sebelumnya. Standart rata-rata sectio

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I LATAR BELAKANG

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FIRMAN FARADISI J

GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

SKRIPSI SULASTRI J

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUMAH SINGGAH KANKER DENPASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

Yecy Anggreny, Armansyah, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis pada Pasien yang Mengalami Kecemasan Praoperatif Ortopedi

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

Kata Kunci: Pengetahuan Mahasiswi, Persalinan, Hypnobirthing

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANGAN BEDAH RSUD PROF.

KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA. di Ruang Melati RSUD Dr. Harjono Ponorogo

PROSES TERJADINYA MASALAH

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP KECEMASAN KLIEN PRE OPERASI KATARAK DENGAN ANASTESI LOKAL

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENURUNAN KECEMASAN IBU NIFAS MENGGUNAKAN TOTOK WAJAH DI FASILITAS PELAYANAN PERSALINAN. Keywords: Full-Blooded Face, Anxiety, Mother Postpartum.

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

TEKNIK DISTRAKSI MENDENGARKAN AYAT SUCI AL-QURAN MENURUNKAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SEKSIO SESAREA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB I PENDAHULUAN. 1

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

Transkripsi:

PENGARUH TEKNIK GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG SRIWIJAYA RSUD. Prof. Dr. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO Lasiyati Yuswo Yani*, Farah Yuni Kurniawati** STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, Abstract Sectio caesarea surgery is an action that can cause tension (stress). Mothers who will undergo surgery sectio caesarea generally experience anxiety (ansietas) that vary from mild to severe levels. Guided imagery is a therapeutic technique used for relaxation and can reducing anxiety. This study aims to prove the influence of guided imagery techniques on changes in anxiety levels of preoperative patients sectio caesarea in RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojokerto regency. In this research the design used is pre experiment with onegroup type pre-post test design. A sample of 15 people was taken by accidental sampling. Given guided imagery therapy at 2 hours before surgery then performed tabulation of data tested using descriptive analysis mode. Data collection using HARS questionnaires. There is influence of guided imagery technique to change anxiety level of pre surgical patient of sectio caesarea which level of anxiety before given guided imagery technique obtained data more than half that is 9 respondents (60%) with moderate anxiety level and anxiety level after given guided imagery technique obtained data more than half that is 9 respondents (60%) with mild anxiety level. Guided imagery technique capable of making the visual cortex of the brain processing the imagination strongly associated with the autonomic nervous system that controls involuntary movements include: pulse, respiration and physical response to stress. Guided imagery can also secrete endorphin hormones that can help the relaxation process to affect of anxiety levels. Keywords: Anxiety, Sectio Caesarea, Guided Imagery. PENDAHULUAN Tindakan pembedahan (operasi) sectio caesarea merupakan tindakan yang dapat menyebabkan ketegangan (stress). Ibu yang akan menjalani tindakan pembedahan sectio caesarea umumnya mengalami kecemasan (ansietas) yang bervariasi dari tingkat ringan sampai berat. adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil keputusan tindakan guna mengatasi ancaman (Ibrahim A.S, 2012). Berbagai faktor yang dapat menyebabkan kecemasan dalam menghadapi operasi tersebut antara lain takut nyeri setelah pembedahan, takut menghadapi ruang operasi, takut tidak sadar lagi saat dibius dan takut operasi gagal (Brunner & Suddarth 2002; Syaiful 2012). Keadaan yang tidak menyenangkan tersebut akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman K.L, 2010). Data World Health Organisation (WHO) tahun 2011 dilaporkan bahwa angka kejadian sectio caesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Standart rata-rata sectio 1

caesarea disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Gibbons, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Wijaya Surabaya didapatkan hampir semua pasien pra operasi sectio caesaria mengalami kecemasan yang bervariasi, yaitu 30% (10 pasien) mengalami cemas ringan, 60% (20 pasien) mengalami cemas sedang dan 10% (3 pasien) mengalami cemas berat (Syaiful, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 16 Januari 2017 di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto dari hasil pengambilan data selama satu tahun dari bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2016 terdapat 474 pasien yang melakukan persalinan dengan cara operasi sectio caesarea. Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 Januari 2017 sampai dengan 22 Januari 2017 kepada 5 pasien pra operasi sectio caesarea didapatkan pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 1 responden (20%), cemas sedang sebanyak 3 responden (60%) dan cemas berat sebanyak 1 responden (20%). yang dirasakan oleh pasien sebelum pembedahan biasanya ditandai dengan perubahan fisik dan psikologi seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali dan bahkan sulit tidur (Suliswati 2005; Syaiful 2012). ini akan berakibat buruk apabila tidak segera diatasi dapat meningkatkan tekanan darah dan pernafasan yang dapat menyebabkan 2 pendarahan baik pada saat pembedahan maupun setelah pembedahan. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis sebelum dilakukan operasi (Efendy 2005; Firman 2012). Salah satu metode yang cukup sering digunakan untuk mengurangi kecemasan oleh berbagai kalangan yaitu relaksasi. Teknik relaksasi merupakan suatu bentuk penanganan dengan cara mengajak serta mengantar klien untuk beristirahat atau bersantai dengan asumsi bahwa istirahat dapat mengurangi tegangan psikologis (Chaplin 2002; Purnama 2015). Guided imagery adalah teknik terapeutik yang digunakan untuk relaksasi atau untuk tujuan proses penyembuhan. Terapi Imagery dapat membantu klien untuk mencapai berbagai tujuan masalah kesehatan, salah satunya yaitu menurunkan kecemasan. Dalam latihan imagery, terapis membimbing klien untuk merasakan atau memvisualisasi tujuan relaksasi dan penyembuhan (Susana, 2011). Respon kecemasan lebih dominan pada sistem saraf simpatik, sedangkan respon relaksasi lebih dominan pada sistem saraf parasimpatik yang mampu mengendorkan saraf yang tegang. Saraf parasimpatik berfungsi mengendalikan fungsi denyut jantung sehingga membuat tubuh rileks. Pada teknik guided imagery, korteks visual otak yang memproses imajinasi mempunyai hubungan yang kuat dengan sistem syaraf otonom, yang mengontrol gerakan involunter diantaranya : nadi, pernapasan dan respon fisik terhadap stress dan membantu mengeluarkan hormon endorpin sehingga terjadi proses

relaksasi dan kecemasan menurun (Simon 2003; Reliani 2015). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuro - immunologi yang mempengaruhi respon stres, hal ini berkaitan dengan teori Gate Control yang menyatakan bahwa Hanya satu impuls yang dapat berjalan sampai sumsum tulang belakang ke otak pada satu waktu dan jika ini terisi dengan pikiran lain maka sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke otak oleh karena itu rasa sakit berkurang kecemasan dapat menurun. Guided imagery juga dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit (Liebert, 2008). Komponen pada teknik guided zimagery lebih dari sekedar visual, melainkan mampu melibatkan semua panca indera berupa penciuman, pendengaran, pengecap, dan perasa untuk dapat mengubah pemikiran, emosi serta perilaku seseorang. Melalui pemanfaat lima indra tersebut dapat mempengaruhi perspektif personal individu terhadap diri dan lingkungan sekitarnya (Nguyen 2012; Purnama 2015). Dalam prosedur teknik guided imagery ini juga melibatkan beberapa teknik relaksasi lain seperti mengatur pola nafas dan mengiringi proses imajinasi klien dengan terapi musik. Guided imagery merupakan terapi nonfarmakologi yang efektif digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini adalah one-group pre - post test design. Jumlah populasi yang memenuhi kriteria peneliti berjumlah 15 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yakni 3 accidental sampling. Jumlah sampel minimum pada jenis penelitian eksprerimen adalah 15 subyek per grup (Kasjono H, 2009). Penelitian dilakukan tanggal 22 Maret - 19 April 2017. Alat ukur menggunakan Kuisioner HARS (Hamilton Anxiety rating Scale) yang terdiri dari 14 pertanyaan. Uji statistik pada penelitian ini menggunakan Uji Deskriptif Modus yakni untuk mengetahui perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada responden. Nilai modus yang didapatkan sebelum perlakuan yaitu berada pada tingkat kecemasan sedang dan sesudah perlukan berada pada tingkat kecemasan ringan. Analisa data ini menggunakan program software SPSS 16.0. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada pasien pra operasi sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No Usia 20-24 Freku ensi Prosentase (%) 1. tahun 1 6,7 2. 25-29 tahun 4 26,7 3. 30-34 tahun 6 40 4. 35-39 tahun 3 20 5. 40-44 tahun 1 6,7 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden terbanyak adalah pada

rentan usia 30-34 tahun yaitu terdapat 6 responden (40%). Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pasien sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No 1. Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah Freku ensi Prosent ase (%) 0 0 2. SD 0 0 3. SMP 0 0 4. SMA 11 73,3 5. Perguruan Tinggi 4 26,7 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat pendidikan terakhir SMA yaitu terdapat 11 responden (73,3%). Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada pasien sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No 1. Pekerjaan Tidak Bekerja Freku ensi Prosenta se (%) 10 66,7 2. Swasta 3 20 3. Pegawai Negeri 2 13,3 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak berkerja yaitu terdapat 10 responden (66, %). Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status pernikahan pada pasien sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No 1. Status Pernikahan Belum Menikah Freku ensi Prosent ase (%) 0 0 2. Menikah 15 100 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa semua responden sudah menikah yaitu terdapat 15 responden (100%). Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman operasi sebelumnya pada pasien sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 Prosen Pengalaman Freku No tase Operasi ensi (%) 1. Tidak Pernah 15 100 2. Pernah 0 0 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa semua responden tidak pernah mengalami operasi sebelumnya yaitu terdapat 15 responden (100%). 4

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan responden sebelum perlakuan pada pasien pra operasi sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No Freku ensi Prosent ase (%) 1. Tidak Ada 0 0 2. Ringan 5 33,3 3. Sedang 9 60 4. Berat 1 6,7 5. Panik 0 0 Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang yaitu terdapat 9 responden (60%). Tabel 4.7 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sesudah perlakuan pada pasien pra operasi sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 No Kecemasa Freku Prosent n ensi ase (%) 1. Tidak Ada 4 26,7 2. Ringan 9 60 3. Sedang 2 13,3 4. Berat 0 0 5. Panik 0 0 5 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu terdapat 9 responden (60%). Diagram 4.1 Analisis perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien pra operasi sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2017-20 April 2017 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 33,3% 0% 60% 6,7% 26,7% 60% 13,3% 0% 0% 0% Pra Eksperimen Post Eksperimen Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Cemas Berat Sekali Berdasarkan diagram 4.1 diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 9 responden (60 %) dan sesudah diberi perlakuan sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan sebanyak 9 responden (60%). PEMBAHASAN 1. Tingkat kecemasan sebelum dilakukan teknik guided imagery pada pasien pra operasi sectio

caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 5 responden (33,3%), kecemasan sedang sebanyak 9 responden (60%) dan yang mengalami kecemasan berat sebanyak 1 responden (6,7%). Data tersebut menunjukkan bahwa semua responden mengalami kecemasan mulai dari tingkat kecemasan ringan sampai tingkat kecemasan berat. Keadaan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tindakan pembedahan (operasi) sectio caesarea merupakan tindakan yang dapat menyebabkan ketegangan (stress). Ibu yang akan menjalani tindakan pembedahan sectio caesarea umumnya mengalami kecemasan (ansietas) yang bervariasi dari tingkat ringan sampai berat. adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil keputusan tindakan guna mengatasi ancaman (Ibrahim A.S, 2012). juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti usia, pengalaman, aset fisik. Dan faktor eksternal seperti pengetahuan, pendidikan, finansial, keluarga, obat dan dukungan sosial budaya (Mubarak, 2015). Selain itu menurut Long (1996) dalam Sari (2012) faktor yang juga dapat mempengaruhi kecemasan antara lain : perkembangan kepribadian, maturasional, tingkat pengetahuan, karakteristik stimulus dan karakteristik individu. Pada penelitian ini, peneliti juga menganalisa tentang beberapa faktor 6 yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien pra operasi sectio caesarea. Berdasarkan data pada tabel 4.6 juga menunjukkan mayoritas pasien mengalami kecemasan ringan sampai kecemasan berat. Peneliti berpendapat bahwa terjadinya kecemasan ini banyak dipengaruhi oleh faktor pengalaman operasi sectio caesarea sebelumnya. Faktor pengalaman merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan sebab individu yang mempunyai pengalaman yang sama sebelumya akan belajar dan meningkatkan ketrampilan dalam menghadapi kecemasan (Mubarak, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 4.5 bahwa semua responden sejumalah 15 responden (100%) adalah pasien yang sebelumnya tidak pernah menjalani operasi sectio caesarea atau responden yang baru pertama kali menjalani operasi sectio caesarea. Peneliti menemukan bahwa responden yang baru pertama kali menjalani operasi sectio caesarea lebih banyak megatakan bahwa ia merasa cemas dan takut karena tidak mengetahui bagaimana kondisi fisik dan lingkungan yang sebenarnya ketika operasi sectio caesarea sedang berjalan. Mereka merasa takut karena belum memiliki pengalaman yang sama sebelumnya. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Pada hasil penelitian tabel 4.2 meunjukkan sebagian besar responden memiliki riwayat pendidikian terakhir yaitu SMA sebanyak 11 responden (73,3%). Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi kecemasan yang ada. Hal

ini juga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan intelektual yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam menghadapi kecemasan (Mubarak, 2015). Individu dengan tingkat pengetahuana lebih tinggi akan mempunyai koping yang lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang tingkat pengetahuannya lebih rendah (Long, 1996; Sari, 2012). Seseorang yang mempunyai riwayat pendidikan terakhir rendah cenderung lebih mudah mengalami kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan yang kurang dan kurangnya perkembangan kepribadian dan maturasional pola koping dilakukan oleh orang tersebut. Namun pada penelitian kali ini faktor pendidikan belum dapat dikatakan memiliki pengaruh yang lebih dikarenakan rata-rata responden memiliki riwayat pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA. Usia merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua responden sebanyak 15 responden (100%) berusia antara 20-40 tahun. Pada usia dewasa ini tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan, umumnya di usia dewasa ini mengalami ancaman konsep diri sehingga menyebabkan mereka mudah cemas (Long, 1996; Sari, 2012). Namun usia juga belum bisa berpengaruh terlalu dominan karena semua responden berada pada usia 20-40 tahun dimana usia tersebut 2. 2. Tingkat kecemasan sesudah termasuk dalam kategori dewasa dilakukan teknik guided imagery sehingga responden memiliki tingkat maturasional yang cukup baik untuk pada pasien pra operasi sectio 7 merespon kecemasan yang ada. Dan untuk kecemasan yang masih dirasakan oleh responden tentunya disebabkan oleh beberapa hal seperti pemikiran yang negatif terhadap tindakan pembedahan sectio caesarea yang akan dijalani. Pada pasien yang akan menjalani operasi sectio caesarea akan mengalami stimulus yang datang secara tiba-tiba dan tidak memberi waktu yang banyak bagi seseorang untuk mengembangkan mekanisme kopingnya sehingga lebih banyak memberikan respon kecemasan yang nyata. ini juga bisa disebabkan karena pemikiran dan perasaan yang tidak terkontrol seperti takut nyeri setelah pembedahan, takut menghadapi ruang operasi, takut tidak sadar lagi saat dibius dan takut operasi gagal sehingga mengancam jiwa anak dan dirinya. Hal ini dapat terjadi karena operasi sectio caesarea yang baru pertama kali dijalani oleh seluruh responden. Keadaan ini juga didukung oleh kurangnya kematangan emosional, kurangnya kekuatan berfikir seseorang dalam mengolah stressor yang dihadapinya, cara memandang stressornya yang negatif sehingga menyebabkan koping konstruktif dalam mengahadapi masalah sehingga timbul kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu ibu yang akan menjalani operasi sectio caesarea mengalami kecemasan yang bevariasi mulai dari kecemasan ringan hingga kecemasan berat.

caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 4 responden (26,7%), kecemasan ringan sebanyak 9 responden (60%) dan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 responden (13,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan teknik guided imagery. Dalam penelitian ini faktor pendidikan menjadi faktor yang cukup berpengaruh pada tingkat kecemasan setelah dilakukan teknik guided imagery. Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat pendidikan SMA sebanyak 11 responden (73,3%) dan sisanya sebanyak 4 responden (26,7%) memiliki riwayat pendidikan Perguruan Tinggi. Teori mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi kecemasan yang ada. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan intelektual yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam menghadapi kecemasan (Mubarak, 2015). Faktor pendidikan sangat mempengaruhi hasil penelitian kali ini, sebab responden lebih mudah diajak untuk bekerjasama dalam melakukan teknik guided imagery. Tingkat intelektual yang tinggi memudahkan pasien untuk mengikuti dan menerima alur teknik guided imagery sehingga dampak yang ditimbulkan akan lebih terasa dan nampak. Oleh karena itu pada penelitian kali ini teknik guided imagery cukup efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan 8 responden krena dilakukan sesuai prosedur yang ada. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang yaitu status pernikahan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa seluruh responden memiliki status telah menikah sebanyak 15 responden (100%). Status pernikahan berhubungan dengan keluarga, dimana peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberikan dukugan. Suami yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi oleh istri akan dapat memberikan rasa ketenangan dan menurunkan kecemasan (Mubarak, 2015). Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan bahwa peran pasangan sangat membantu berjalannya teknik guided imagery karena kebanyakan responden bersedia menjalani teknik ini atas persetujuan dan dampingan dari pasangan. Faktor dukungan sosial keluarga juga tak kalah penting untuk proses teknik guided imagery ini, karena selama perlakuan kerjasama dari keluarga juga diperlukan agar kondisi lingkungan tidak ramai sehingga responden lebih mudah untuk berkonsentrasi dan mengikuti alur teknik guided imagery. Faktor usia juga tak kalah penting dalam pengaruh teknik guided imagery terhadap tingkat kecemasan kali ini. Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh responden sejumlah 15 responden (100%) berada pada usia 20-40 tahun dimana usi tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa. Teori menyatakan bahwa pada usia dewasa (>20tahun) ini tingkat maturasi dan perkembangan individu sudak cukup baik sehingga akan lebih mudah memahami informasi yang diterima

lebih mudah mengatasi masalah dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif dan konstruktif (Long, 1996; Sari M.T, 2012). Dalam melakukan teknik guided imagery peneliti memerlukan kerjasama yang lebih dengan responden. Karena semua responden sudah dewasa maka peneliti lebih mudah memberikan informasi bagaimana teknik guided imagery ini dilakukan. Umumnya reponden sangat terbuka terhadap teknik yang peneliti ajarkan dan mampu melaksanakan prosedur dengan baik sehingga hasil yang didapatkan juga memumaskan. 3. Analisa perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan teknik guided imagery pada pasien pra operasi sectio caesarea di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto Berdasarkan hasil penelitian pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan kecemasan dari cemas berat ke cemas sedang sebanyak 1 responden (6,7%), dari cemas sedang ke cemas ringan sebanyak 7 responden (46,7%), dari cemas sedang ke tidak cemas sebanyak 1 responden (6,7%) dan dari cemas ringan ke tidak cemas sebanyak 3 responden (20%) dan sebanyak 3 responden (20%) tingkat kecemasannya tetap. Dari data tersebut didapatkan nilai modus sebelum perlakuan yaitu berada pada tingkat kecemasan sedang dan sesudah perlakuan berada pada tingkat kecemasan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik guided imagery. 9 Pada teknik guided imagery, korteks visual otak yang memproses imajinasi mempunyai hubungan yang kuat dengan sistem syaraf otonom, yang mengontrol gerakan involunter diantaranya : nadi, pernapasan dan respon fisik terhadap stress dan membantu mengeluarkan hormon endorpin sehingga terjadi proses relaksasi dan kecemasan menurun (Simon 2003; Reliani 2015). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres, hal ini berkaitan dengan teori Gate Control yang menyatakan bahwa Hanya satu impuls yang dapat berjalan sampai sumsum tulang belakang ke otak pada satu waktu dan jika ini terisi dengan pikiran lain maka sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke otak oleh karena itu rasa sakit berkurang kecemasan dapat menurun. Guided imagery juga dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit (Liebert, 2008). Komponen pada teknik guided imagery lebih dari sekedar visual, melainkan mampu melibatkan semua panca indera berupa penciuman, pendengaran, pengecap, dan perasa untuk dapat mengubah pemikiran, emosi serta perilaku seseorang. Melalui pemanfaatan indra tersebut dapat mempengaruhi perspektif personal individu terhadap diri dan lingkungan sekitarnya (Nguyen 2012; Purnama 2015). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya dalam jurnal nasional ilmiah psikologi terapan oleh Purnama (2015) tentang Guided imagery terhadap tingkat kecemasan menjelang persalinan pada ibu hamil yang menyimpulkan bahwa guided imagery efektif dalam

menurunkan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani persalinan. Dan dalam jurnal keperawatan oleh Kurniyawan (2012) tentang Pengaruh teknik relaksasi guided imagery terhadap tingkat kecemasan pasien pra operasi yang menyimpulkan bahwa teknik relaksasi guided imagery efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien pra operasi. Dalam prosedur teknik guided imagery ini melibatkan beberapa teknik relaksasi lain seperti mengatur pola nafas dan mengiringi proses imajinasi klien dengan terapi musik sehingga pikiran dan otot-otot tubuh akan menjadi lebih rileks. Peneliti menggunakan rekaman terapi guided imagery melalui handphone yang didengarkan kepada responden dalam memberikan perlakuan, hal ini tentunya dapat menghemat waktu dan tenaga peneliti dalam melakukan intervensi. Selain itu rekaman teknik guided imagery tersebut juga dapat diberikan kepada responden untuk disimpan dan didengarkan kembali ketika ia merasa cemas kembali atau ketika ia merasakan nyeri setelah operasi, karena teknik guided imagery ini juga mampu mengurangi nyeri pada seseorang apabila dilakukan secara rutin. Teknik guided imagery dipilih karena merupakan teknik relaksasi yang cocok digunakan untuk ibu yang akan menjalani operasi sectio caesarea dibandingkan dengan teknik relaksasi lainnya. Karena dalam prosedur teknik ini tidak memerlukan tenaga lebih dan gerakan-gerakan yang memungkinkan ibu kesulitan untuk melakukan gerakan dikarenakan kondisi yang sedang hamil. Teknik guided imagery ini juga mampu melibatkan tubuh dan pikiran 10 secara bersamaan sehingga responden lebih mudah merasakan dampak yang ditimbulkan oleh teknik ini yaitu otototot tubuh menjadi lebih santai dan tidak tegang sehingga pikiran akan lebih nyaman dan positif, hal tersebut dapat membuat tingkat kecemasan semakin berkurang atau bahkan hilang. Namun semua teknik relaksasi memerlukan kondisi lingkungan yang tenang sehingga untuk teknik guided imagery ini kurang efektif jika dilakukan di rumah sakit dengan lingkungan yang ramai. Namun sebagai upaya menangani hal tersebut peneliti berusaha untuk mengkondisikan lingkungan agar tenang dengan bekerjasama dengan perawat, keluarga pasien dan staf rumah sakit lainnya agar tidak mengganggu selama proses berjalannya teknik guided imagery ini. Sehingga setelah diberikan teknik guided imagery terdapat perubahan tingkat kecemasan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi tersebut. Dengan demikian teknik guided imagery merupakan teknik relaksasi yang efektif dalam menurunkan kecemasan apabila dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terdapat pengaruh pemberian teknik guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra operasi sectio caesarea di ruang Sriwijaya RSUD. Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto. Hal ini dibuktikan dengan nilai modus tingkat kecemasan yang sering muncul sebelum diberikan teknik guided imagery yaitu pada tingkat kecemasan

sedang dan sesudah diberikan teknik guided imagery nilai yang sering muncul yaitu pada tingkat kecemasan ringan. Teknik guided imagery mampu membuat korteks visual otak yang memproses imajinasi berhubungan kuat dengan sistem syaraf otonom yang mengontrol gerakan involunter diantaranya : nadi, pernapasan dan respon fisik terhadap stress. Teknik guided imagery juga dapat mengeluarkan hormon endorphin yang membantu proses relaksasi sehingga berpengaruh pada tingkat kecemasan. Saran 1. Bagi Pasien Diharapkan bagi pasien pra operasi sectio caesarea agar melakukan teknik guided imagery untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut ketika operasi sectio caesarea sedang dilakukan. 2. Bagi Petugas Kesehatan Asuhan keperawatan pasien yang holistik kini semakin surut terutama dalam sisi psikologi pasien. Sehingga diharapkan asuhan keperawatan yang holistik untuk tetap diaplikasikan kepada pasien terutama terhadap tingkat kecemasan pasien yang dapat diberikan teknik guided imagery. 3. Bagi Rumah Sakit Diharapkan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan asuhan keperawatan dalam mengatasi tingkat kecemasan kepada seluruh pasien dewasa dengan berbagai diagnosa medis. Hal ini dapat dilakukan dengan memutarkan rekaman terapi guided imagery di setiap ruangan pada jam tertentu setiap harinya. Sehingga kondisi psikologis pasien akan lebih baik dan dapat membantu proses penyembuhan pasien. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya A. Penentuan Responden Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih tepat dalam memilih responden misalnya pasien pra operasi abdomen, pasien yang menjalani Hemodialisa dan lain sebagainya agar jumlah responden semakin banyak dan menunjang hasil penelitian yang lebih baik pula. B. Pengkondisian Lingkungan Dikarenakan pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dengan kondisi lingkungan yang ramai apabila tidak dikondisikan sehingga memungkinkan responden kesulitan untuk berkonsentrasi ketika teknik guided imagery dilakukan, maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih dapat mengkondisikan lingkungan terlebih dahulu dengan sebaik mungkin agar teknik guided imagery dapat lebih efektif dalam menurunkan kecemasan. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, AS. 2012. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tanggerang : Jelajah Nusa. Kasjono, Heru Subaris. 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Kurniyawan. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Guided Imagery 11

Terhadap Tingkat Pasien Pra Operasi. Liebert, M.C. 2016. Guided Imagery. Journal DOI: 10.1089/act.2008.14604. Mary Ann Liebert, INC. Vol 14 No 6 December 2008. (Diakses pada tanggal 28 November 2016). Mubarak, W.I., Indrawati, L., & Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta : Salemba Medika. Purnama. 2015. Guided Imagery Terhadap Tingkat Menjelang Persalinan Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan ISSN: 2301-8267 Vol.03, No.02. Universitas Muhammadiyah Malang. Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press Susana. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Syaiful. 2012. Teknik Distraksi Mendengarkan Ayat Suci Al- Quran Menurunkan Pasien Pre Operasi Sectio Cesarea. Journals of Ners Community Vol 3 No 2 November 2012. PSIK FIK Universitas Gresik. 12