I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DESAIN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH PERBATASAN NEGARA (STUDI KASUS KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR)

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

TANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 2 KETENTUAN UMUM

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DARAT GUNA MENDUKUNG KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

Mahendra Putra Kurnia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

BAB II KETENTUAN UMUM

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai kurang lebih 81.900 km dan memiliki kawasan yang berbatasan dengan sepuluh negara, baik perbatasan darat maupun laut. Wilayah darat Republik Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Wilayah laut ZEE Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Wilayah laut teritorial Indonesia berbatasan dengan tujuh negara, yaitu Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini (Bappenas 2004). Wilayah perbatasan darat Indonesia berada di tiga pulau, yaitu Pulau Kalimantan, Papua, dan Pulau Timor. Perbatasan tersebut tersebar di empat provinsi dan lima belas kabupaten/kota yang masing-masing wilayah memiliki karakteristik kawasan yang berbeda-beda. Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan kawasan tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial serta ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan pada masa lalu bahwa wilayah perbatasan merupakan kawasan yang perlu diawasi secara ketat karena menjadi tempat persembunyian para pemberontak, telah menjadikan paradigma pembangunan perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan daripada kesejahteraan. Akibatnya wilayah perbatasan menjadi daerah yang tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan dan masyarakatnya menjadi miskin sehingga secara ekonomi wilayah ini lebih berorientasi kepada negara tetangga. Sebagai contoh, salah satu negara tetangga yaitu Malaysia. Malaysia telah membangun pusat-pusat pertumbuhan di koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan yang telah memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakatnya. Dengan pemerlakuan perdagangan bebas internasional dan kesepakatan serta kerjasama ekonomi, regional maupun bilateral, peluang ekonomi di beberapa wilayah perbatasan darat maupun laut menjadi lebih terbuka dan perlu menjadi pertimbangan dalam upaya pengembangan kawasan tersebut. Kerjasama

2 subregional antara Indonesia dengan negara tetangga ASEAN pada khususnya dan negara Kawasan Asia Pasifik pada umumnya perlu dimanfaatkan secara optimal sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak secara seimbang. Untuk melaksanakan berbagai kerjasama ekonomi internasional dan subregional tersebut, Indonesia perlu menyiapkan berbagai kebijakan dan langkah serta program pembangunan yang menyeluruh dan terpadu sehingga tidak tertinggal dengan negara-negara tetangga. Prasarana ekonomi dan sosial yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan kerjasama bilateral dan subregional perlu disiapkan. Penyediaan prasarana dan sarana ini tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, penentuan prioritas diperlukan baik lokasi maupun waktu pelaksanaannya. GBHN 1999 telah mengamanatkan bahwa wilayah perbatasan merupakan kawasan tertinggal yang harus mendapat prioritas dalam pembangunan. Amanat GBHN ini telah dijabarkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 yang memuat programprogram prioritas selama lima tahun. Komitmen pemerintah melalui kedua produk perundang-undangan tersebut pada kenyataannya belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena beberapa faktor yang saling terkait, mulai dari segi politik, hukum, kelembagaan, sumberdaya, koordinasi, dan faktor lainnya. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa wilayah perbatasan negara sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan bahwa penataan ruang wilayah perbatasan negara akan diprioritaskan dan percepatan pertumbuhannya didorong melalui pembangunan di berbagai sektor, antara lain sektor permukiman agar dapat terwujud pusat-pusat petumbuhan baru di wilayah perbatasan. Sektor permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mempunyai peran strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. UUD 1945 pasal 28 h ayat 1 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pentingnya mendapatkan tempat tinggal bagi warga negara juga diatur

3 dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40. Oleh karena itu, permukiman sebagai wadah tempat tinggal perseorangan maupun dalam entitas sosial baik dalam bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang. Pengembangan permukiman di wilayah perbatasan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992, diamanatkan sebagai pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman khusus menjadi salah satu program prioritas pembangunan wilayah perbatasan dalam upaya pengembangan potensi ekonomi dan sumber daya alam. Masih terbatasnya infrastruktur dan kurang berkembangnya permukiman di wilayah perbatasan baik yang berada dalam kawasan perkotaan maupun perdesaan menyebabkan aktivitas sosio-ekonomi banyak berorientasi ke negara tetangga. Selain menyebabkan ketergantungan negara tetangga, hal ini juga menyangkut keamanan, kehormatan, dan kesadaran masyarakat perbatasan akan identitas nasional. Dalam rangka mewujudkan keterpaduan dalam pembangunan di wilayah perbatasan khususnya dalam sektor permukiman, perlu dipahami profil karakteristik dan kebutuhan pengembangan permukiman. Hal ini dimaksudkan agar diketahui arah kecenderungan pengembanganya yang meliputi aspek-aspek keselarasan antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung, keterkaitan antara pusat-pusat pertumbuhan baru dengan pusat-pusat kegiatan (kota), penguatan pola interaksi orientasi ekonomi yang berbasis potensi sumber daya alam wilayah. Oleh karena itu, diperlukan penyiapan perangkat kebijakan pengembangan kawasan pemukiman di tingkat kabupaten, kawasan pusat pertumbuhan maupun pada kawasan yang sangat terinci di wilayah perbatasan negara. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru (border city) di wilayah perbatasan terdapat enam kategori yaitu: (1) melindungi ruang terbuka hijau/konservasi dan sumber daya alam, (2) dapat mengoptimalkan penggunaan lahan, (3) mengurangi dan efisiensi pembiayaan pembangunan infrastruktur, (4) mendorong sinergitas hubungan kota dan desa, (5) memastikan transisi penggunan lahan perdesaan menuju perkotaan berjalan secara alamiah dan terarah (Cho 2006).

4 Dinamika kegiatan ekonomi perkotaan di wilayah perbatasan merupakan kondisi yang dapat meningkatkan pertumbuhan kota-kota (pusat pertumbuhan baru) perbatasan negara. Namun, apabila tidak terkendali, hal ini akan dapat menjadi penghambat dalam pengembangan potensi pertumbuhan sebagai penggerak pengembangan sosial, kependudukan, ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan di wilayahnya (Canales 1999). Berdasarkan hal tersebut kiranya perlu dibuat desain kebijakan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Nunukan yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang berada pada wilayah perbatasan negara dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) wilayah perbatasan negara. Konsekuensi penetapan sebagai KSN adalah bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memprioritaskan kegiatan penataan ruangnya dan semua sektor pembangunan terkait di kawasan tersebut. Sementara kondisi wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan belum mendapatkan perhatian serius dalam pembangunan bidang sosial, ekonomi, maupun fisik seperti prasarana kawasan permukiman untuk mendorong tumbuhnya pusat pertumbuhan baru (border city). Kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan pembangunan dengan wilayah perbatasan negara tetangga yang kemudian menyebabkan banyaknya pelintas batas antarnegara. Hal ini akan lebih menguntungkan ekonomi negara tetangga dan mengurangi kesadaran masyarakat akan identitas nasional. Kondisi Kabupaten Nunukan seperti halnya kota-kota kecil di wilayah perbatasan yang masih kurang berkembang. Padahal, kota-kota kecil tersebut seharusnya dapat berfungsi sebagai pusat-pusat permukiman untuk aktivitas penduduk di wilayah perbatasan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang masih jarang di Kabupaten Nunukan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

5 Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk tahun 2008 di Kabupaten Nunukan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (km 2 ) (jiwa) (jiwa/km 2 ) Krayan 1837,45 8438 5 Krayan Selatan 1756,46 2271 1 Lumbis 3645,50 9380 3 Sembakung 2055,90 8503 4 Nunukan 1596,77 53951 34 Sebuku 3124,90 11731 4 Sebatik 104,42 20283 194 Sebatik Barat 142,19 11028 78 Jumlah 14263,68 125585 9 Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Nunukan dalam Angka, 2008 Permasalahan lainnya adalah permukiman di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan kondisi lingkungannya tidak tertata, terpencar, kumuh, dan tidak dikelola dengan baik. Selain itu, belum ada koordinasi pembangunan permukiman antara stakeholders terkait secara efisien dan efektif di wilayah perbatasan sehingga diperlukan adanya perangkat kebijakan untuk meningkatkan koordinasi pelaksanaan di daerah. Wilayah perbatasan Pulau Kalimantan seperti Kota Nunukan di Kabupaten Nunukan juga merupakan salah satu pintu gerbang dan transit dengan Malaysia. Kawasan tersebut sering menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi antara penduduk asli dengan pendatang yang bekerja di Malaysia. Dalam lingkup Kabupaten Nunukan sebagai salah satu wilayah perbatasan di Pulau Kalimantan, pembangunan yang dilaksanakan masih menyisakan persoalan yang cukup menonjol, yakni ketimpangan pembangunan antara wilayah daratan di Pulau Kalimantan dengan wilayah kepulauan, seperti Pulau Nunukan sebagai ibukota kabupaten. Hal ini dapat dilihat dari ketimpangan jumlah rumah dengan jumlah KK sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

6 Tabel 2. Jumlah KK, jumlah rumah, dan kebutuhan rumah tahun 2008 Kecamatan Jumlah KK Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Krayan 1917 1150 767 Krayan Selatan 545 382 164 Lumbis 2366 1538 828 Sembakung 2230 1561 669 Nunukan 14653 10990 3663 Sebuku 2593 1556 1037 Sebatik 5163 2840 2323 Sebatik Barat 3235 2265 971 Jumlah 32702 22280 10422 Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Nunukan dalam Angka, 2008 Pada kawasan permukiman yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia seperti Kabupaten Nunukan diperlukan adanya pengembangan dan penataan terkait dengan rencana Pemerintah Malaysia untuk melakukan pemagaran pada wilayah perbatasan. Hal ini disebabkan banyaknya perumahan yang berada persis di batas wilayah Indonesia dengan Malaysia. Kondisi ini membutuhkan strategi kebijakan pengembangan wilayah yang menjamin tercapainya keterpaduan dan keseimbangan dalam pembangunan seluruh kawasan secara lebih sinergi. Pengembangan wilayah perbatasan darat di Pulau Kalimantan secara umum dan Kabupaten Nunukan secara khusus pada masa datang diharapkan dapat lebih diarahkan sebagai pengembangan kawasan khusus dengan pola pemanfaatan ruang yang spesifik, sesuai dengan dinamika wilayah perbatasan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, muncul pertanyaanpertanyaan penelitian yang menjadi landasan pelaksanaan kegiatan yaitu sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi permukiman yang ada di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan? b. Bagaimana potensi SDA yang terkait dalam mendukung pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara?

7 c. Bagaimana pengaruh-pengaruh faktor-faktor penting permasalahan perbatasan dalam penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan.? d. Bagaimana kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan untuk mendukung fungsi wilayah perbatasan sebagai beranda depan negara? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain kebijakan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi permukiman yang ada (existing condition) di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan. 2. Mengindentifikasi dan menganalisis potensi SDA yang terkait dan mendukung pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan. 3. Menganalisis dan merumuskan faktor-faktor penting yang berpengaruh dalam penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan. 4. Menyusun kebijakan dan strategi pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai masukan kebijakan dalam mengembangkan kawasan permukiman berkelanjutan wilayah perbatasan negara secara terpadu di Indonesia. Selain itu, dari aspek pengembangan keilmuan ke depan diharapkan bermanfaat bagi pembelajaran dalam sistem pengambilan keputusan dalam pengembangan permukiman berkelanjutan, khususnya di wilayah perbatasan negara.

8 1.5 Kerangka Pemikiran Kondisi perbatasan di Indonesia, baik perbatasan darat maupun laut, berbeda satu dengan lainnya. Demikian pula dengan negara-negara tetangga yang berbatasan, setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa negara tetangga memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang lebih baik. Namun, sebagian kondisinya relatif sama, bahkan ada pula yang kondisi sosial ekonominya lebih terbelakang. Adanya kondisi tersebut, mengakibatkan masing-masing wilayah perbatasan memerlukan pendekatan yang berbeda. Walaupun demikian, perlu ada suatu kebijakan dasar sebagai payung dari seluruh kebijakan dan strategi khusus termasuk di dalamnya berlaku untuk pengembangan permukiman. Secara umum, pengembangan kawasan permukiman perbatasan memerlukan suatu pola atau kerangka penanganan pengembangan yang menyeluruh dan terpadu, meliputi berbagai sektor dan kegiatan pembangunan serta koordinasi dan kerjasama yang efektif mulai dari pemerintah pusat hingga tingkat kabupaten/kota. Pola penanganan tersebut dapat dijabarkan melalui penyusunan kebijakan dari tingkat makro sampai tingkat mikro dan disusun berdasarkan proses yang partisipatif baik secara horisontal di pusat maupun vertikal dengan pemerintah daerah. Adapun jangkauan pelaksanaannya bersifat strategis sampai dengan operasional. Kebijakan umum pengembangan kawasan permukiman perbatasan antarnegara terdiri dari kebijakan-kebijakan seperti peningkatan keberpihakan terhadap wilayah perbatasan sebagai wilayah tertinggal dan terisolir dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang melalui kebijakan pengembangan permukiman yang berkelanjutan. Selama ini, pengelolaan wilayah perbatasan berbeda dengan paradigma saat ini. Pada masa lalu pengelolaan wilayah perbatasan lebih menekankan pada aspek keamanan (security approach), sedangkan saat ini kondisi keamanan regional relatif stabil sehingga pengembangan wilayah perbatasan perlu pula menekankan kepada aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Pengelolaan wilayah perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, meningkatkan sumber pendapatan negara, dan mengejar ketinggalan

9 pembangunan dari wilayah negara tetangga. Oleh karena itu, pengembangan wilayah perbatasan melalui pendekatan kesejahteraan sekaligus pendekatan keamanan secara serasi perlu dijadikan landasan dalam penyusunan berbagai program dan kegiatan termasuk kawasan permukiman dan infrastruktur secara terpadu, tertata, dan berkelanjutan. Paradigma masa lalu yang menjadikan wilayah perbatasan sebagai halaman belakang merupakan pandangan yang keliru sebab wilayah perbatasan di Indonesia memiliki nilai politik, ekonomi, dan keamanan yang sangat strategis, tidak saja bagi bangsa Indonesia melainkan juga bagi negara-negara lainnya, terutama negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Hal ini disebabkan posisi geografis Indonesia yang berada di titik silang Benua Eropa-Asia, Asia-Australia, dan Australia-Eropa. Dengan posisi strategis ini, Indonesia berpeluang sangat besar di Kawasan Asia dan Pasifik pada masa yang akan datang. Akselerasi pembangunan wilayah perbatasan melalui pengembangan kawasan permukiman sebagai pusat pertumbuhan baru dan sekaligus sebagai embrio kegiatan ekonomi merupakan upaya yang logis. Hal ini disebabkan pembangunan infrastruktur dan sektor strategis membutuhkan biaya dan investasi yang besar. Dalam rangka mendukung kegiatan tersebut diperlukan upaya penataan ruang, pembangunan infrastruktur kawasan, kebijakan investasi, SDM, serta kelembagaan yang mendukung pengembangan pusat pertumbuhan. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan yang telah diterapkan oleh beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Percepatan pembangunan wilayah perbatasan dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat dapat dimulai dengan mengembangkan terlebih dahulu mengembankan kawasan permukiman perbatasan. Hal ini menyebabkan minimnya infrastruktur wilayah, terbatasnya fasilitas umum dan sosial, serta rendahnya kesejahteraan masyarakat. Keterbatasan pelayanan publik di wilayah perbatasan menyebabkan orientasi aktivitas sosial ekonomi masyarakat ke wilayah negara tetangga. Dalam rangka memenuhi hak-hak masyarakat sebagai warga negara dalam memperoleh pelayanan publik dan kesejahteraan sosial serta membuka keterisolasian wilayah, diperlukan percepatan pembangunan kawasan permukiman perbatasan dengan

10 menggunakan pendekatan kesejahteraan. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam Gambar 1. Wilayah perbatasan Negara Potensi Permasalaha Aktivitas Kegiatan Perdagangan Sumber Daya Alam Kesenjangan Prasarana dan Sarana Kesenjangan Ekonomi dan Kemiskinan Kawasan Tidak Tertata dan Kumuh Ancaman Kehilangan SDA & Wilayah Sektor Potensial Kws Untuk Diinvestasikan Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan Pendekatan Lingkungan dan Hankam Analisis MPE Karakteristik Pembangunan di Wilaah Perbatasan Negara Malaysia Pembanding Pengembangan Kawasan Perkim Perbatasan Negara SDA dan Lingkungan Analisis ISM Formulasi Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkim Perbatasan Negara Analisis AHP Prioritas Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Negara Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran penelitian 1.6 Kebaruan (Novelty) Dalam mewujudkan pengembangan kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara, pada pelaksanaannya sering terjadi kesenjangan koordinasi

11 antara stakeholders terkait di pusat maupun di daerah. Hal ini mengakibatkan, tidak terwujudmya kondisi kawasan permukiman yang tertata, terarah, dan berkelanjutan. Untuk pelaksanaan ke depan, diperlukan suatu instrumen pengaturan berupa kebijakan dan strategi pengembangan. Kajian dan penelitian yang memberikan pembuktian pentingnya instrumen pengaturan tersebut adalah bentuk arahan-arahan kebijakan dan strategi untuk pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara selama ini belum ada. Terkait dengan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan, belum pernah ada penelitian atau upaya mendesain suatu kebijakan dan strategi dalam pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan khususnya di wilayah perbatasan negara yang bersifat komprehensif dan terpadu. Kalaupun ada, masih terbatas pada kegiatan stimulan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang bersifat sektoral. Kebaruan (novelty) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Konsepsi dan pemikiran baru bahwa pengembangan kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara, berdasarkan faktor pengungkit yang menjadi permasalahan utama di wilayah perbatasan negara sebagai dasar pembuatan kebijakan dan strategi pelaksanaan sebagai instrumen petunjuk pelaksanaan kepada para pelaku pembangunan dalam pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan. 2. Memperkuat konsepsi dan pemikiran pengembangan kawasan permukiman yang terpadu berbasis SDA sektor unggulan agar kawasan permukiman yang dikembangkan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat mendorong percepatan pembangunan permukiman di wilayah perbatasan negara (sebagai beranda depan negara) yang lebih baik (terarah, tertata), dan berkelanjutan. 3. Membuat desain kebijakan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara sebagai suatu model decision support system melalui tahapan: identifikasi faktor dominan, menetapkan SDA sektor unggulan kawasan, merumuskan kebijakan, dan menyusun strategi pelaksanaannya dengan menggunakan analisis terpadu yang melibatkan pakar dan stakeholders terkait serta sistem lunak (soft system

12 methodology/ssm) dengan alat analisis metode perbandingan eksponensial (MPE), interpretative structural modelling (ISM), dan analytical hierarchy process (AHP). 1.7 Istilah dan Definisi Beberapa istilah atau definisi yang dipakai meliputi: 1. Wilayah Adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 2. Kawasan Adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 3. Kawasan Khusus Adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh pemerintah (pusat dan/atau daerah) untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri, perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan bencana (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 4. Wilayah Perbatasan Adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara lain, baik terletak perbatasan darat maupun perbatasan laut (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan Wilayah Perbatasan, Pasal 1 Bab Ketentuan). 5. Kawasan Perdesaan

13 Adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 6. Kawasan Perkotaan Adalah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum) 7. Rumah Adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Permukiman, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum) 8. Perumahan Adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Permukiman, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum) 9. Permukiman Adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Permukiman, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 10. Kawasan Permukiman Adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, Pasal 1 Bab Ketentuan).

14 11. Perumahan Wilayah Perbatasan Adalah perumahan kawasan khusus untuk menunjang kegiatan berbagai fungsi di wilayah perbatasan negara (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan Wilayah perbatasan, Pasal 1 Bab Ketentuan). 12. Persyaratan Ekologis Adalah persyaratan yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 13. Prasarana Lingkungan Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Permukiman, Pasal 1 Bab Ketentuan Umum). 14. Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Permukiman Upaya pengembangan permukiman yang diselenggarakan melalui kegiatan penetapan lokasi dan perencanaan kawasan termasuk untuk mitigasi bencana; penyediaan tanah; penyiapan lahan; penyediaan prasarana dan sarana kawasan; dan pengendalian pelaksanaan pengembangan kawasan (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 tentang Pengembangan Perumahan Kawasan Khusus, Pasal 1 Bab Ketentuan). 15. Masyarakat di Perbatasan Negara Adalah orang atau sekelompok orang yang bekerja dan bertempat tinggal di kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan Wilayah perbatasan, Pasal 1 Bab Ketentuan).