Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun. Intan Nursayyidah Wahyudi 1, Iman Nurjaman 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Anak Usia Dini.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB IV HASIL PENELLITAN. 1. Data Peserta Didik Melalui Example non Example. perlakuan diperoleh data mengenai hasil belajar materi budaya politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di lakukan oleh siswa Smp Negeri 1Tibawa yang berjumlah 22 orang. Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

PENGARUH TEKNIK KOLASE DENGAN BAHAN MANIK-MANIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN MEDIA KOLASE PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SMP 18 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MUTIARA ILMU KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

Cici Verdian 1), Rita oktavia 2) Mahasiswa Pendidikan Biologi STKIP Bina Bangsa Meulaboh

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

2014/2015. Disusun oleh : A

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2013, pada tanggal

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

Wiwik Andriyani 1), Dr.H. Suratno, M.Pd 2), Rosmiati, S.Pd, M.Pd 3)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

PENGARUH MELUKIS TERHADAP KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI DI TK 02 BURAN TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dalam pelaksanaan tes dan pengukuran diperoleh data pretest (X 1 ),

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017.

BAB III METODE PENELITIAN. berbeda dengan metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila tentang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

DEMA YULIANTO, TITIS AWALIA

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20

Pengaruh Kegiatan Menggambar Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Permata Jl. Pendawa Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan pengaruh pelatihan skipping terhadap lompat jauh gaya jongkok

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

dengan bentuk Nonquivalent Control Group Design karena pada luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1 Pada desain

PENGARUH MEDIA KAWAT BLUDRU TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

PENINGKATAN KREATIVITAS SENI RUPA KOLASE DENGAN MEDIA DAUN PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 03 BANYUMANIK SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 8 MEDAN

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah pretest-postes control group Design. 1. Kelompok A dan B diobservasi terlebih dahulu untuk

PENGARUH MEDIA BUBUR KORAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA WADUK KECAMATAN TAKERAN KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Perbankan Riau tahun

PENGARUH KEGIATAN MOZAIK TERHADAP KEMAMPUAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 3 SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TABEL I DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011 : 2) secara kuantitatif maupun kualitatif. (Arikunto, 2006: 10).

EFEKTIVITAS MEDIA KINCIR KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN DHARMAWANITA PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen karena peneliti tidak

ADANYA PENGARUH MENEMPEL GAMBAR DENGAN TEKNIK MOZAIK TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

Transkripsi:

ISSN 2301-9905 Volume 7, No. 2, Januari 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Tangerang Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun Intan Nursayyidah Wahyudi 1, Iman Nurjaman 2 1,2 Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini; Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan; Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : 1 intannursayyidah19@gmail.com, 2 iman.umt@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus. Penelitian ini dilakukan dengan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen pada kelas B1 dan kelompok kontrol pada kelas B2. Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa kelas B1 dan 25 siswa kelas B2, jumlah keseluruhan ada 50 siswa TK Al-Falahiyyah Rajeg, Kabupaten Tangerang. Metode penelitian ini adalah Quasi Eskperimen, penelitian ini difokuskan pada siswa B1 dan B2. Dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan test. Penggunaan uji normalitas menggunakan uji liliefors dan uji homogenitas yaitu menggunakan uji-f. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan ɑ = 0,05. Dengan demikian jika hasil penelitian data diperoleh t hitung (11.636) > t tabel (2.021) hal ini membuktikan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima, maka kesimpulan yang diperoleh adalah teknik mozaik berpengaruh positif signifikan terhadap kemampuan motorik halus anak usia 4-6 tahun yang merupakan siswa TK Al-Falahiyyah Rajeg. Kata Kunci: Teknik Mozaik, Kemampuan Motorik Halus, Anak Usia 4-6 Tahun Pengantar Pada hakikatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-nya. Manusia diciptakan Tuhan dengan segenap potensi yang akan menjadi modal dasar dari perkembangannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An- Nahl ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (Mushaf Al-Bantani dan Terjemahnya, 2013, h. 275).

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan ini merupakan suatu keharusan agar semua potensi berkembang menuju arah yang positif. Pendidikan harus diberikan pada anak dimulai sejak dini karena memberikan stimulus sejak dini pada anak sangat berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak dimasa dewasanya. Anak usia dini adalah manusia kecil yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu yang berusia 2 sampai 6 tahun, yang tumbuh kemampuan emosionalnya agar setelah dewasa nanti berkemungkinan besar akan memiliki kecerdasan. Dalam tumbuh-kembang anak, orang tua sangat berperan penting dalam memberikan stimulus dengan melakukan pembiasaan setiap hari dan pembiasaan dilakukan dengan cara yang baik agar aspek perkembangan anak dapat tercapai (Musthofa, 2007, h. 10). Pada periode emas atau yang lebih dikenal sebagai the golden ages pada masa ini otak anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan otak merupakan kunci utama bagi periode kecerdasan anak. Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hingga usia 6 (enam) tahun. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan otak anak mencapai 80% dari otaknya di masa dewasa kelak. Artinya, di atas periode ini, perkembangan otaknya hanya 20% saja (Suyadi, 2010, h. 24). Jadi pada masa emas ini orang tua harus memberikan stimulus yang dapat mengembangan kecerdasaan anak dengan sangat baik, karena pada usia dini tingkat pencapaiannya sangat besar. Kemampuan motorik meliputi kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan-gerakan yang menggunakan otot besar seperti, berjalan, berlari, melompat, berjinjit, naik turun tangga dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil dan detail seperti, meremas kertas, merobek, menggambar, menulis, dan lain sebagainya (Suyadi, 2010, h. 68-69). Motorik merupakan kematangan yang bergantung pada pusat syaraf dan otot anak, dalam melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan otot maupun syaraf anak orang tua harus dapat Volume 7, No. 2, Januari 2018 13

memberikan kegiatan maupun permainan yang dapat menstimulus kemampuan motorik. Dalam kegiatan yang diberikan membutuhkan koordinasi mata dan tangan untuk melatih emosional, fokus, dan gerak motorik yang utama dalam mencapai aspek perkembangan anak. Kemampuan setiap anak berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pembawaan dan stimulus yang anak dapatkan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan motorik halus anak karena lingkungan sangat berperan penting dalam mencapai tahap kemampuan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi yang tepat. Semakin banyak yang anak lihat dan dengar, semakin banyak yang ingin diketahuinya Bagi guru atau pendidik harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi proses kemampuan motorik anak. Upaya yang dapat dilakukan pendidik atau guru untuk meningkatkan kemampuan motorik anak adalah melalui media yang kreatif dan menyenangkan bagi anak. Dengan menggunakan media yang kreatif tersebut anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan dan melatih koordinasi mata, pikiran dan tangannya. Pada usia 4-6 tahun tingkat pencapaian yang harus anak capai pada usia ini anak sudah mampu melakukan banyak hal. Tingkat pencapaian anak usia 4-6 tahun yaitu: 1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran, 2. Menjiplak bentuk, 3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit, 4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media, 5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media, 6. Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput, mengelus, mencolek, mengepal, melintir, memilin, dan memeras), 7.Menggambar sesuai gagasannya, 8. Meniru bentuk, 9. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, 10. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar, 11. Menggunting sesuai dengan pola,12. Menempel gambar 14 Volume 7, No. 2, Januari 2018

dengan tepat, 13. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci ( Permendikbud No. 137 Tahun 2014). Berdasarkan hal tersebut, bahwa kemampuan motorik halus anak di TK Al-Falahiyyah, Rajeg, Kabupaten Tangerang cenderung masih belum terstimulus secara optimal. Hal ini ditandai sebagian besar anak yang belum mampu melakukan gerakan motorik halus. Pada kelompok B1 dari 25 orang anak ada 15 orang anak yang motorik halusnya belum berkembang dengan baik dan 10 anak sudah berkembang, dan pada kelompok B2 dari 25 anak 14 yang belum berkembang dan 11 sudah berkembang kemampuan motorik halusnya. Mozaik suatu karya membutuhkan kreativitas dan keuletan disetiap prosesnya. Mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara di lem (Pamadhi, 2009, h. 56). Melalui kegiatan mozaik anak dapat berkreasi, selain merupakan kegiatan menggambar, melukis, mencetak, dan juga diberikan pengenalan seni aplikasi yaitu kegiatan berolah seni rupa yang dilakukan dengan cara menempel jenis bahan tertentu di atas bidang dasar yang dipadukan dengan teknik melukis. Dalam penelitian ini peneliti memilih kegiatan mozaik untuk mengembangkan kreativitas anak. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, serta mampu membuat hasil karya mozaik dengan menyusun potongan-potongan kertas untuk ditempel pada media yang telah disediakan. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan seseorang yang dibawa sejak lahir, dan harus distimulus dengan memberikan pembiasaan pada kegiatan rutin setiap hari agar motorik halus anak berkembang mengikuti rentang usianya dan dapat memberikan bekal bagi kehidupannya dimasa depan kelak dalam menyelesaikan semua tugas yang diberikan. Aktivitas sehari-hari, baik yang sederhana maupun kompleks yang berkaitan dengan gerak. Kegiatan ini Volume 7, No. 2, Januari 2018 15

sangat membutuhkan koordinasi antara mata dan tangan, karena dalam kegiatan ini memfokuskan pada gerak kecil. Dalam pencapaiannya, kemampuan motorik halus pada usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak. Proses kemampuan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Ada beberapa material yang dibutuhkan dalam membuat karya mozaik bahan yang digunakan antara lain adalah kertas, kancing baju, potongan kain, biji-bijian, daun kering, potongan kayu, potongan tripleks yang kecil-kecil, biji korek api, dan lain sebagainya karena seperti dijelaskan di depan bahwa seni mozaik itu sangat banyak bahannya, yang utama adalah kreativitas dalam memilih dan mengajak siswa untuk berekspresi dengan media yang ditentukan (Pamadhi, 2009, h. 5.19) Langkah-langkah pelaksanaan teknik mozaik yang digunakan oleh peneliti yaitu : a). Guru menyiapkan alat dan bahan kegiatan mozaik, b). Guru mengatur posisi duduk anak dengan kondusif, c). Guru memberikan penjelasan tentang bagaimana anak menempel mozaik dan memberikan arahan, d). Guru dengan anak membuat aturan main, e). Anak mulai melakukan kegiatan, dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan, f). Guru mengontrol setiap kegiatan anak, jika ada anak yang tidak bisa/tidak mau mengerjakan guru dapat membantu anak. Mozaik merupakan sebuah karya yang dihasilkan dari potonganpotongan kertas yang kemudian disusun pada media gambar yang sudah ditentukan. Bagi anak usia dini proses pembelajaran melalui kegiatan mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Melalui kegiatan mozaik anak juga dapat mengembangkan kemampuan social-emosionalnya, anak akan terlatih dan terbiasa bersabar dalam menyelesaikan tugasnnya sampai selesai. Anak lebih mudah mempelajari suatu kegiatan dengan bermain, karena dengan bermain anak dapat menyelesaikan tugasnya dengan hati yang senang tanpa adanya paksaan, sama halnya dengan mozaik. Karena mozaik anak akan lebih 16 Volume 7, No. 2, Januari 2018

mudah dalam belajar dan meningkatkan kemampuan motorik halusnya melalui proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan. Dengan demikian, kegiatan mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Melalui kegiatan mozaik pula dapat mengembangkan kreativitas anak, melatih tingkat kesabaran anak, melatih konsentarsi anak, dan membuat anak menjadi mandiri dan anak dapat berkembang sesuai harapan. Metode Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kuantitatif, sedangkan jenis metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment, dengan subjek penelitian yaitu anak usia (4-6 tahun) di TK Al- Falahiyyah Rajeg Kab. Tangerang. Menurut Sugiyono (2011, h, 18), Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positive, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data dan bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diucapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kuantitatif adalah data berbentuk angka yang diperoleh dari hasil perhitungan data kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan jenis Nonequivalent Control Group Desaign. Peneliti menggunakan dua kelompok yang terdiri atas kelompok eksperimen yang diberi kegiatan mozaik dan kelompok kontrol yang tidak diberi kegiatan melipat. Pada penelitian ini kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar penilaian berupa daftar checklist, observasi dan tes (Pretes, Treatment, dan Postes). Teknis analisis yang dipakai adalah uji-t. Sebelum menghitung uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik analisis statistik deskriptif, seperti: a). Tabel distribusi frekuensi, b). Diagram histogram, c). Diagram ogive, d). Volume 7, No. 2, Januari 2018 17

Menentukan mean (rata-rata), e). Menentukan modus, f). Menentukan median, g). Simpangan baku, h). Uji normalitas, i). Uji homogenitas, j). Uji T Separated Varians. Hasil Dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di TK Al Falahiyyah. Pada penelitian ini digunakan dua kelas sampel. Kelas B1 sebagai kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan kelas B2 sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan teknik mozaik. Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan tatap muka sebanyak 6 kali pertemuan. Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah perkembangan motorik halus menggunakan teknik mozaik. Berdasarkan hasil penelitian pretes, treatment dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan pada kemampuan motorik halus anak usia 4-6 tahun. Berikut perhitungan data statistik awal (lampiran 10) diperoleh nilai pretes dan postes pada kelompok eksperimen dan kontrol. Berikut ini adalah nilai pretes dan postes kelompok eksperimen dan kontrol yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, histogram, poligon dan diagram ogive. 18 Volume 7, No. 2, Januari 2018

Tabel 4.9 Rangkuman Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Kelas Eksperimen Kontrol Nilai terendah 14 13 Nilai tertinggi 23 23 Mean/rata-rata hitung 20.76 19.04 Modus 21 16.7 Median 20.5 17.41 Varians (S²) 8.19 8.79 Simpangan baku (Sd) 2.86 2.96 Berdasarkan hasil analisis data pretes nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 14 dan nilai tertinggi adalah 23, sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah adalah 13 dan nilai tertinggi adalah 23. Selanjutnya rata-rata kelas eksperimen adalah 20.76 dan rata-rata pada kelas kontrol 19.04, data tersebut menggambarkan kondisi awal kelas sebelum diberikan treatment. Volume 7, No. 2, Januari 2018 19

Tabel 4.18 Rangkuman Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Kelas Eksperimen Kontrol Nilai terendah 20 18 Nilai tertinggi 24 24 Mean/rata-rata hitung 22.34 18.50 Modus 21.97 22.02 Median 21.95 22 Varians (S²) 0.97 1.83 Simpangkan baku (Sd) 0.99 1.35 Berdasarkan hasil analisis data postes nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 24, sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah adalah 18 dan nilai tertinggi adalah 24. Selanjutnya rata-rata pada kelas eksperimen adalah 22.34 dan rata-rata pada Jurnal Program kelas kontrol adalah 18.50, data tersebut menggambarkan kondisi kelas setelah diberikan treatment. Untuk menguji apakah sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji Liliefors. Tabel 4.19 Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen No Interval fi fk xi fi.xi (xi-ẋ)² fi(xi-ẋ)² zi ztabel F(zi) S(zi) F(zi)-S(zi) 1 14-16 2 2 13.5 27 33.18 66.36-2.01271 0.4778 0.0222 0.08-0.0578 2 17-19 6 8 16.5 99 7.62 45.71-0.96442 0.3315 0.1685 0.32-0.1515 3 20-22 9 17 19.5 175.5 0.06 0.52 0.083863 0.0319 0.5319 0.68-0.1481 4 23-25 8 25 22.5 180 10.50 83.98 1.132148 0.3708 0.8708 1.00-0.1292 5 26-28 0 25.5 0 38.94 0 2.180432 0.4854 0.9854 0 0 25 481.5 196.56 20 Volume 7, No. 2, Januari 2018

Karena nilai L hitung = -0.1515 < L tabel 0.173, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa liliefors hitung kelas eksperimen lebih kecil (Lo) dari liliefors tabel (LK) maka sampel berdistribusi normal. Demikian juga pretes kelas kontrol, nilai liliefors hitung lebih kecil (Lo) dari liliefors tabel maka sampel berdistribusi normal. Tabel 4.20 Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen No Interval Fi fk xi fi.xi (xi-ẋ)² fi(xi-ẋ)² zi ztabel F(zi) S(zi) F(zi)-S(zi) 1 20-21 4 4 19.5 78 3.39 13.54-1.86504 0.4686 0.0314 0.16-0.1286 2 22-23 19 23 21.5 408.5 0.03 0.49 0.162177 0.0636 0.5636 0.92-0.3564 3 24-25 2 25 23.5 47 4.67 9.33 2.189389 0.4854 0.9854 1.00-0.0146 4 26-27 0-25.5 0 17.31 0.00 0 0 0 0 0 5 28-29 0-27.5 0 37.95 0.00 0 0 0 0 0 25 533.5 23.36 Karena nilai Lhitung = -0.3564< Ltabel 0.173, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa liliefors hitung kelas eksperimen lebih kecil (Lo) dari liliefors tabel (LK) maka sampel berdistribusi normal. Demikian juga postes kelas kontrol, nilai liliefors hitung lebih kecil (Lo) dari liliefors tabel maka sampel berdistribusi normal. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 10 Homogenitas dari hasil pengujian data pretes diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Pretes Fhitung Ftabel 1.07 1.98 Volume 7, No. 2, Januari 2018 21

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa F hitung lebih kecil dari F table, menurut kriteria homogenitas jika F hitung < F tabel Ho diterima, maka varian kedua sampel homogen, dapat disimpulkan bahwa kedua varian berasal dari populasi yang homogen. Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas Postes Fhitung Ftabel 1.88 1.98 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel, menurut kriteria homogenitas jika F hitung < F tabel Ho diterima, maka varian kedua sampel homogen, dapat disimpulkan bahwa kedua varian berasal dari populasi yang homogen. Tabel 4.23 Uji rata-rata dua pihak pretes Kelas Eksperimen Kelas Kontrol thitung Ttabel ẋ Sd S² ẋ Sd S² 20. 76 2.86 8.19 19.04 2.9.6 8.79 2.123 2.021 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka Ho ditolak, sehingga berdasarkan kriteria pengujian maka terdapat perbedaan rata-rata pretes kemampuan motorik halus dikelas eksperimen dan kelas kontrol. 22 Volume 7, No. 2, Januari 2018

Tabel 4.24 Uji rata-rata dua pihak postes Kelas Eksperimen Kelas Kontrol thitung Ttabel ẋ Sd S² ẋ Sd S² 22.34 0.97 0.99 18.50 1.35 1.83 11.636 2.021 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka Ho ditolak, sehingga berdasarkan kriteria pengujian maka terdapat perbedaan rata-rata pretes kemampuan motorik halus dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik mozaik, terdapat perbedaan yang terjadi pada kelas eksperimen dan kontrol, yaitu terjadi peningkatan kemampuan motorik halus pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Teknik mozaik dapat meningkatkan motorik halus anak. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan motorik halus dari sebelum diberi tindakan sampai diberi tindakan. Oleh karena itu teknik mozaik merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik pada anak usia dini. Hal ini karena teknik mozaik dapat merangsang jari dan pergelangan tangan anak untuk bergerak, perhatian anak terhadap proses pembelajaran makin panjang, anak mampu mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melatih emosional, fokus, dan gerak motorik dalam mencapai aspek perkembangan motorik. Metode pendukung mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan motorik anak melalui media yang diberikan pada anak. Dalam hal ini metode pendukung yakni pemberian waktu untuk mengeksplor kemampuan Volume 7, No. 2, Januari 2018 23

motorik halus dengan memberikan motivasi kepada anak agar anak menjadi semangat dan dapat membantu meminimalkan permasalahan yang dihadapi pada saat pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa hal penting yang dapat ditindak lanjuti yaitu untuk kepada Kepala Sekolah dimana hendaknya dapat menjadi penggerak perbaikan terhadap proses pembelajar dan harus menjaga hubungan baik dengan guru. Karena pihak sekolah harus dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang dalam pembelajaran khususnya aspek motorik halus, seperti penyediaan media dan alat-pembelajaran yang lain. Kepala sekolah perlu dan dapat melakukan pemantauan proses pembelajaran dikelas. Untuk guru Kelas dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang dapat merangsang motorik halus dengan alat dan bahan yang aman, menarik minat anak dan antusias terhadap proses pembelajaran; Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks kehidupan anak, gambar yang menarik, kata-kata yang sederhana. Penyampaian yang jelas dan menarik sehingga akan merangsang anak untuk menyelesaikan kegiatan samapai selesai. Untuk peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda. Daftar Acuan Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utami Muharrar, Syakir. ( 2013). Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana. Esensi: Penerbit Erlangga Mushaf Al-Bantani dan Terjemahnya (2013). Pemprov Banten Mustofa, Yasin. (2007). EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Sketsa 24 Volume 7, No. 2, Januari 2018

Pamadhi, Hajar. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Replublik. (2009). Standar Pendidikan Anak Usia Dini: Depdiknas Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani Volume 7, No. 2, Januari 2018 25