RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

dokumen-dokumen yang mirip
SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

Nomor : 03.06/BAPP/Pokja-1/BM-DPU/Sg/2012

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

WAE BOBO KEL. RANA LOBA KEC. BORONG KAB. MANGGARAI TIMUR

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

BAB II STUDI PUSTAKA

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA LANJUTAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS

BERITA ACARA PENJELASAN (AANWIJZING) NOMOR : 06.B/ULP POKJA 1 / V/ 2012

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

METODE PELAKSANAAN D.I. BONDUKUH.

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RK3K (RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK)

BAB V BENTUK DOKUMEN PENAWARAN

BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP)

BAB I SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SMK3 DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN. Pasal 1 PENJELASAN UMUM

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

II. KEGIATAN PENGAWASAN

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

SPESIFIKASI TEKNIS PELAKSANAAN (KHUSUS ) Pekerjaan akan dilaksanakan pada lokasi / tanah yang telah disediakan sesuai dengan rencana yaitu :

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DRAINASE PERKOTAAN BAB I TATA CARA PERSIAPAN KONSTRUKSI SISTEM DRAINASE DESKRIPSI

METODE PELAKSANAAN. b. Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

BAB V SYARAT-SYARAT PEKERJAAN PERSIAPAN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN JASA PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR TAHAP 2 (FINISHING)

KEMENTERIAN AGAMA KANTOR W

Bimtek Masyarakat Jasa Konstruksi- Kab. Bantul 1

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1

PROGRAM : PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI, RAWA DAN JARINGAN PENGAIRAN LAINNYA SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 U M U M

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

PASAL 1 PEMBERI TUGAS

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB X METODE PELAKSANAAN

DINAS PERHUBUNGAN DAN KOMINFO

KERANGKA ACUAN KERJA

BAB III PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS BAB I LINGKUP PEKERJAAN DAN TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT.

2. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENYUSUNAN DED RENOVASI GEDUNG OLAH RAGA (GOR) JATIDIRI

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing :

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DERMAGA BLOK A

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

II. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS ( RKS TEKNIS )

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

BAB IV MANAJEMEN PROYEK

KEGIATAN : PENGEMBANGAN PASAR DAN DISTRIBUSI BARANG / PRODUK BAB I SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP) Pokja ULP: Pokja DKP 2

BAB II TINJAUAN OBJEK

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN Nomor : 027 / 017 / ULP.POKJA.KONSTRUKSI IV / / 2012 Tanggal : 28 Mei 2012

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN


SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 1. Peraturan-peraturan Teknis BAGIAN 1 U M U M Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan di bawah ini, termasuk segala perubahan dan tambahannya, yaitu : 1.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun 1941. 1.2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik Bangunan Indonesia (DTPI). 1.3. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI 03-2445-1991). 1.4. Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton (SNI 03-2495-1991). 1.5. Spesifikasi Bahan/material Bagian A (Bahan/material Bukan Logam) SNI 03-6861.1-2002. 1.6. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. 1.7. Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan. 2. Penjelasan Gambar Bestek Dan RKS. 2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu: 2.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS). 2.1.2. Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing). 2.1.3. Berita Acara Penunjukan. 2.1.4. Surat Keputusan Pimpinan Unit tentang Penunjukan Pelaksana Pekerjaan. 2.1.5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 2.1.6. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya. 2.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. 2.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan/pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing. 2.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syaratsyarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat. 2.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lainnya, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar. 2.5. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.

BAGIAN II PENDAHULUAN 1. Ruang Lingkup Pekerjaan Program : PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI Kegiatan : PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN TRANSMIGRASI Pekerjaan : PENINGKATAN JALAN POROS/PENGHUBUNG Lokasi : UPT KANDAN KEC. KOTA BESI KAB. KOTAWARINGIN TIMUR 2. Mulai Kegiatan 2.1. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani dan dikeluarkan kegiatan pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan rutan harus sudah dimulai, 2.3. Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan. 3. Bangsal Konsultan Pengawas dan Bangsal Kerja / Gudang 3.1. Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas dengan menggunakan bahanbahan sederhana seperti usuk, lantai papan, dinding papan/plywood, atap seng dan pintu yang harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Bangsal tersebut tidak menyatu dengan bangsal atau gudang kontraktor. 3.2. Bangsal Konsultan Pengawas tersebut harus diperlengkapi dengan: 3.2.1. Dua buah meja tulis ukuran 80 cm x 120 cm. 3.2.2. Dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis. 3.2.3. Satu set meja kursi tamu. 3.2.4. Satu buah papan tulis yang berukuran 120 cm x 240 cm. 3.2.5. Sebuah meja besar yang berukuran 120 cm x 240 cm, untuk keperluan pertemuan/rapat di lapangan. 3.2.6. Pada meja besar harus dilengkapi dengan kursi panjang yang sesuai dengan kebutuhan rapat/pertemuan di lapangan. 3.2.7. Sebuah ruang toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan air bersih. 3.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk menyimpan bahan-bahan/material dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan. 3.4. Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.

3.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap di lokasi bangunan, sebelum pekerjaan dimulai atau 10 hari sesudah SPMK diterima. Setelah selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas. 3.6. Pembongkaran bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas. 4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedulle) 4.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan/material dan tenaga kerja. 4.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, maka Pelaksana Kontraktor mempunyai kewajiban: - membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan. - membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan. - membuat daftar yang memuat pemasukan bahan/material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1. 4.3. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas. 4.4. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima. 4.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4 (empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja. 4.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan. 5. Tenaga Kerja Lapangan Kontraktor 5.1. Kontraktor menunjuk seorang kuasa dilapangan (Pelaksana), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Sipil ber SKA, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pelaksana Pengelola Teknis Kegiatan dan Konsultan Pengawas. 5.2. Site Manager berpendidikan Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil dan mempunyai pengalaman kerja lapangan minimal 5 tahun, dan memiliki SKA Muda Pelaksana Jalan 5.3 Quality/Quantity Control pendidikan S1 Teknik Sipil, mempunyai pengalaman minimal 3 tahun dan memiliki SKA Muda Pelaksana Jalan. 5.4 Pelaksana Lapangan pendidikan minimal STM, mempunyai pengalaman minimal 3 tahun dan memiliki SKT.

5.5 Juru Ukur Pendidikan STM, Mempunyai Pengalaman Minimal 3 Tahun dan Memiliki SKT Juru Ukur. 5.6 Administrasi/Keuangan pendidikan SMA sederajat, mempunyai pengalaman minimal 3 tahun. 5.7 Operator komputer/drafman pendidikan minimal SMA sederajat, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun. 5.7. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan menyediakan petugas K3 yang memiliki sertifikat K3 dan membuat pra rencana keselamatan dan kesehatan kerja kontrak (Point 8.2) serta pula melaporkan secara tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing- masing. 5.8. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan. 6. Tenaga Kerja / bahan / peralatan 6.1. Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan antara lain Dump Truck Kapasitas 4 m3 jumlah 2 unit dan Peralatan tukang gali lengkap. 6.2 Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli di bidang pekerjaannya masing-masing dan tenaga kerja lainnya. 6.3. Sebelum bahan/material didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberikan contoh bahan/material kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek. Mengenai jumlah contoh bahan/material yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas. 6.4. Mendatangkan bahan/material untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada waktunya dan kwalitasnya harus sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. 6.5. Bahan/material yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah surat pernyataan penolakan dikeluarkan. 6.6. Bahan/material yang berada dilokasi Proyek dan akan digunakan untuk pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek. 6.7. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan. Alat-alat tersebut berupa Theodolit, waterpass, Peralatan Tukang dan alat-alat berat/ringan lainmya yang sangat diperlukan. 6.8. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat digunakan, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

6.9. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu merah yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalu-lintas/menimbulkan kecelakaan, atau alat lainnya menurut petunjuk Konsultan Pengawas. 7. Keamanan Proyek 7.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun pengrusakan. 7.2. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan. 7.3. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap digunakan dan ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai. 8. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja 8.1. Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK4) Konstruksi Bidang PU. d. dst. 8.2 Membuat Prarencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak Contoh :... Logo & Nama Perusahaan PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) 1. KEBIJAKAN K3 (Berupa pernyataan Direktur Utama atas nama perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan kegiatan konstruksi) 2. PERENCANAAN 1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya Identifikasi Jenis Bahaya & No. Jenis/Type Pekerjaan Risiko K3 Pengendalian 1 2 3 4 (Diisi dengan jenis/type (diisi JENIS BAHAYA & RISIKO (diisi jenis-jenis pengendalian pekerjaan) pada pekerjaan/kegiatan resiko K3 berdasarkan hasil dan/atau jenis alat, jenis identifikasi BAHAYA & RISIKO material, proses dan lingkungan K3) kerja terkait pekerjaan tersebut pada kolom no.2) 1. Contoh Pekerjaan Tanah Galian Tanah Biasa Contoh : Jenis Bahaya & Risiko a) Tertimbun Longsor -> Contoh : Pengendalian Risiko K3 a) Buat Turap Penahan

Luka Berat b) Terjatuh kelubang -> Luka Berat Tanah b) Buat Pagar Pelindung 2 dst. (silahkan diisi) dst. (silahkan diisi) dst. (silahkan diisi) 2) Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya (daftar Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3, sesuai pekerjaan/kegiatan yang akan dilaksanakan) Contoh : Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK4) Konstruksi Bidang PU d. dst 3. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3 (sasaran dan Program K3 yang akan dilaksanakan, harus disusun berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penetapan pengendalian risiko. Sasaran harus terukur secara kualitatif maupun kuantitatif) Contoh: Sasaran K3 : a. Tidak ada kecelakaaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident) b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80% c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masingmasing d. Dst Program K3 a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, jaring pengaman, dsb) secara konsisten. b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya. c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan d. Dst Organisasi K3 Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan Contoh : Penanggung Jawab K3 Emergency/ Kedaruratan P3K Kebakaran 8.2 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus

mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku. 8.3. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut. 8.4. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap digunakan apabila diperlukan. 8.5. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas. 8.6. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga. 9. Air Kerja, Listrik, Telepon & Sarana Pekerjaan Air kerja dan listrik kerja selama masa pembangunan menjadi tanggung jawab kontraktor. 10. Keadaan lapangan / Pengukuran Situasi 10.1. Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih dahulu oleh Konsultan Pengawas pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana. Apabila tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar, maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. 10.2. Untuk menentukan ketepatan titik awal jalan dipergunakan alat ukur theodolite dan/atau water pas. 10.3. Untuk menentukan titik per stasiun dengan jarak per 50 m harus dipasang patok-patok dari kayu, yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah. 10.4. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini, harus diketahui dan disetujui Unsur Bagian Proyek, Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.

SPESIFIKASI TEKNIS 1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN UMUM 1.1 Uraian Umum a. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari dengan seksama gambar kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan. Selain itu Kontraktor wajib pula membuat metoda kerja, time schedule, daftar peralatan yang dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang masih berlaku di Indonesia. b. Setelah pekerjaan selesai Kontraktor harus menyerahkan as built drawing kepada direksi. c. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada direksi setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor. d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada Kontraktor (selama pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa Kontraktor mengetahui benar-benar mengenai. - Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan - Panjang, lebar dan tinggi pengerjaan - Titik awal, akhir dan patok setiap jarak 50 m - Keadaan kontur tanah.

e. Kontraktor wajib menyerahkaan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan bahanbahan/material alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan. f. Kontraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar dan RKS di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh pemilik proyek dan direksi. g. Atas perintah direksi, kepada Kontraktor dapat dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan dan perincian membuat bagian-bagian khusus, semuanya atas beban Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui oleh direksi secara tertulis membuat gambar pelengkap dari pelaksanaan. h. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang dilaksanakan, Kontraktor diwajibkan berhubungan dengan direksi, untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/ persetujuan. i. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari direksi dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis. j. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus benarbenar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan standar peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus mendapat pengesahan/persetujuan dari direksi sebelum akan dimulai pelaksanaannya. k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh direksi, terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing works). Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/ perapihan, harus dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Kontraktor yang benar-benar ahli. l. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat teknis, dan dapat dipertanggungjawabkan. 1.2 Pekerjaan Persiapan 1.2.1 Bangsal Kerja a. Kontraktor wajib menyediakan bangsal kerja, yang biasanya menjadi tanggungan Kontraktor. b. Bangsal kerja tersebut merupakan bangunan sementara dengan lantai papan atau lantai rabat beton diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap seng atau asbes semen gelombang, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk pengawasan dan pencahayaan. Letak bangsal kerja harus cukup dekat lokasi kegiatan. 1.2.2 Papan Nama Proyek a. Kontraktor diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum.

b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek. c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan kemudian oleh direksi. d. Batas-batas pemindahan barang-barang tersebut di atas dikerjakan oleh Kontraktor atas biayanya. 1.2.3 Pengukuran dan Pematokan a. Kontraktor harus mengerjakan pematokan dan pengukuran untuk menentukan batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai dengan gambar rencana. b. Dari pengukuran ini dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian lokasi/areal kerja untuk disetujui direksi, sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan. Bilamana ada perbaikan dari direksi, maka Kontraktor harus melaksanakan pengukuran ulang. Dalam pengukuran ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. c. Sebelum dimulainya pekerjaan tersebut, Kontraktor harus memberitahukan kepada direksi dalam waktu tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam sebelumnya, secara tertulis. d. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Kontraktor, dimintakan persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh direksi yang dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan selanjutnya. e. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Kontraktor, gambar ini merupakan gambar pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar nyata. f. Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki Kontraktor mengajukan kembali kepada direksi untuk dimintakan persetujuan. g. Gambar tersebut (butir g di atas) harus digambar di atas kertas dengan 3 lembar hasil reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai pada gambar harus sesuai dengan ketentuan direksi dan dijadikan gambar pelaksanaan pengganti gambar lama. 1.2.4 Pembersihan Badan dan Bahu Jalan a. Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, sampah-sampah, pencabutan segala tunggul - tunggul dan akar - akar serta sisa kotoran bekas konstruksi pembuatan jalan dan sisa - sisa material lainnya. b. Pekerjaan ini mencakup hanya pekerjaan membuang tanah humus Pembuangan tanah dan akar-akar tidak boleh kurang dan ketebalan 10 cm dari Sub Soil atau sesuai dengan petunjuk pengawas teknis. Pekerjaan pembuangan lapis humus dan akar - akar dilakukan baik untuk daerah galian maupun daerah timbunan. c. Pelaksana fisik tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan berikutnya sebelum memberitahukan serta mendapat persetujuan dari pengawas teknik. d. Pada tempat - tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga memenuhi persyaratan dengan persetujuan pengawas teknik.

e. Kemiringan / landai potongan melintang dan memanjang badan jalan harus benar - benar dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan badan jalan yang segera dapat mengalirkan air hujan (tidak boleh terdapat genangan - genangan air dipermukaan badan jalan). 2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL 2.1 Pekerjaan Penghamparan Kayu Knopel a). Material Kayu Knopel memiliki diameter 8 10 cm dalam kondisi baik, baru dan tidak bengkok dan memenuhi persyaratan serta persetujuan pengawas teknik. b). Knopel dihampar melintang badan jalan sesuai dengan gambar kerja dan petunjuk teknis dari pengawas teknik. 2.2 Pekerjaan Timbunan Tanah Biasa a). Pada lokasi yang akan ditimbun, Kontraktor harus melakukan stripping terlebih dahulu, sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari segala bentuk kotoran, humus, akar-akar atau sisa-sisa material lain yang dapat membusuk. b). Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus menggunakan tanah yang baik dan bersih dari tanaman, akar-akaran, brangkal-brangkal, puing-puing dan segala macam kotoran lainnya. c). Pekerjaan penimbunan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah, sesuai dengan syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan pada RKS ini dan gambar-gambar pelaksanaan yang disetujui direksi. Gambar pelaksanaan menunjukkan antara lain gambar-gambar profil melintang memanjang, kemiringan dan dimensi-dimensi dengan jelas. 2.3 Pekerjaan Timbunan Tanah Pilihan a). Bagian - bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan. Tanah timbunan harus cukup baik bebas dari sisa - sisa ( rumput, akar - akaran dan lain - lain ) dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air. Timbunan badan jalan dibentuk dan hasil galian samping kiri dan kanan badan jalan yang langsung membentuk parit jalan. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk - petunjuk pengawas teknis. b). Tanah timbunan harus dipilih yang baik untuk mendapatkan badan jalan yang kuat terhadap beban - beban yang berat. c). Pada jalan - jalan yang telah ada, ditempat - tempat tertentu yang diperlukan diadakan penimbunan untuk mendapatkan lebar badan jalan sesuai dengan rencana, harus dilakukan perbaikan struktur tanah dasar jalan ( sub base ). d). Pekerjaan penimbunan badan jalan diikuti dengan pemadatan badan jalan yang baik secara manual, padat dan rata. Dalam hal ini penimbunan harus dilakukan setebal 15 cm padat. e). Pada timbunan yang tinggi pelaksanaannya dibuat bertangga agar tidak mudah longsong. Pekerjaan penimbunan badan jalan dengan tinggi timbunan yang selalu tergenang air tidak boleh kurang dari 50 cm diatas permukaan air tertinggi sesuai persetujuan pengawas teknis.

f). Pelaksana fisik harus bertanggung jawab atas kestabilan tanah dari penimbunan badan jalan dan memperbaiki segala kerusakan, longsor yang menurut pendapat pengawas teknis diakibatkan oleh salah pekerjaan atau kelalaian pihak pelaksana fisik atau aliran air hujan, kecuali disebabkan oleh pengaruh pergerakan tanah yang tidak dapat dihindarkan. g). Apabila pekerjaan pembentukan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan persetujuan pengawas teknis dibuat lapisan perkerasan jalan. Tebal lapisan perkerasan ditetapkan 15 cm padat dan lebar 4 meter. h). Bahan perkerasan adalah timbunan tanah pilihan atau sejenis latent setempat yang cukup keras dan disetujui oleh pihak proyek dan pengawas teknis. i). Penyimpangan penggunaan bahan dan ketentuan diatas terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari pihak proyek dan pengawas teknis. j). Pemeriksaan kepadatan lapisan perkerasan jalan dilakukan menurut pemeriksaan PB.0111 11.76 (AASHTO-9974, ASTM D-698-70 ). k). Pelaksanaan pekerjaan perkerasan badan jalan harus dikelola dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. 2.4 Pengendalian Mutu 1. Pelaksanaan pengendalian mutu tahap pelaksanaan pembuatan jalan dilaksanakan untuk 200 meter panjang jalan. Apabila dianggap perlu pengawas teknis dapat menambah jumlah pemeriksaan. 2. Cara pemeriksaan didasarkan pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Np. 01/MN/BM/1976 tentang : a. Pemeriksaan " Kepadatan lapangan dengan tabung pasir/stand cone" ( PB.0103-76) b. Pemeriksaan kepadatan standar ( PB-0111-71) c. Pemeriksaan CBR Laboratorium ( PB-0133-76 ) rendam air coaked. d. Untuk pelaksanaan pemeriksaan CBR Laboratorium pada butir a, b, dan c dapat dilakukan dengan minta bantuan kepada Laboratorium Pengujian Departemen Kimpraswil setempat. 6. Apabila terjadi kerusakan - kerusakan ditempat tertentu harus diadakan pemeriksaan secara teknis oleh pengawas teknis dengan memperhatikan syarat- syarat teknis serta sifat - sifat material setempat. 7. Apabila terjadi kerusakan - kerusakan pada bagian badan jalan atau bagian tmbunan jalan sebelum dilakukan serah terima maupun sebelum masa pemeliharaan selesai, maka pelaksana fisik harus memperbaikinya tanpa meminta biaya tambahan dari Pihak Pemberi Kerja. 8. Selang waktu sebelum masa pemeliharaan selesai maka pelaksana fisik diharuskan mengadakan pemeliharaan rutin, sehingga jalan tersebut tetap berfungsi. 2.5 Pengukuran Hasil Kerja Dan Dasar Pembayaran A. Pengukuran Hasil Kerja 1. Cara pengukuran hasil kerja untuk keperluan pembayaran khususnya untuk pekerjaan jalan diukur berdasarkan jumlah per-km panjang pekerjaan timbunan yang selesai dikerjakan dan diterima baik oleh Pengawas Teknis.

2. Jumlah pekerjaan yang akan diperhitungkan pembiayaannya, maximum sama dengan ukuran pada gambar rencana yang disyahkan oleh proyek. B. Dasar Pembayaran Jumlah KM yang dihasilkan dari cara perhitungan tersebut diatas akan dibayarkan sesuai harga satuan dalam kontrak dengan mata pembiayaan sebagai berikut : No Mata Pembayaran dan Uraian Satuan 1. Penghamparan Kayu Knopel Km 2. Pek. Timbunan tanah Pilihan Km 3. Pek. Timbunan Tanah Biasa Km 2.6 PEKERJAAN PENYELESAIAN. a). Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum serah terima pertama dilaksanakan. b). Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan. 2.7 PENUTUP 1. Meskipun dalam RKS ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh Kontraktor dan tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini. 2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh Kontraktor, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam RKS ini, untuk menuju kepenyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Direksi. 3. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.