BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB II KEBERADAAN HAK KOMUNAL DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA. Mengenai definisi hak komunal berdasarkan Kamus Lengkap Bahasa

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Dimana keunikan budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Ciptaan batik pada awalnya merupakan ciptaan khas bangsa Indonesia

BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi *

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA BAGI PRODUKSI ALAT PERAGA PENDIDIKAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani *

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik dan saat ini tengah berkembang dalam

Pengenalan Kekayaan Intelektual Oleh : dr. Gita Sekar Prihanti, M Pd Ked SENTRA KI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK KARYA CIPTA LAGU BERDASARKAN UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA (STUDI KASUS DI LOKANANTA SURAKARTA)

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

TINJAUAN TENTANG HAKI

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA

UKDW BAB I PENDAHULUAN

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk

ARTI PENTING FOLKLORE DAN TRADITIONAL KNOWLEDGE BAGI INDONESIA SEBAGAI THE COUNTRY OF ORIGIN. Oleh : Kanti Rahayu,SH.MH. Abstrak


BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang,

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HaKI BIDANG PERTANIAN DI INDONESIA (Suatu Telaah Deskriptif)

BAB I PENDAHULUAN. Plagiarism. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Plagiarism adalah

BAB I LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan hak-hak penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas, kemajuan sektor perdagangan sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. khas dari daerah tersebut. Pada ruang lingkup nasional lagu-lagu yang

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini peranan pemerintah sangatlah penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, dalam era globalisasi. perdagangan, pembangunan hukum di Indonesia diharapkan mampu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA CIPTA BATIK TRADISIONAL INDONESIA. Oleh: Nur Khasanah Setiani, SH 1. Abstrakasi

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam upayanya memperbaiki nasib atau membangun segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana tidak setiap usaha baik dalam skala kecil, menengah, meupun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kreatif manusia atau khususnya perlindungan hukum atas hasil kreativitas manusia

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara wilayah yang sangat luas dan terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman tradisi dan warisan budaya. Berdasarkan warisan budaya tersebut maka merupakan menjadi budaya yang bersifat komunal yang ruang lingkupnya juga meliputi pengetahuan tradisional (traditional knowledge) dan ekspresi kebudayaan tradisional (traditional cultural expression) dari masyarakat lokal Indonesia. Warisan budaya sendiri mempunyai cakupan pengertian yang luas, meliputi yang bersifat kebendaan yang dapat diraba serta yang tak dapat diraba. Yang disebut terakhir ini pun dapat dibedakan antara yang tertangkap panca indera lain di luar peraba dan sama sekali bersifat abstrak. Yang tertangkap panca indera lain di luar perabaan dapat dicontohkan oleh yang dapat didengar, seperti: musik, pembacaan sastra, bahasa lisan. Yang dapat dicium, seperti: wangiwangian. Yang dapat dilihat, seperti: wujud-wujud pertunjukan musik, teater, tari, dan adat berperilaku dan dapat dicicipi, seperti hasil masakan 1. Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, pengetahuan tradisional dan ekspresi kebudayaan adalah bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat yang bersangkutan. Atas hal inilah Indonesia memiliki kepentingan tersendiri dalam perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual masyarakat asli 2008), hlm. 207. 1 Edi Sedyawati, KeIndonesiaan Dalam Budaya (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 1

2 tradisional untuk mencegah menghindari terjadinya penggunaan/pemanfaatan budaya tradisional Indonesia yang dilakukan oleh pihak asing. Warisan budaya merupakan suatu kultur komunal yang memiliki filosofi sangat erat dengan budaya setiap masyarakat Indonesia. Warisan budaya secara komunal tersebut merupakan kebanggaan bangsa Indonesia yang menjadi sebuah identitas yang telah diwarisi secara turun-temurun. Sekarang ini, warisan budaya yang bersifat komunal dalam perlindungan hukumnya terancam karena telah diupayakan oleh negara-negara lain mapun pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk didaftarkan sebagai warisan nenek moyang negara lain atau pihak-pihak yang bertanggungjawab tersebut. Budaya yang bersifat komunal telah menjadi media utama ekspresi nilainilai spiritual dan kultural di Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi. Dikatakan memiliki nilai seni tinggi karena budaya bersifat komunal mempunyai daya tarik yang sangat besar sekali dan memiliki nilai-nilai yang tinggi secara ekonomis. Setiap daerah-daerah di Indonesia mempunyai warisan budaya-budaya tradisional masing-masing tidak dapat bisa dipisahkan dengan perkembangan atau kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Seperti halnya pakaian-pakaian adat, taritarian adat, lagu daerah, kerajinan tangan, cerita rakyat (legenda atau dongeng), alat-alat musik dan lain sebagainya. Setelah menjadi salah satu negara anggota World Trade Orgnization (selanjutnya disingkat WTO) pada tahun 1994 yang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 mengenai Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization atau pengesahan Pembentukan

3 Organisasi Perdagangan Dunia, Indonesia mau tidak mau harus melakukan beberapa perubahan dan sinkronisasi berbagai Undang-Undang agar dapat sesuai dengan aturan main di dalam WTO itu sendiri. 2 Persetujuan Trade Related Intellectual Property Rights (selanjutnya disingkat TRIP s) adalah salah satu elemen utama dari empat aspek penting pembentukan WTO, dimana Indonesia juga harus melakukan berbagai ratifikasi Undang-Undang hak kekayaan intelektual agar sesuai dengan Persetujuan TRIP s. Proses penyelarasan dan implementasi Persetujuasn TRIP s di Indonesia dimulai pada tahun 1997 ketika Indonesia melakukan ratikasi Undang-Undang tentang hak kekayaan intelektual terkait dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten; dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. 3 Pemerintah kemudian melakukan ratifiksi undang-undang terkait dengan pengelolaan hak kekayaan intelektual pada tahun 2000, yaitu: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri; 2 Kumpulan regulasi di bidang HKI di Indonesia, http://www.hki.lipi.go.id/, (diakses tanggal 5 Oktober 2013). 3 Ibid.

4 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Terkait dengan desakan penyempurnaan untuk aspek paten dan merek, 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. 4 Keberadaan ratifikasi terhadap pengaturan-pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) hingga sekarang ini secara sosial budaya masyarakat Indonesia masih berada dalam masa transisi masyarakat industrial yang belum semuanya mengerti dan memahami masalah-masalah HKI yang sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia karena HKI yang merupakan hak milik atas kekayaan intelektual memang bukan berasal dari masyarakat Indonesia, melainkan berasal dari masyarakat negara-negara maju untuk melindungi karya-karya intelektual masyarakat negara-negara barat tersebut yang pola pikir masyarakatnya sudah berbeda dengan masyarakat Indonesia. Dengan keberadaan pengaturan-pengaturan HKI tertuang dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994 mengenai pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization atau pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia maka secara sosial, kultural, dan ekonomi banyak mengalami problem dalam pelaksanaannya. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah penyebabnya munculnya hukum tentang HKI berbeda dengan kultur masyarakat hukum Indonesia yang bersifat komunal. 4 Ibid.

5 Berdasarkan dari uraian diatas tersebut, hak komunal merupakan budaya yang secara umum telah disampaikan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dan secara umum dianggap berhubungan dengan orang-orang tertentu atau adatnya maka kebudayaan tersebut masih tetap berkembang dalam suatu komunitas dalam sistem sosial dan kurun waktu relatif panjang. Hak komunal ini sangat melekat sekali dengan budaya dan diperoleh secara turun-temurun sehingga tidak lagi merupakan hal yang baru kelompok masyarakat Indonesia. Budaya masyarakat Indonesia tidak mengenal hak-hak cipta yang terkandung dalam HKI. Budaya masyarakat Indonesia yang bersifat komunal tidak mengenal kepemilikan secara individu terhadap suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Satu-satunya sistem kepemilikan yang dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah masing-masing kelompok masyarakat/kelompok adat. Namun, kepemilikan tersebut sifatnya komunal artinya dimiliki oleh keluarga atau masyarakat hukum adatnya. Masyarakat Indonesia tidak memahami filosofi dasar HKI sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tersebut, karena masyarakat adat tidak menganggap pengetahuan tradisional yang komunal tersebut sebagai miliknya secara individu. Bahkan masyarakat adat tersebut rela apabila ada pihak lain yang menggunakan pengetahuan tersebut meskipun tanpa persetujuan terlebih dahulu karena beranggapan bahwa semakin banyak digunakan maka semakin bermanfaat pula pengetahuan itu. Sementara pengaturan-pengaturan HKI yang diratifikasi oleh Indonesia pada dasarnya memberikan hak monopoli didasarkan atas kemampuan individual

6 dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan temuan dan keuntungan ekonomi dari kekayaan intelektual yang dimilikinya. Oleh karena, HKI lahir dalam masyarakat barat di mana hak kepemilikan dimiliki oleh individu. Berdasarkan hal-hal yang telah Penulis uraikan diatas, Inilah latar belakang yang menjadi alasan dipilih dan diangkatnya penelitian dengan judul: ANALISIS YURIDIS HAK KOMUNAL DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI INDONESIA. B. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagimana keberadaan hak komunal dalam sistem hukum di Indonesia? 2. Bagimana hak komunal dalam aturan WIPO dan TRIP s? 3. Bagaimana hak komunal dalam perlindungan hak cipta di Indonesia? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah ; 1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan hak komunal dalam sistem hukum di Indonesia. 2. Untuk mengetahui bagaimana hak komunal dalam aturan WIPO dan TRIP s. 3. Untuk mengetahui bagaimana hak Komunal Dalam Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia. Sedangkan manfaat penelitian yang didapatkan dari suatu penelitian ini adalah :

7 1. Kegunaan teoritis, a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum khususnya keterkaitanya perlindungan hak komunal di Indonesia dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. b. Bagi para yang berkepentingan, yakni; para Pembentuk Undang-Undang, memberikan masukan tentang perlindungan hak Komunal dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta atas budaya tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dalam mengantisipasi terjadinya pembajakan/klaim oleh pihak asing. 2. Kegunaan praktis, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pikir dan menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Indonesia dalam perlindungan hak komunal dalam pengaturannya di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan perpustakaan Universitas Sumatera bahwa judul tentang Analisis Yuridis Hak Komunal Dalam Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang lingkup penelitian penulis ini. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena

8 senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi. E. Tinjauan kepustakaan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 5 Terbentuknya suatu budaya dari kelompok masyarakat diwujudkan kedalam bentuk kepercayaan, nilai adat-istiadat, bahasa, pakaian, karya-karya seni maupun sastra dan lain sebagainya. Budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia dalam kelompoknya sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara turun-temurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh kegiatan-kegiatan masyarakat itu sendiri. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas dikarenakan banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunal dalam kelompok masyarakat tersebut sehingga budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial masyarakat. Budaya merupakan wujud dari suatu kepercayaan, nilai-nilai adat istiadat, pakaian, karya-karya seni maupun sastra dan lain sebagainya yang sifatnya sudah turun-temurun sehingga menjadi suatu warisan budaya yang memiliki dasar filosofi yang sangat erat dengan budaya setiap kelompok masyarakat Indonesia. 2014) 5 Wikipedia Budaya, http://id.wikipedia.org/wiki/budaya, (diakses tanggal 6 Januari

9 Warisan budaya tersebut menjadi suatu yang bersifat komunal karena diwarisi secara turun-temurun dan dimiliki secara bersama oleh kelompok masyarakat itu sendiri. Budaya yang secara umum telah disampaikan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dan secara umum dianggap berhubungan dengan orang-orang tertentu atau adatnya maka kebudayaan tersebut masih tetap berkembang dalam suatu komunitas dalam sistem sosial dan kurun waktu relatif panjang. Jadi, hak komunal ini pada intinya sangat melekat sekali dengan budaya dan diperoleh secara turun-temurun sehingga tidak lagi merupakan hal yang baru kelompok masyarakat Indonesia. Warisan budaya merupakan suatu hak komunal yang dilahirkan dikembangkan pada masa lalu tetapi masih hidup hingga saat ini tetap akan dikembangkan. Karena sebagian besar dari kebudayaan atau hak komunal tersebut merupakan hasil alam yang digunakan secara turun-temurun yang dikumpulkan dan dipublikasikan. Warisan budaya yang menjadi hak komunal yang diwariskan secara turuntemurun dikatakan memiliki nilai-nilai tinggi secara ekonomis karena merupakan budaya tradisional yang telah mempunyai identitasnya bagi daerah-daerah maupun kelompok masyarakat itu sendiri yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Warisan budaya yang telah bersifat komunal tersebut maka masyarakat Indonesia tidak lagi mengenal adanya hak individu sehingga tidak dimiliki secara perorangan ataupun individu-individu karena warisan budaya dimiliki secara

10 bersama oleh setiap kelompok masyarakat-masyarakat di Indonesia pada umumya, dan kelompok masyrakat tersebut tidak mementingkan hak individu atas karya-karya budaya tersebut. Masyarakat Indonesia yang budaya hukumnya bersifat komunal dalam kaitannya dengan perlindungan hukum hak cipta. Adanya ketentuan - ketentuan peraturan di bidang hak cipta merupakan produk yang berasal dari negara barat yang dituangkan kedalam Trade Related Intellectual Property Rights Agreement (kemudian penyebutan selanjutnya disingkat TRIP s), selanjutnya oleh negara Indonesia diratifikasi melalui Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1994, sebagai konsekwensinya negara Indonesia berkewajiban untuk mnegharmonisasikan sistim hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sesuai dengan standar-standar yang diterapkan dalam TRIP s. Adapun sistem standar-standar perlindungan hukum dalam TRIP s yang dianut adalah system Individual Right yaitu suatu karya intelektual harus dihargai dan diberikan perlindungan secara eksklusif karena dihasilkan melalui proses yang panjang dan berat baik dari segi waktu, tenaga, pikiran, biaya yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di sisi lain Indonesia sebagai bagian dari negara bekembang memiliki sistem perlindungan HKI yang menganut konsep komunal (comunal Right) artinya bahwa suatu hasil karya intelektual seseorang adalah milik bersama, artinya jika orang lain mempergunakan hasil karya intelektual tanpa seijin pemiliknya dianggap bukan suatu pelanggaran.

11 F. Metode penelitian 1. Spesifikasi penelitian Penelitian ini mempergunakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan secara yuridis. Penelitian normatif merupakan penelitian dengan menelusuri menganalisis hubungan-hubungan hukum antar satu peraturan dengan peraturan lainnya. Mengacu pada tipologi pembahasan penelitian ini menurut Soerjono Soekanto, studi pendekatan terhadap hukum yang normatif mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku pada suatu waktu dan temat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan negara tertentu yang berdaulat. 6 Berdasarkan judul penelitian yang telah dijabarkan dalam beberapa rumusan masalah dan dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagaimana diuraikan di atas, maka spesifikasi penelitian ini termasuk dalam lingkungan penelitian yang bersifat deskriptif. Dikatakan penelitian bersifat deskriptif karena merupakan suatu upaya untuk mendeskripsikan (mengungkapkan dan memaparkan), yakni membahas permasalahanpermasalahan berkaitan judul yang diteliti dan sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi data yang diperoleh untuk dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Penelitian bersifat deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal tertentu dan pada saat tertentu. Penelitian ini dikatakan deskriptif karena hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1982), hlm..51.

12 sistematis mengenai perlindungan hukum terhadap hak komunal. Dikatakan analitis karena terhadap data yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan analisis dari aspek yuridis dan budaya sebagai hak komunal. 2. Sumber data Penelitian hukum yang bersifat normatif selalu menitikberatkan pada sumber data sekunder. Data sekunder pada penelitian dapat dibedakan menjadi bahan bahan hukum primer, bahan-bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Dalam penelitian ini, bersumber dari data sekunder adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer, yaitu semua bahan-bahan hukum yang mengikat secara yuridis, seperti meliputi peraturan perundang-undangan, keputusan presiden, rancangan Undang-Undang dan lain-lain. b. Bahan hukum sekunder semua bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. meliputi jurnal, buku-buku referensi, hasil karya ilmiah para sarjana. c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, internet, eksiklopedia, dan lain sebagainya. 3. Alat pengumpulan data Dikarenakan jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif maka teknik/metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan atau teknik dokumentasi. Studi kepustakaan yaitu berupa pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dengan cara

13 mempelajari buku-buku/literatur-literatur yang berhubungan dengan judul dan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan studi dokumen yaitu berupa data yang diperoleh melalui bahan-bahan hukum yang berupa undang-undang atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Analisis data Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu data sekunder yang berupa teori, definisi dan substansinya dari beberapa literatur dan peraturan perundang undangan serta data primer yang dianalisis dengan undang undang, teori dan pendapat para pakar/sarjana yang terkait dalam membahas permasalahan penelitian ini. Metode analisis data dilakukan dengan cara, data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan yang diambil dengan menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang mendasar kepada hal-hal yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan pokok permasalahan tersebut. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

14 G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan pembukaan yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II KEBERADAN HAK KOMUNAL DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA Pada bab ini akan diuraikan mengenai definisi dan ruang lingkup hak komunal, pentingnya perlindungan hak komunal dalam sistem hukum Indonesia, dan keberadaan hak komunal dalam sistem hukum Indonesia BAB III HAK KOMUNAL DALAM ATURAN WIPO DAN TRIP S Pada bab ini dibahas tentang sejarah pengesahan WIPO dan TRIP s dalam perlindungan hak atas kekayaan intelektual di Indonesia, pengaturan hak komunal dalam perjanjian WIPO dan TRIP S, dan perlindungan hak komunal dalam negara-negara yang meratifikasi aturan WIPO dan TRIP s

15 BAB IV HAK KOMUNAL DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI INDONESIA Bab ini akan membahas mengenai filosofi atas hki, prinsip-prinsip dalam perlindungan hak cipta, pengaturan hak cipta Menurut UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, dan hak komunal dalam perlindungan hak cipta di Indonesia BAB V PENUTUP Pada bab ini akan mengurai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.