1 Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dengan perekonomian Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan sekaligus basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Gresik.

19 3. Nilai LQ di sektor i < 1 Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dengan dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan Kabupaten Gresik dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Gresik. 3.4.2. Analisis Shift Share Menurut Widodo (2006) analisis shift share digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah (Kabupaten/Propinsi) dan membandingkannya dengan regional (Propinsi/Negara). Dari perbandingan tersebut dapat diketahui seberapa besar kinerja perekonomian daerah didasarkan pada keunggulan kompetitif sektoral dalam suatu regional. Analisis shift share merupakan salah satu teknik kuantitatif yang biasa yang digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang saling berhubungan, yaitu : Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi/nasional (national growth effect) yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional (propotional shift) yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor

20 di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional (propotional shift) disebut juga pengaruh bauran industri (Mij). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi. Ketiga, pergeseran differensial (differential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran differensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran differensial disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif (Cij). Rumus yang digunakan untuk analisis Shift Share adalah : 1. Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah : Dij = Nij + Mij + Cij atau Eij* - Eij 2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi Nij = Eij x r n 3. Pergeseran proportional (proportional shift) / pengaruh bauran industri Mij = Eij (rin rn) 4. Pengaruh keunggulan kompetitif (differeintial shift) Cij = Eij (rij rin) Keterangan : Eij = PDRB sektor i daerah j

21 Ein rij rin r n = PDRB sektor i provinisi/nasional = laju pertumbuhan di sektor i daerah j = laju pertumbuhan di sektor i provinsi/nasional = laju pertumbuhan ekonomi provinsi/nasional Propotional Shift menunjukkan perubahan aktivitas ekonomi Nasional/Propinsi pada sektor i dibandingkan dengan total perubahan aktivitas Nasional/Propinsi. Selain itu, menunjukkan apakah perubahan aktivitas ekonomi tersebut cepat atau lebih lambat daripada pertumbuhan aktivitas perekonomian nasional secara keseluruhan. Jika Propotional Shift bernilai positif (+) maka menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi daerah yang bersangkutan lebih cepat dari pada perkembangan rata-rata seluruh aktivitas ekonomi daerah secara keseluruhan (Propinsi). Differential Shift (Competitive Share) digunakan untuk membandingkan aktivitas ekonomi Kabupaten atau Kota terhadap aktivitas ekonomi propinsi nasional pada sektor yang sama. Differential Shift juga digunakan sebagai indikator yang menunjukkan kinerja kompetitif ekonomi wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya. Jika Differential Shift bernilai positif berarti aktivitas ekonomi Kabupaten/Kota pada sektor i adalah kompetitif, begitupun sebaliknya. Kombinasi hasil analisis Proportional Shift dan Differential Shift tersebut menghasilkan 4 indikator :

22 1. Bila nilai Proportional Shift dan Differential Shift positif (+) berarti sektor ini mempunyai peranan penting dalam perekonomian internal terhadap sistem perekonomian yang lebih luas (eksternal) 2. Bila nilai Proportional Shift positif (+) dan Differential Shift negatif (-) berarti sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup internal saja. 3. Bila nilai Proportional Shift negatif (-) dan Differential Shift positif (+) berarti sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam wilayah yang lebih luas, tetapi tidak dapat meningkatkan perekonomian internal 4. Bila nilai Proportional Shift dan Differential Shift negatif (-) berarti sektor ini tidak mempunyai peranan dalam memajukan perekonomian internal maupun eksternal. 3.4.3. Analisis Tipologi Klasen Analisis tipologi kalssen dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di suatu daerah. Alat analisis ini dapat digunakan melalui pendekatan sektoral, dimana merupakan perpaduan antara Locationt Quotient (LQ) dan Shift Share (SS). Menurut Sjafrizal (2008: 180) analisis tipologi klassen dibagi menjadi empat klasifikasi sektor, yaitu: 1. Sektor unggulan (developer sector) (kuadran I), yaitu sektor yang memililki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ > 1.

23 2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II), yaitu pada sektor yang hanya memilki keunggulan kompetitif saja. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ < 1. 3. Sektor potensial yang masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III), yaitu sektor potensial yang hanya memiliki keunggulan komparatif saja. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (-) dan LQ> 1. 4. Sektor terbelakang (underdeveloped sector) (Kuadran IV) yaitu pada sektor ini tidak memilki keunggulan komparatif, sehingga sektor ini disebut sektor terbelakang. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (-) dan LQ < 1. Table 3.1. Klasifikasi Sektoral Menurut Tipologi Klassen Kontribusi Sektoral Laju per- LQ > 1 LQ < 1 tumbuhan sektoral SS (+) SS (-) Sektor Unggulan (developed sector) Kuadran I Sektor Potensial (developing sector) Kuadran III Sektor Maju tapi Tertekan (stagnant sector) Kuadran II Sektor Terbelakang (underdeveloped sector) Kuadran IV

24 1.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (M. Nazir, 1998:152). 1. Sektor Basis Sektor yang mampu melayani pasar di Kabupaten Gresik maupun diluar Kabupaten gresik. 2. Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan sektor diukur dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik yang dilihat dari sektor unggul dan nonunggul. 3. Klasifikasi Sektor Unggulan Sektor-sektor yang ada di Kabupaten Gresik diklasifikasikan menjadi sektor unggul dan non-unggul, sehingga dapat memudahkan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk membangun perekonomian daerah.