B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial? 2. Sebutkan empat kaidah sosial?

dokumen-dokumen yang mirip
2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

mens wordt eerst mens door samenleving met anderen yang artinya manusia itu baru

HUKUM SEBAGAI MEKANISME PENGINTEGRASI

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NOMOR: 51/KEP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan

Norma Dalam Kehidupan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

RPP PPKn Kurikulum 2013 Kelas VII

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan data sekunder untuk menyelidiki permasalahan penelitian.

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

BAB I Tinjauan Umum Etika

Nilai, Norma dan Moral. Oleh Rendy Sueztra Canaldhy, S.IP., MPA

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM

Daftar Pustaka. Glosarium

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG SOAL UTS GANJIL TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

K E P U T U S A N KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN NOMOR: Stb.01/SK/ 024 /2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN TEMPAT PELACURAN DAN PERBUATAN CABUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

TUJUAN HUKUM. Oleh : Muhammad Anas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hukum tentu saja dianggap melanggar hukum sehingga mendapat ancaman

Pertemuan ke-1 dan ke-2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tengku Erwinsyahbana

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

suami yang sah dan melahirkan anak-anak serta mendidik untuk menjadi generasi yang berguna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK/2003 TAHUN 2003 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN TINGKAH LAKU HAKIM KONSTITUSI

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. telah di tetapkan. Dispilin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 pertemuan 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : SMP Negeri 2 Nadirojo Pacitan

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

Kewajiban Menunaikan Amanah

STRUKTUR SOSIAL DAN HUKUM

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG

: PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK/2003 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN TINGKAH LAKU HAKIM KONSTITUSI

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH.

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

III NILAI-NILAI DAN NORMA SOSIAL

Transkripsi:

HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL A. Pendahuluan Kita sudah membicarakan tentang sistem sosial, ketertiban, pengendalian sosial dan sedikit banyak juga tentang norma sosial. oleh karena pembahasan mengenai norma sosial itu penting sekali dalam hubungannya dengan ilmu hukum, maka dalam bagian ini pembicaraannya akan lebih diperdalam. Keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat tercapai oleh karena proses-proses didalamnya, yaitu yang terdiri dari hubungan-hubungan serta kontak-kontak antara para anggota masyarakat dilaksanakan menurut suatu pola tertentu. 1 B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial? 2. Sebutkan empat kaidah sosial? 1 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2006), Hal 132 1

C. Pembahasan 1. Hukum Sebagai Kaidah Sosial Menurut Radbruch Kaidah Hukum dimasukkan dalam kaidah kesusilaan, Kaidah Kultur berada diantara kaidah alam dan kaidah kesusilaan. Radbruch juga menyatakan bahwa kaidah kesusilaan (kaidah sosial) dimasukkan ke dalam golongan kaidah ideal, sedangkan kaidah hukum ke dalam kaidah kultur. 2 kehidupan manusia didalam pergaulan masyarakat diliputi oleh normanorma, yaitu peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah laku manusia didalam masyarakat. Sejak masa kecilnya manusia merasakan adanya peraturan-peraturan hidup yang membatasi sepak terjangnya. Pada permulaan yang dialami hanyalah peraturan-peraturan hidup yang berlaku dalam lingkungan keluarga yang dikenalnya, kemudian juga yang berlaku diluarnya, dalam masyarakat. Yang dirasakan paling nyata ialah peraturanperaturan hidup yang berlaku dalam suatu negara. Akan tetapi dengan adanya norma-norma itu dirasakan pula olehnya adanya penghargaan dan perlindungan terhadap dirinya dan kepentingankepentinggannya. Demikianlah norma-norma itu mempunyai tujuan supaya kepentingan masing-masing warga masyarakat dan ketentraman dalam masyarakat terpelihara dan terjamin. 3 Dilihat dari kerangka uraian diatas, tingkah laku kita sehari-hari sebetulnya tidak mengandung kebebasan yang penuh. Tingkah laku kita diikat atau didisiplinkan oleh petunjuk-petunjuk tersebut. Perbuatanperbuatan kita sehari hari sebetulnya merupakan usaha untuk memenuhi petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam norma-norma sosial. Kita tentunya enggan sekali untuk menyimpan dari norma-norma tersebut, sekalipun mungkin perbuatan itu sangat, menguntungkan diri kita sendiri. Dilihat dari kacamata ini, tingkah laku kita berusaha untuk memenuhi harapan-harapan yang terkandung dalam norma-norma sosial itu. Oleh 2 blogspot.com/2011/12/05/hukum-sebagai-kaidah/ (diakses pada tanggal 23 febuari 2013) 3 Kansil. Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1989) Hal 82 2

karena itu petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam norma sosial juga disebut suatu sistem harapan-harapan. Sekarang kita bisa mengatakan secara lebih tajam, bahwa tingkah laku kita sehari-hari adalah jawaban kita terhadap sistem harapan-harapan tersebut dalam bentuk penampilanpenampilan. Semakin sesuai penampilan-penampilan para anggota masyarakat dengan harapan-harapan itu, semakin tinggi pula tingkat ketertiban yang ada dalam masyarakat. 4 Hukum sebagai kaidah sosial dibagi menjadi empat bagian yaitu: a. Norma Keagamaan Norma keagamaan merupakan peraturan atau kaidah yang sumbernya berasal dari perintah- perintah tuhan melalui para nabi atau rasul-nya. Bagi orang yang beragama, perintah- perintah tuhan merupakan pedoman dalam menentukan sikap tindak (way of life). Kaidah atau norma keagamaan tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia tapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan kata lain, kaidah keagamaan tidak hanya memberikan petunjuk mengenai peribadatan semata-mata, tetapi juga petunjuk mengenai kehidupan sosial yang memberikan perlindungan kepada masyarakat, kepentingan-kepentingan orang lain, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Umpamanya, membunuh itu dosa, hormatilah orangtuamu agar hidupmu selamat di dunia dan diakherat, tidak boleh berbohong karena yang berbohong akan masuk neraka, dan lain sebagainya. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma keagamaan akan mendapatkan sanksi yang berupa siksaan dineraka. Tentu saja, norma agama hanya akan diikuti dan ditaati oleh orang yang beragama, sebab orang atheis tidak akan mempercayai hukum tersebut dan oleh karena itu norma atau kaidah agama tidak berfaidah bagi orang yang tidak beragama. 4 Ibid Hal 133 3

Kaidah Atau norma keagamaan: a) Sumbernya dari Tuhan b) Sanksinya bersifat internal, yaitu dosa (kecuali kaidah agama Islam, karena Islam merupakan ajaran dunia dan akhirat,maka jadi islam pun memiliki sanksi eksternal yg bersumber dari Tuhan, dan diterapkan didunia oleh pemimpin dunia yg diberi wewenang untuk itu. c) Isinya ditujukan pada sikap batin (kecuali kaidah agama islam juga ditujukan pada sikap lahir) d) Bertujuan demi kepentingan si pelakunya, yaitu agar manusia bebas dari azab dunia dan akhirat. e) (Achmad Ali) Menurut Tauhid tujuan segala-galanya yg kita lakukan di dunia adalah Demi Allah,karena Allah, dan bukan demi surga f) Daya kerjanya lebih menitikberatkan kewajiban daripada hak. b. Norma Kesusilaan Kaidah atau norma yang bersumber pada suara batin yang diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam menentukan sikap tindaknya, yang menuntunnya ke arah kemuliaan atau insan kamil. Misalnya, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, jangan meminum-minuman keras dan sebagainya. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma kesusilaan akan mendapatkan sanksi yang bersifat otonom, yakni hukuman yang lahir dari dalam diri pribadinya, seperti penyesalan, siksaan batin, dan lain lain. Di dalam masyarakat selain terdapat orang yang dikategorikan sebagai orang susila, juga terdapat orang yang dikategorikan sebagai asusila. Dengan demikian, kaidah atau norma kesusilaan hanya dapat diikuti oleh sebagian anggota masyarakat yang bermoral saja. Dari contoh contoh tersebut di atas, maka akan terlihat dengan jelas bahwa isi norma atau kaidah keagamaan sama dengan isi norma atau kaidah kesusilaan. 4

Kaidah kesusilaan: a) Sumbernya diri sendiri/otonom b) Sanksinya bersifat internal, artinya berasal dari perasaan si pelaku sendiri c) Isinya ditujukan pada sikap batin d) Bertujuan demi kepentingan si pelaku, agar dia menyempurnakan diri sendiri e) Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban. c. Norma Kesopanan Dalam kehidupan sehari-hari biasanya dikenal dengan istilah tatakrama, yaitu peraturan yang timbul dari pergaulan segolongan manusia. Kaidah ini ditaati dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bersikap tindak pada suatu lingkungan masyarakat terbentuk, misalanya: jangan mencela orang lain, jangan meludah didepan orang lain, jangan berbicara kasar, dan sebagainya. Pelangggaran terhadap kaidah ini akan mendapatkan sanksi, sekalipun pada umumnya sanksi dari pelanggaran atas kaidah ini ringan,seperti pengucilan, cemoohan, dan sebagainya hukuman-hukuman seperti itu dimaksudkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan warga masyarakat, karena selalu ada sebagian warga masyarakat yang tidak mengetahui tatakrama atau sopan santun. Kaidah Kesopanan: a) Sumbernya dari masyarakat secara tidak terorganisir b) Sanksinya bersifat eksternal dalam wujud celaan, cercaan, teguran, dan pengucilan c) Isinya ditujukan pada sikap lahir d) Bertujuan untuk ketertiban masyarakat e) Daya kerjanya lebih dititikberatkan pada kewajiban. 5

d. Norma Hukum Adalah peraturan-peraturan yang dibuat dan dilaksanakan oleh negara, dan berlaku dipertahankan secara paksa oleh alat-alat negara, seperti polisi, jaksa, hakim, dan sebagainya dengan demikian memaksa merupakan sifat khas dari kaidah atau norma hukum. Meskipun demikian, memaksa tidak dapat diartikan sebagai kesewenang-wenangan sebab pelaksaan hukum yang selalu dipaksakan dalam arti kata yang sesungguhnya tidak mungkin tercapai. Dengan perkataan lain, paksaan tidak berarti sewenang-wenang, melainkan harus bertujuan sebagai suatu tekanan. Untuk menghormati hukum, selain sebagai alat, paksaan tidak boleh dijadikan tujuan. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma hukum akan mendapatkan sanksi yang bersifat heteronom, dalam hal ini lahir dari kekuasaan lain yang berada diluar diri pelanggar. Umpamanya tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh bersaing secara tidak sehat, harus memenuhi perjajian yang dibuat, harus membaayar pajak dan sebagainya. Kaidah Hukum: a) Sumbernya dari masyarakat yg diwakili oleh suatu otoritas tertinggi dan terorganisir b) Sanksinya bersifat eksternal, dalam wujud ganti rugi perdata, denda, kurungan penjara sampai hukuman mati c) Isinya ditujukan mutlak pada sikap lahir d) Bertujuan untuk ketertiban masyarakat Daya kerjanya mengharmoniskan hak dan kewajiban. 5 5 Pipin Syarifin. Pengantar Ilmu Hukum. (Bandung: CV Pustaka Setia 1999) Hal 41 6

D. Kesimpulan Dari penjelasan ringkas diatas dapat kita ketahui apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial yaitu untuk mengatur berbagai kepentingan didalam masyarakat biar masyarakat selalu hidupnya terkondisi, aman, dan tentram. Kaidah sosial dibagi menjadi empat yaitu kaidah keagamaam, kaidah kesusilaan, kaidah hukum, dan kaidah kesopanan. Daftar Pustaka blogspot.com/2011/12/05/hukum-sebagai-kaidah/ Kansil. 1989. Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Jakarta: Balai Pustaka Rahardjo Satjipto. 2006. Ilmu Hukum.Bandung: PT Citra Aditya Bakti Syarifin Pipin. 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia 7