PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

METODOLOGI PENGAWASAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

Proses Kerja Mesin Batching Plant Untuk Pembuatan Komposit Beton Ready Mix Di PT.SCG ReadyMix Indonesia

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH. Pembentukan Permukaan

STANDAR LATIHAN KERJA

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT.

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PEMBAHASAN

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB III LANDASAN TEORI

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

TEKNOLOGI BAHAN I 1 Wed, March 13th 2011

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. (Mass Concrete)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP GUNAWAN NIM :

Transkripsi:

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu: 1. Menetapkan bahan/material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2. Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton. 3. Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang. 4. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan.

4.1.2. Pengertian Umum Spesifikasi Teknik adalah bagian dari Dokumen Pelelangan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan. Persyaratan Teknis tersebut mencakup : persyaratan teknis bahan baku, persyaratan teknik bahan olahan, persyaratan teknis cara pelaksanaan pekerjaan termasuk persyaratan teknis peralatan yang dipergunakan, dan persyaratan teknis produk akhir yang harus dicapai. Dapat dikatakan bahwa Spesifikasi Teknik merupakan standar mutu yang ingin dicapai dari hasil Pekerjaan yang dilelangkan. Dalam tahap pelaksanaan Kontrak, Spesifikasi Teknik menjadi lampiran Kontrak yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

4.1.3. Ruang Lingkup Lingkup Materi Unit Kompetensi ini meliputi Penerapan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton, yaitu pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar Rencana. Perkerasan jalan beton terdiri dari plat beton semen (slab) yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan lapisan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka plat beton tersebut dianggap sebagai lapis pondasi (base course), dan di atasnya dapat dilapisi dengan aspal beton (hot mix asphalt) sebagai lapis permukaan (surface course), sedangkan di bawahnya terdapat lapis pondasi bawah (subbase course) yang terdiri dari lapisan lean concrete atau agregat.

Struktur perkerasan jalan beton dan bagian-bagiannya Lapis pondasi bawah dalam struktur perkerasan jalan beton tidak selalu dipasang, tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dan pada umumnya didesain untuk tidak ikut menahan beban (non struktural). Toleransi dimensi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan Crown Template dan Straight Edge berukuran panjang 3 meter. Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat beton harus dilakukan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros.

Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen 1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); 2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement / JRCP); 3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); 4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).

4.2.1. Penetapan Bahan Pokok Beton 4.2.1.1 Air Air yang dipergunakan untuk beton harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 (AASHTO T26). Jika dapat diminum, maka air tersebut dapat dipakai untuk pembuatan perkerasan jalan beton tanpa melalui pengujian laboratorium. 4.2.1.2 Semen Semen yang digunakan memenuhi SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85) kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Admixture (Bahan Tambah / Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

4.2.1.3 Agregat Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 4.1.1.1.(1). : Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 4.1.1.1.(2) 4.2.2. Penetapan Baja Tulangan Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Struktur Beton dan detailnya tertera pada Gambar Rencana. Tulangan baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 35, AASHTO M 221 dan AASHTO M 31. 4.2.3. Penetapan Bahan Pengisi Sambungan, Membran Kedap Air dan Bahan Perawatan Beton 4.2.3.1 Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler) harus sesuai dengan persyaratan AASHTO ybs. 4.2.3.2 Membran Kedap Air harus sesuai dengan persyaratan AASHTO 4.2.3.3 Bahan Perawatan Beton harus sesuai dengan persyaratan AASHTO

4.3. PENETAPAN RANCANGAN CAMPURAN BETON 4.2.1. Penetapan Rancangan Campuran Awal 4.2.2. Percobaan Campuran (Trial Mix) 4.2.3. Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix) Persyaratan Mutu Beton a. Proporsi Bahan Campuran Beton Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan. Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

b. Kekuatan Beton Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28 hari, bila diuji sesuai dengan SNI 03-4431-1997. Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural strength) minimum pada umur 28 hari. c. Kemudahan Pengerjaan (Nilai Slump) Slump sebagaimana diukur dengan cara pengujian SNI 03-1972- 1990 untuk acuan tetap (fixed form) harus antara 40 mm sampai 60 mm dan untuk acuan gelincir (slip form) harus antara 20 mm sampai 40 mm.

Peralatan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton

Penentuan Kuat Lentur Beton (fx)

Peralatan untuk Pengujian Slump Beton Berkaitan dengan workability campuran beton

4.4. PENERAPAN KETENTUAN SAMBUNGAN- SAMBUNGAN (JOINTS) 4.4.1. Penerapan Ketentuan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints) Sambungan Memanjang perlu dibuat apabila lebar plat 4,50 m, dan dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan lenting dari plat beton akibat panas-dingin siang-malam hari. 4.4.2. Penerapan Ketentuan Sambungan Ekspansi Melintang (Transversal Expansion Joints) Sambungan Ekspansi dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan muai susut plat perkerasan beton semen. Biasanya dibuat pada jarak 150 300 m panjang perkerasan beton semen.

4.4.3. Penerapan Ketentuan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joints) Sambungan kontraksi melintang dibuat pada jarak sekitar 5,0 m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan, dan jarak 10 15 m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan, yang dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan susut dari plat beton semen pada waktu proses pengerasan beton berlangsung akibat dari terjadinya reaksi kimia antara semen dengan air. Sambungan Konstruksi/Pelaksanaan Melintang (Transversal Construction Joints) Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya.

4.4. PENERAPAN KETENTUAN PENGECORAN DAN PENGHAMPARAN BETON 4.4.1. Penerapan Ketentuan Pengangkutan dan Pengecoran Beton Kapasitas Batching Plant harus dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver agar dapat terus bergerak tanpa terhenti. Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan Dump Truck sebagai alat pengangkut beton.

4.4.2. Penerapan Ketentuan Penghamparan, Pemadatan dan Finishing Permukaan Beton 4.4.2.1 Penghamparan Dengan Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver). Merupakan satu unit mesin yang berfungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. 4.4.2.2. Penghamparan Dengan Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Finisher). Digunakan jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver.

4.4.2.10. Percobaan Penghamparan Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen. 4.4.3. Penerapan Ketentuan Toleransi Dimensi 4.4.3.1. Toleransi Dimensi (Elevasi dan Kerataan Permukaan). Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan Crown template dan straight edge berukuran panjang 3 meter. 4.4.3.2. Toleransi Ketebalan Perkerasan. Ketebalan perkerasan akan ditentukan dengan metoda "average caliper measurement of cores" diuji menurut AASHTO T 148,

4.4.4. Penerapan Ketentuan Dokumentasi Pelaksanaan Sebelum memulai suatu pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan permohnan ijin untuk memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik dengan mengajukan informasi rinci mengenai jenis pekerjaan yang akan dikerjakannya, meliputi: Jenis Pekerjaan Nomor Mata Pembayaran Nama Mata Pembayaran Volume / Kuantitas Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Gambar Rencana / Gambar kerja yang terkait Jenis dan Jumlah personil yang akan ditugaskan Jenis dan kuantitas peralatan yang akan digunakan Jenis dan kuantitas material yang akan dipakai.

Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi mengenai: Jenis Pekerjaan Nomor Mata Pembayaran Nama Mata Pembayaran Tanggal pelaksanaan pekerjaan Lokasi pekerjaan Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan Tanggal dan jam kedatangan material Tanggal dan jam penggunaan Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume) Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.). Masalah yang timbul dan pemecahannya