BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik Jenegoroan muncul karena Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

JURNAL PENELITIAN. BATIK SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus Mengenai Kebanggaan pada Batik di SMP Negeri 2 Ngadirojo Wonogiri)

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

KURIKULUM DESKOMVIS BERCIRIKAN BUDAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumartini, Penerapan Hasil Belajar "Mewarna Pada Kain Dan Serat" Dalam Praktikum Pewarnaan Batik

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

BAB I PENDAHULUAN. Kemanusiaan dari Indonesia yang merupakan budaya lisan dan nonbendawi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh para anggota sosial untuk bekerja sama, dan berkomunikasi (Chaer, 2012: 32).

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut dengan culture, yang berasal dari kata bahasa latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dan dalam Indonesia dibahasakan dengan kultur. Kebudayaan yang taken for granted sangat melekat dalam diri manusia. Begitu pula Indonesia bentang daerahnya dari Sabang sampai Merauke memiliki kebudayaan tak terhitung dan sangat bernilai. Dari ragam bentuk tari, bahasa, suku yang berbeda-beda menjadi keunikan sendiri bagi daya tarik Indonesia dan daerahnya itu sendiri. Kebudayaan menjadi kompas dalam perjalanan hidup manusia, sebagai pedoman dalam tingkah laku. Wajar sebagai masyarakat majemuk Indonesia memiliki banyak budaya di setiap daerahnya. Kebudayaan yang sudah tertanam lama dan turun temurun dihasilkan oleh nenek moyang itu akhirnya menjadi suatu ciri khas di daerah masing-masing. Contoh saja Reog Ponorogo yang sempat menjadi perbincangan hangat saat ada pengklaiman dari negara Malaysia November 2007 silam. Reog menjadi identitas masyarakat Ponorogo. Sama halnya dengan batik yang setiap daerah di Indonesia memiliki tapi dengan corak yang berbeda-beda untuk menunjukan identitas daerahnya. Batik sendiri merupakan hasil karya kerajinan yang dituangkan dalam 1

2 kain. Yang dalam bahasa Jawa hasil dalam bertanya pada seorang pembatik, batik berasal dari kata "amba" yang berarti menulis dan "nitik" yang berarti titik. Batik merupakan seni melukis yang dituangkan dalam kain dengan menggunakan lilin. Walaupun di modernisasi ini banyak kain batik dari hasil cetak mesin. Batik oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. (Diaskes di www.bloggerbojonegoro.com pada tanggal 20 Oktober pukul 14.00 WIB). Perhatian masyarakat akan batik sangat besar dari dulu sampai sekarang. Kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap ini diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia karena batik Indonesia memiliki motif yang beragam dan memiliki makna filosofi yang mendalam dalam setiap gambarnya. Selain itu penghargaan oleh UNESCO menjadikan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia itu juga didasarkan karena pemerintah dan rakyat Indonesia dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya itu secara turun-temurun. Sehingga batik dianggap busana resmi untuk digunakan dalam acara- acara keagamaan, pernikahan dan acara resmi lainnya di setiap daerahnya. Sekarang setiap orang merasa bangga memakai batik, tidak hanya yang tua tetapi juga yang muda. Dalam setiap kain batik memiliki makna tersendiri yang menunjukan nilai budaya atau ciri khas identitas daerah tersebut. Setiap pola atau motif batik tradisional selalu mengandung nilai luhur, dalam sejarahnya bermula dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Di sana

3 banyak kerajaan yang sarat akan tata krama. Ragam hias dan motif yang menyusun pola batik selalu mempunyai arti filosofi, mungkin dalam hal sejarah, magis, kesenian, agama dan lain-lain. Ragam motif dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik di Indonesia memiliki ragam motif dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun daerah pesisir yang menjadi pesinggahan kapal, menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh bangsa Cina, yang memperkenalkan corak phoenix. Penjajah dari bangsa Eropa juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan motif batik, sehingga coraknya pun diambil dari budaya dan kebiasaan yang dilakukan seperti adanya bunga tulip. Batik tulis tradisonal mempertahankan coraknya yang masih dipakai dalam upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki lambang dan makna tertentu. Seperti halnya kabupaten Bojonegoro merupakan bagian dari kabupaten di Jawa Timur yang menyimpan kebudayan yang beragam. Dalam hal batik, di Kabupaten Bojonegoro sebenarnya telah mempunyai batik yang telah dikenal yaitu batik Jumput. Batik Jumput ini berasal dari Desa Prayungan Kecamatan Sumberrejo. Tapi kurang berkembang akibat kurangnya daya tarik masyarakat dan pengenalan pemerintah tentang batik. Kekayaan alam yang berlimpah dan budaya yang dapat menjadi daya tarik Bojonegoro, menciptakan gagaasan baru. Pemerintah daerah melalui tim penggerak PKK yang di ketuai oleh Ibu Mafudho Suyoto mengadakan lomba mendesain motif batik dengan tujuan peningkatan, pelestarian batik dan sebagai

4 penciptaan identitas daerah Bojonegoro itu sendiri. Yang dibantu DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Bojonegoro yang diketuai juga oleh Ibu Mufadho Suyoto sebagai mitra kerja pemerintah yang merupakan kelompok pencipta, pecinta dan peminat seni kerajinan dalam masyarakat yang mempunyai persamaan dan kehendak untuk mengembangkan seni produktifitas dan pemasaran kerajinan Kabupaten Bojonegoro. Dari lomba tersebut akhirnya terkumpul sekitar 600 motif batik karya peserta. Kemudian dari 600 hasil motif batik tersebut tim penilai dari IPB memilih 9 motif terpilih. Kemudian tercipta sembilan motif yang unik dan khas Bojonegoro yang di launching pada 29 Desember 2009 pada acara tahunan pemilihan duta wisata Bojonegoro. Batik tersebut diberi nama batik Jonegoroan oleh bupati Bojonegoro. Motif batik yang terpilih adalah Gastro Rinonce (Motif Kilang Minyak dan Gas Bumi), Jagung Miji Emas (Motif Jagung), Mliwis Mukti (Motif Burung Legendaris Jelmaan Angling Dharma, Mliwis Putih), Parang Dahono Munggal (Motif Wisata Api Abadi, Kahyangan Api), Parang Jembul Sekar Rinandar (Motif Hewan Sapi), Pari Sumilak (Motif Padi), Rancak Thengul (Motif Wayang Thengul, khas Bojonegoro), Sata Gondo Wangi (Motif Tembakau), dan Sekar Jati (Motif Daun Jati). Sembilan motif batik Jonegoroan diatas merupakan gambaran dari hasil potensi alam dan budaya yanga ada di daerah Kabupaten Bojonegoro. Sebagai contoh motif pari sumilak yang berarti ditanami padi dan dibudidayakan secara maksimal sehingga mampu meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat Bojonegoro. Pari bahasa Jawa yang berarti padi, sumilak bahasa Jawa yang berarti sudah mulai menguning dan siap di panen, sehingga

5 mempunyai makna padi yang sudah siap di panen di seluruh wilayah Bojonegoro. Diharapkan ke depan Bojonegoro menjadi lumbung padi. Motif sata ganda wangi, sejak dahulu tembakau Bojonegoro sudah dikenal seluruh nusantara sehingga menjadi salah satu produk unggulan lainnya. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman ini menghasilkan aroma yang khas/harum yang berbeda dengan daerah lain. Sata bahasa Jawa yang berarti tembakau, ganda bahasa Jawa yang berarti aroma, wangi bahasa Jawa yang berarti harum, sehingga bermakna tembakau Bojonegoro memiliki aroma harum. Diharapkan nama Bojonegoro menjadi harum dan terkenal lewat tembakau sebagai salah satu potensinya. Dalam makna yang terkandung dalam batik bisa menunjukan identitas dalam daerahnya Penciptaan ini tentunya menciptakan dan mempengaruhi perkembangan batik di Bojonegoro. Setelah ada pengembangan dan pelestarian batik. Disini ada peran pemerintah dalam pengenalannya kepada masyarakat Bojonegoro. Dari berbagai motif baru dan pemaknaan lewat batik itu sendiri pemerintah menginginkan adanya peningkatan hasil kekayaan alam dan budaya Bojonegoro dengan cara peran pemerintah menganjurkan masyarakatnya mengembangkan dan memakai batik. Adanya pemasaran dan pengenalan batik di Bojonegoro merupakan bentuk komunikasi. Perlintasan komunikasi itu menggunakan kodekode pesan, baik secara verbal dan non verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. (Dr. Alo Liliweri, M.S, 2002: 12). Dari penjabaran diatas dalam penelitian ini sebenarnya penulis ingin mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam pengenalan motif baru batik Jonegoroan selama 3 tahun

6 belakangan ini mulai dilaunchinya batik jonegoroan sebagai salah satu progam untuk menguatkan identitas masyarakat, sehingga berdampak pada sektor kehidupan di masyarakat Kabupaten Bojonegoro. Selain itu dalam beberapa bulan terakhir peneliti mengamati adanya perkembangan mengenai penciptaan motif baru selain dari kesembilan batik yang telah ditetapkan pada akhir 2009. Tentunya pemerintah mempunyai cara promosi dalam mengenalkan motif khas batik jonegoroan ini kepada masyarakat, khususnya masyarakat Bojonegoro. Melihat seberapa besar daya tarik masyarakat terhadap batik motif baru di Bojonegoro. Merujuk pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi dengan mengangkat sebuah judul Komunikasi Promosi Pemerintah Daerah Dalam Memperkenalkan Batik Khas Jonegoroan Kepada Masyarakat Kabupaten Bojonegoro ( Studi Pada Disperindag Kabupaten Bojonegoro ). B. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah Komunikasi promosi apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam memperkenalkan batik khas Jonegoroan kepada masyarakat kabupaten Bojonegoro? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi promosi yang dilakukan pemerintah dalam memperkanalkan batik khas jonegoroan kepada masyarakat Bojonegoro.

7 D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Akademis Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis. Khususnya dalam bidang komunikasi. 2. Manfaat Praktis Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau masukan bagi pemerintah kabupaten Bojonegoro berkaitan dengan strategi komunikasi pemerintah daerah dalam mengenalkan batik khas jonegoroan, serta menjalankan strateginya dalam keikutsertan pelestarian batik jonegoroan. Dengan harapan pelestarian batik bisa dilakukan lebih maksimal dilihat dari tingkat ketertarikan masyarakat terhadap batik.