BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG SINDORO RSUD BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH MOBILISASI DINI PADA PASIEN STROKE INFARK TERHADAP PENINGKATAN PEMULIHAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

IKRIMA RAHMASARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), stroke. merupakan penyebab kematian kedua di dunia sebanyak 6,9 juta di

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan penanganan yang komprehensif dalam waktu yang lama bahkan sepanjang hidup pasien. Penyebab stroke seperti yang diungkapkan oleh Smeltzer (2002), diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian: trombosis, embolisme serebral, iskhemia, dan hemoragi serebral. Penyebab stroke yang lain jarang terjadi seperti cacat bawaan pada dinding pembuluh darah atau kelainan pada sistem pembekuan darah (Mulyatsih & Ahmad, 2008). Stroke ada yang menampakkan gejala, ada juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006). Sekitar 90% pasien yang terserang stroke tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan setengah badan. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala klinis stroke akut dapat berupa perubahan status mental, gangguan penglihatan, afasia, vertigo, mual-muntah, nyeri kepala dan penurunan fungsi motorik (Mansjoer, 2007). Dengan adanya perubahan tersebut, mobilitas penderita stroke akan mengalami penurunan aktivitas seperti kelemahan menggerakkan kaki, kelemahan menggerakkan tangan, ketidakmampuan bicara dan ketidakmampuan fungsi-fungsi motorik lainnya.

2 Stroke sebagai salah satu penyakit gangguan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan cacat fisik yang disebut hemiplegy (kelumpuhan separo), 80-85% penderita stroke adalah stroke tipe iskemik yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sel-sel saraf yang mengalami iskemik, 80% akan mengalami kerusakan irreversible dalam beberapa menit. Otak tidak bisa menyimpan darah atau oksigen dan membutuhkan pasokan konstan untuk berfungsi secara normal. Otak membutuhkan arteri yang membawa darah dan oksigen. Ketika arteri diblokir sel-sel otak tidak berfungsi dan mati dengan cepat. Itu sebabnya stroke iskemik mengarah pada beberapa komplikasi seperti gangguan fisik misalnya kehilangan fungsi motorik berupa hemiplegi, dan hemiparese. Kehilangan fungsi komunikasi berupa disartria, afasia, aprasia. Menurut WHO (2008), lima belas juta orang di seluruh dunia terserang stroke setiap tahun, lima belas juta meninggal dan lima belas juta lainnya menderita kecacatan. Secara global sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke, terdapat sekitar 10 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 5 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan setelah stroke, sepertiga mengalami cacat permanen dengan berbagai tingkatan dan sepertiga lainnya memperoleh kembali kemandiriannya (Arif M, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Behavioral Risk Factor Surveillance System (BRFSS) di Amerika Serikat tahun 2005, prevalensi penduduk Amerika yang terserang stroke adalah 2,6% atau sekitar 5.839.000 orang. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 18-44 tahun prevalensinya meningkat sebesar 0,8% dan pada usia 65 tahun ke atas meningkat 8,1% (Neyer, 2007). Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam.

3 Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1.000 penduduk. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah penderita itu sekitar 2,5% atau 250.000 orang, 2 diantaranya meninggal dan sisanya cacat ringan maupun lumpuh berat (Japardi dan Iskandar, 2007). Dari jumlah klien stroke, 10% klien dapat kembali bekerja tanpa kelemahan, 40% penyandang cacat ringan dan 50% penyandang cacat berat. Untuk itu klien stroke membutuhkan program rehabilitasi (Sugiarto, 2004 dalam Widodo, 2009). Rehabilitasi ini dapat dilakukan jika telah melewati fase akut, yaitu pada 2-4 minggu atau setelah serangan stroke melewati hari ke 7 (Gordon, 2002). Program rehabilitasi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik, psikososial, educational-vocational yang melibatkan multidisiplin. Hal ini dikarenakan, terapi dan rehabilitasi yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang kelangsungan hidup pasien serta pemulihannya setelah stroke (Widodo, 2009). Ini dibuktikan oleh penelitian-penelitian Pasific University di Oregeon bahwa satu bulan rehabilitasi yang intensif, termasuk latihan-latihan fisik yang dilakukan pada kapasitas fungsional penderita stroke memberikan hasil positif (Gordon, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kwakkel (2007) systematic review, task oriented exercise training memiliki pengaruh kecil hingga sedang pada kemampuan motorik penderita stroke, terutama jika dilakukan secara intensif dan lebih dini. Dengan pemulihan secara terpadu dan sedini mungkin maka semakin besar kemungkinan pengembalian fungsi, juga komplikasi akibat

4 imobilisasi dapat dicegah dan kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga dapat mandiri tanpa tergantung pada orang lain (Harsono, 2005). Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah dengan memberikan terapi ambulasi. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien stroke dimulai dari bangun dan duduk di sisi tempat tidur, sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat sesuai kondisi pasien (Roper, 2002). Latihan gerak aktif pada lengan yang sakit atau lumpuh dengan bantuan tangan yang sehat dapat memperbaiki kesadaran posisi lengan (Subianto, 2012). Selain positioning penderita dilatih untuk segera mobilisasi dini karena dengan mobilisasi akan merangsang integrasi neurologik dan merupakan latihan luas gerak sendi yang sangat baik, sehingga memungkinkan perbaikan fungsi sensori motorik untuk melakukan pemetaan ulang di area otak yang mengalami kerusakan. Penanganan yang dini pada penderita stroke akan dapat memberikan hasil yang baik. Berdasarkan data dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen jumlah pasien stroke Oktober Desember tahun 2012 sebanyak 117 pasien, sedangkan pada bulan Januari Agustus tahun 2013 jumlah pasien stroke sebanyak 355 pasien. Jumlah penderita stroke satu bulan terakhir sebanyak 30 pasien. Pasien yang dirawat hanya mendapatkan pengobatan sampai keadaan pasien lewat dari masa akut dan belum ada terapi lanjutan sehingga pasien masih belum bisa berjalan, maka dari itu pasien stroke ini membutuhkan terapi salah satunya adalah Terapi Latihan Ambulasi yang dikenal dengan exercise therapy ambulation.

5 Berdasarkan latar belakang di atas maka peran perawat sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan fisik dan kemampuan fungsional serta mencegah permasalahan yang mungkin muncul pada penderita stroke. Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tentang Efektivitas Terapi Latihan Ambulasi Terhadap Tingkat Mobilitas Pasien Stroke di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka yang ingin peneliti ketahui adalah Apakah Terapi Latihan Ambulasi efektif terhadap tingkat mobilitas pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Terapi Latihan Ambulasi terhadap tingkat mobilitas pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen. 1.3.2 Tujuan Khusus : Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan tingkat mobilitas pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen sebelum diberikan terapi latihan ambulasi. 2. Mendeskripsikan tingkat mobilitas pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen sesudah diberikan terapi latihan ambulasi. 3. Menganalisis tingkat mobilitas sebelum dan sesudah Terapi Latihan Ambulasi diberikan pada pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen. 4. Mengetahui efektivitas terapi latihan ambulasi terhadap tingkat mobilitas pada pasien stroke di RS Wava Husada Kepanjen.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang rehabilitasi dan terapi latihan yang dapat digunakan untuk penderita stroke khususnya mengenai terapi latihan ambulasi terhadap tingkat mobilitas pasien stroke dan mencegah kecacatan lebih lanjut. 1.4.2 Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan tambahan informasi dan masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam pelaksanaan terapi latihan untuk meningkatkan mobilitas pada penderita stroke, salah satunya dengan memberikan terapi latihan ambulasi (exercise therapy ambulation). 1.4.3 Bagi Perawat Dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan pelayanan dan Asuhan Keperawatan yang sesuai bagi pasien stroke sehingga mendukung penatalaksanaan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.4.4 Bagi Klien Mempercepat proses pemulihan pada pasien stroke dengan memaksimalkan kembali kerja otot sehingga mampu meningkatkan kemampuan mobilitas pasien dan mencegah kecacatan serta dapat mandiri tanpa ketergantungan. 1.4.5 Bagi Peneliti Menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan baru tentang terapi latihan pada pasien stroke yang diharapkan dapat diaplikasikan secara langsung pada pelayanan kesehatan.

7 1.5 Keaslian Penelitian 1. Rendra Subianto (2012). Pengaruh Latihan Rom (Range Of Motion) Terhadap Perubahan Mobilisasi Pada Pasien Stroke. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental design dengan one group pre dan post test design. Teknik pengambilan data adalah Consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur kelompok perlakuan sebelum mendapat perlakuan, memberikan perlakuan, mengukur kelompok perlakuan setelah mendapat perlakuan. Hasil penelitian didapatkan dari 20 responden hampir semua responden mengalami perubahan mobilisasi. Dimana untuk ketergantungan mobilisasi berat turun dengan rata-rata ketergantungan berat sampai ketergantungan sedang, dan untuk ketergantungan mobilisasi ringan terjadi peningkatan dengan rata-rata ketergantungan sedang sampai ketergantungan ringan. Persamaannya pada desain penelitian dan variabel yang diteliti yaitu mobilitas pasien stroke. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, subjek, tempat, waktu dan variabel penelitian yaitu Terapi Latihan Ambulasi. 2. Wina Yulinda (2009). Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain Penelitian ini menggunakan metode prospektif observasional (kohort) tanpa kelompok control. Teknik pengambilan data adalah consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dan data primer. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan signifikan antara kemampuan motorik awal setelah empat minggu terapi latihan, baik diukur menggunakan indeks Barthel maupun MMT. Perbedaan dengan

8 penelitian ini adalah terapi yang digunakan, subjek, tempat, waktu, dan variabel penelitian. 3. Wayan Darsana (2009). Pengaruh ROM Terhadap Peningkatan Kemandirian Pasien Hemiparese Dekstra Pasca Stroke Non-Hemoragik di RSUD Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Pra Eksperiment Design dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel diambil dari pasien yang mengalami stroke yang dirawat di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti melakukan penelitian tentang tingkat mobilitas pasien stroke setelah dilakukan terapi latihan ambulasi, sedangkan penelitian Wayan Darsana meneliti peningkatan kemandirian pasien stroke, perbedaan yang lain adalah metode pnelitian, terapi, subjek, tempat, dan waktu penelitian.