KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

dokumen-dokumen yang mirip
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

Perdamaian yang universal dan abadi hanya dapat diwujudkan bila didasari pada keadilan sosial. Konstitusi ILO, 1919

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No Catatan konsep

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh

Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

KEPMEN NO. 231 TH 2003

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

Discrimination and Equality of Employment

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Sekilas ILO di Indonesia

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pakta Lapangan Kerja Global

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

JAMINAN PEKERJA RUMAH TANGGA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Eduard Marpaung KSBSI

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

K27 PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG-BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA

KEPMEN NO. KEP.68/MEN/IV/2004

Labor and Industrial Relations

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Transkripsi:

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas, dan kian memperparah kemiskinan mereka. Menyadari bahwa pemulihan apapun tidak akan berkelanjutan kecuali terciptanya serta dipertahankannya pekerjaan yang layak dan produktif melalui Pakta Lapangan Kerja Global (Global Jobs Pact) yang telah diadopsi oleh Konferensi Perburuhan Internasional pada bulan Juni 2009. Pakta Lapangan Kerja Global ini berisi portofolio kebijakan untuk mempromosikan pekerjaan, perlindungan sosial yang luas, penghormatan terhadap standard-standar perburuhan internasional, mempromosikan dialog sosial, dan menyeimbangkan ulang kebijakankebijakan seiring dengan masa depan yang lebih berkelanjutkan dan inklusif berdasarkan agenda kerja yang layak serta model yang adil untuk globalisasi. Pelaksanaan dari Pakta Lapangan Kerja ini adalah merupakan komitment tripartit, yaitu pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh karena itu, Pakta Lapangan Kerja Indonesia (PLKI) juga telah disepakati bersama oleh ketiga unsur tripartit tersebut sebagai bukti komitmen ketiga unsur tripartit untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Dari wakil pekerja/buruh, empat Konfederasi Nasional, yaitu: Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI); Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI); Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI),dan; Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), menjadi penandatangan akta kesepakatan kerja untuk pelaksanaan Pakta Lapangan Kerja di Indonesia ini di Istana Negara pada tanggal 13 April 2011. Menindaklanjuti kesepakatan kerja tersebut, empat Konfederasi diatas yang mewakili para pekerja/buruh di Indonesia juga telah sepakat untuk membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) guna mengkokohkan kerja dan usaha demi mengembangkan agenda bersama untuk kesuksesan pelaksanaan Pakta Lapangan Kerja Indonesia (PLKI). Menyadari tantangan ekonomi nasional pada khususnya dan dunia pada umumnya, seperti kecenderungan fleksibilitas pasar kerja, maraknya tenaga kerja paruh waktu, kecenderungan menggunakan tenaga kerja perempuan, peningkatan bentuk-bentuk pekerjaan non-standar, pemborongan pekerjaan dan kerja kontrak yang tidak sesuai dengan aturan dan penempatan pekerja/buruh pada tempat kerja yang berbahaya tanpa perlindungan yang layak, semakin mendorong empat Konfederasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang lebih strategis secara bersama-sama untuk melindungi kepentingan pekerja/buruh. Disamping itu juga, melalui Sekretariat Bersama empat Konfederasi ini, kita bisa memberikan desakan dan pengaruh kuat pada kebijakan ekonomi makro dan sosial pemerintah demi mewakili kepentingan pekerja/buruh secara kuat dan satu. 1 Kebijakan dan Program Aksi ini telah disetujui pada rapat Komite Pengarah pada tanggal 12 Januari 2012 Page 1 of 5

Dan melalui Sekretariat Bersama ini akan memudahkan empat Konfederasi dalam mengembangkan kebijakan dan aksi bersama khususnya untuk pelaksanaan Pakta Lapangan Kerja Indonesia dengan mempromosikan satu suara pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dalam lembaga tripartit. Pada prinsipnya Sekretariat Bersama ini adalah komitmen dan konsensus dari empat Konfederasi untuk bersama-sama melakukan sinkronisasi kebijakan dan aksi bersama yang terkait dengan perlindungan terhadap hak dan kepentingan pekerja/buruh di Indonesia dengan mengambil peran penting secara nasional maupun internasional. Maka empat Konfederasi ini melalui Sekretariat Bersama menetapkan kebijakan dan Program Aksinya: 1. Kebijakan Mempromosikan Pekerjaaan Empat Konfederasi menegaskan bahwa akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan defisit globalisasi: meningkatnya pekerja/buruh informal dan pekerjaan berbahaya, rendahnya perlindungan terhadap pekerja/buruh pada kontrak kerja fleksibel dan pekerjaan non-standar, tingginya angka kecelakaan dan kematian ditempat kerja, rendahnya keamanan dan kepastian pekerjaan dengan penyalahgunaan kontrak kerja yang dilakukan dengan menggunakan agen tenaga kerja atau melalui outsourcing yang mana prinsip ini adalah sebagai keputusan sadar pengusaha untuk membatasi jumlah angkatan kerja permanen. Empat Konfederasi ini memahami bahwa kondisi-kondisi kerja tersebut diatas secara sadar diakui oleh pengusaha guna memaksimalkan flesibilitas untuk mendapatkan alternatif paling murah sebagai bagian dari desakan pasar untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karenanya, empat Konfederasi dan serikat pekerja/serikat buruh anggotanya sering mendapatkan hambatan dalam mengidentifikasikan siapa yang harus bertanggung jawab ketika muncul persoalan perburuhan, karena persoalan besar disini adalah ketika hubungan antara pengusaha dan pekerja/buruh tidak jelas ataupun tidak ada karena kondisi yang telah dibuat tadi. Dan juga pada kondisi ini pekerja/buruh pada pekerjaan diatas biasanya tidak dilindungi oleh undang-undang perburuhan ataupun perlindungan jaminan sosial, dan juga hambatan bagi mereka untuk bergabung dengan serikat pekerja/serikat buruh. a) Mempromosikan pekerjaan yang layak karena penting untuk kesejahteraan manusia. Disamping itu pekerjaan yang layak memberikan penghasilan dan membuka jalan menuju perbaikan ekonomi; b) Melakukan pengornisasian dan penguatan bagi para pekerja/buruh untuk kampanye perlindungan dan kepastiaan pekerjaan melalui peraturan perundangundangan; c) Menguatkan kapasitas serikat pekerja/serikat buruh dalam memperbaiki kondisi dan syarat syarat kerja melalui perjanjian kerja bersama yang berkualitas; d) Menguatkan suara pekerja/buruh dalam lembaga tripartit nasional dan daerah dengan mendorong pengusaha dan pemerintah dalam agenda keamanan dan kepastian pekerjaan demi perbaikan status hubungan kerja pekerja/buruh; Page 2 of 5

e) Mendorong pemerintah dan pengusaha untuk perbaikan standar- standard ketenagakerjaan, termasuk kebebasan berserikat dan hak atas perundingan bersama. 2. Kebijakan Perlindungan Sosial Yang Luas Bagi Semua Pekerja/Buruh Pengesahan Undang-Undang (UU) Sistem Jaminan Sosial Nasional No. 40 tahun 2004 dan Keputusan Menteri No. 24 Tahun 2006, maka Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) telah memberikan manfaat komprehensif dengan menambah jumlah manfaat yang ditawarkan oleh program Jamsosnas, dan memperluas jangkauan pelayanan Jamsosnas kepada lebih banyak pekerja/buruh Indonesia, baik di sektor formal maupun informal. Dan juga pengesahaan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) No. 24/2011 pada bulan November 2011 lalu telah membuktikan bahwa strategi memperbaiki kesejahteraan pekerja/buruh adalah juga upaya perbaikan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan suatu amanat konstitusi dan pencapaian mandat keadilan dan perlindungan sosial yang layak dan memadai bagi semua. Di samping itu, sistem-sistem jaminan sosial yang sudah direncanakan tidak menimbulkan beban ekonomi baru bagi pengusaha dan pemerintah tetapi justru akan meningkatkan kinerja ekonomi sehingga dapat membantu meningkatkan daya saing mereka. a) memperluas jangkauan perlindungan sosial bagi semua kelompok masyarakat dan para pekerja/buruh dalam memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan di tempat kerja; b) mendorong pelaksanaan undang-undang yang berlaku dan monitoring dengan melakukan advokasi kampanye secara nasional dan daerah; c) menguatkan kapasitas pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh secara nasional dan daerah dalam memahami kebijakan perlindungan sosial sebagai mekanisme komprehensif bagi perlindungan pekerja/buruh yang meliputi manfaat asuransi bagi pekerja/buruh yang sedang mengganggur, manfaat pensiun dan jaminan hari tua, manfaat tunjangan jaminan kesehatan dan juga manfaat perlindungan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), manfaat program pelatihan dan training bagi peningkatan ketrampilan kerja, manfaat perlindungan upah, dan lainnya; d) Menguatkan kapasitas perundingan dengan memasukkan klausal kebijakan perlindungan sosial dalam perjanjian kerja bersama. 3. Pelaksanaan Standar Standar Perburuhan Internasional, Terutama Kebebasan Berserikat dan Hak Untuk Berunding Bersama Melindungi dan membela hak pekerja/buruh adalah menjadi komitmen utama empat Konfederasi ini bahwa semua pekerja/buruh tanpa pembedaan apapun untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan atas hak dan kepentingan mereka sebagai pekerja/buruh. Tetapi tidak dipungkiri bahwa kondisi pelaksanaan pasar bebas di Indonesia telah menghilangkan sebagian atau seluruh hak dan kepentingan pekerja/buruh ini. Hal ini dapat diidentifikasi melalui tidak dilaksanakan standarstandar minimum perburuhan yang berlaku dan berdampak pada rendahnya kondisikondisi kerja dan perlindungan terhadap para pekerja/buruh ditempat kerja. Sehingga Page 3 of 5

memunculkan kasus pelanggaran hak pekerja/buruh karena banyak pengusaha mengabaikan peraturan yang ada dan tidak menaati untuk menjalankannya, disamping itu juga sistem pengawasan pemerintah dalam hal ini dinas tenaga kerja dan transmigrasi sangatlah lemah. Hal ini tentunya menghambat serikat pekerja/serikat buruh dalam menegakkan hak dan kepentingan pekerja/buruh ditempat kerja. Banyak kasus perburuhan terkait dengan pelanggaran hak untuk kebebasan berserikat dan hak untuk berunding bersama. Pemerintah dan pengusaha semakin tidak bertoleransi terhadap serikat pekerja/serikat buruh. Tantangan ini terkait dengan pengakuan kebebasan berserikat yang dicerminkan melalui kurangnya perlindungan terhadap diskriminasi serikat pekerja/serikat buruh dan kesulitan yang dihadapi oleh pekerja/buruh dalam mendirikan serikat pekerja/serikat buruhnya dan hak mereka untuk melaksanakan perundingan kerja bersama khususnya bagi pekerja/buruh dalam relasi kerja yang tidak pasti atau pekerja/buruh sub-kontrak/outsourcing. Indonesia adalah negara di Asia yang pertama kali meratifikasi semua Konvensi Inti ILO, namun demikian, pengakuan pada ketentuan dari Konvensi seringkali terhalang oleh hambatan serius dimana peraturan perundang-undangan tidak mampu menjamin secara memuaskan jaminan yang ditetapkan Konvensi yang menyangkut langkahlangkah perlindungan terhadap pelanggaran hak pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh. Oleh karenanya, kondisi ini menjadi perhatian serius keempat Konfederasi untuk pencapaian hak-hak pekerja/buruh sebagai legitimasi akan martabatnya sebagai manusia yang dilindungi oleh hukum, undang-undang dan standard perburuhan internasional a) Melakukan advokasi kampanye pelaksanaan hak berserikat dan hak berunding bersama khususnya bagi pekerja/buruh kontrak/outsourcing dan pekerjaan nonstandard b) Melakukan pengorganisasi dan rekruitmen pekerja/buruh yang belum berserikat; c) Membangun kapasitas pengetahuan dan ketrampilan para pekerja/buruh agar mereka mampu menyuarakan dan berjuang atas hak dan kepentingan mereka ditempat kerja; d) Memastikan pelaksanaan undang-undang dan aturan perburuhan nasional dan juga standard perburuhan internasional, serta mengambil langkah yang tepat bilamana terjadi pelanggaran; e) Melakukan kerjasama dengan serikat pekerja/serikat buruh baik nasional dan internasional dalam membangun institusi kerjasama multilateral guna memastikan dan memasukkan standar perburuhan nasional dan internasional diterapkan dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan; 4. Mempromosikan Upah Yang Layak Empat Konfederasi mengakui bahwa upah yang layak bagi pekerja/buruh adalah perjuangan utama serikat pekerja/serikat buruh untuk memperbaiki kehidupan mereka. Oleh karenanya, setiap pekerja/buruh setidaknya mendapatkan bayaran sesuai dengan standar upah minimum yang ditetapkan (dimana upah tersebut hendaknya bisa mencukupi kebutuhan dasar pekerja/buruh tersebut bersama keluarga), atau sesuai Page 4 of 5

dengan upah kelayakan hidup yang mana upah tersebut dapat menjamin standar minimum kehidupan mereka bersama keluarga. Ketidakcukupan upah pekerja/buruh mendorong mereka untuk bekerja lebih lama dengan lembur demi menambah penghasilan tambahan, tetapi tetap tidak mencukup untuk memenuhi kehidupan layak mereka. Disamping itu juga tren terkini pengurangan giliran (shift) harian kerja pabrik, memotong jam kerja dan membatasi waktu lembur mengakibatkan pekerja/buruh mengalami kekurangan penghasilan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh empat Konfederasi bersama serikat pekerja/serikat buruh anggotanya untuk mendorong kenaikan upah pekerja/buruh melalui penetapan upah minimum baik secara nasional maupun daerah setiap tahunnya. Tetapi juga disadari bahwa rendahnya paradigma pengupahan dan kemampuan berunding wakil pekerja/buruh dalam lembaga tripartit pengupahan mengakibatkan penetapan upah minimum tidak berkembang secepat kebutuhan hidup. a) Mempersiapkan kertas posisi serikat pekerja/serikat buruh tentang paradigma pengupahan dan penetapan upah kehidupan layak; b) Menguatkan posisi perundingan dengan membangun kapasitas serikat pekerja/serikat buruh untuk memperbaiki upah melalui perundingan kerja bersama; c) Menguatkan kemampuan berunding dan pengetahuan para wakil pekerja/buruh dalam lembaga tripartit pengupahan; d) Melakukan lobi nasional dan daerah tentang mengapa pekerja/buruh harus mendapatkan upah yang layak bagi kehidupan mereka dan keluarganya Menguatkan Dialog Sosial Untuk Menguatkan Pengaruh Nasional. Berbasis kepada kebijakan dan program aksi dalam pelaksanaan Pakta Lapangan Kerja Indonesia (PLKI) ini, empat Konfederasi telah melakukan identifikasi bahwa strategi membangun perjanjian nasional dengan pemerintah dan pengusaha melalui dialog sosial tripartit menjadi agenda utama untuk perbaikan kebijakan dan aturan perburuhan yang adil dan demi pencapaian portofolio Pakta Lapangan Kerja Indonesia (PLKI) yang telah disepakati secara bersama oleh unsur tripartit ini. Karena empat Konfederasi ini percaya bahwa sosial dialog adalah sebagai unsur penting dalam pencapaian agenda kerja layak. Kemitraan dan dialog sosial adalah komponen yang fundamental, karena melalui dialog sosial yang efektif dan adil antara unsur tripartit ini pada setiap level pengambilan kebijakan tentunya akan menjamin bagi keberlanjutkan usaha dan tentunya bermanfaat bagi kehidupan pekerja/buruh dan ekonomi nasional secara umum. Oleh karenanya, empat Konfederasi melalui Sekretariat Bersama berkomitmen untuk menjalankan kebijakan dan program aksi yang telah disepakati bersama dengan bekerja bersama dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh anggotanya dan organisasi lainnya demi pencapaian pelaksanaan PLKI secara efektif dan konkret. ~~~000~~~ Page 5 of 5