BAB II TINJAUN PUSTAKA. Menggunaka alat analisis RCA (Refealed comparative adventage) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

GAMBARAN UMUM EKONOMI INTERNASIONAL

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon merupakan sentra dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan persoalan baru. namun merupakan masalah makroekonomi yang bersifat jangka panjang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

LECTURE NOTE: MATAKULIAH EKONOMI INTERNASIONAL I. OIeh: Tn Widodo, SE. Mec.Dev

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

EKONOMI INTERNASIONAL

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Nuhfil Hanani dan Fahriyah (2012) yang berjudul daya saing karet Indonesia di pasar internasional. Menggunaka alat analisis RCA (Refealed comparative adventage) yang menunjukan nilai RCA 5,5 yang menandakan produk karet indonesia memiliki keunggulan, jika Indonesia ingin mengalahkan Thailand maka Indonesia harus melakukan peningkatan produksi melalui peningkatan produktifitas, peningkatan ekspor melalui diversifikasi negara tujuan di sertai peningkatan kualitas karet. Dikdik Kusdiana dan Canda Wulan (2007) meneliti Daya Saing Ekspor sector unggulan di jawa berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan terutama sector yang tradeable yang mempunyai daya saing ekspor. Dengan menggunakan alat analisis input-output (I-O) dan Revealed comparative advantage (RCA) pada table transaksi input output jawa barat 29x29 sektor tahun 2003 dan data ekspor jawa barat diperoleh bahwa komoditas unggulan jawa barat yang mempunyai daya saing ekspor adalah industry barang jadi dari logam dan industry kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik. Secara sederhana Globalisasi Ekonomi dapat di artikan sebagai suatu proses dimana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam 6

7 kegiatan ekonomi Global. Jadi, Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural, dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia.tulus Tambunan (2004:1). Perubahan ini telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional, tetapi juga dalam investasi, keuangan dan produksi. Globalisasi Ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dan kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi satu proses yang melibatkan banyak negara. B. Landasan teori 1. Konsep Daya Saing Daerah Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. (Piter Abdullah,2002). Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu perekonomian daripada kemampuan sektor swasta atau perusahaan.

8 Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk didalam perekonomian tersebut. Kata kunci dari konsep daya saing adalah kompetisi. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Kata daya saing menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup. 2. Pertumbuhan Ekonomi Regional Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian didalam suatu wilayah tertentu selama satu tahun (Sukirno, 1985). Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatn wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Pendapatan ratarata masyarakat menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat pada wilayah tersebut. Dampak positif dari globalisasi ekonomi terhadap ekspor adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara jadi meningkat,sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya : suatu negara kehilangan pansa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negative terhadap volume produksi dalam negeri dan PDB serta meningkatnya jumlah pengangguran kemiskinan. Ada sejumlah indikator yang dialkukan dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk mengkaji seberapa baik kinerja ekspor (dalam hal ini Indonesia) selama ini dan untuk memprediksi prospeknya kedepan. Salah satunya yang bumum dipakai adalah pertumbuhan nilai atau volume ekspor rata-rata pertahun atau tren

9 pertumbuhan jangka panjangnya. Dasar pemikiran dari penggunaan indikator ini adalah sebagai berikut: kinerja ekspor Indonesia yang baik dicerminkan salah satunya laju pertumbuhan rata-rata per tahunnya yang relative tinggi di bandingkan negara pesaing, atau oleh tren pertumbuhan jangka panjangnya yang positif (meningkat). Tren pertumbuhan jangka panjangnya yang positif dan meningkat dari ekspor dari suatu produk mencerminkan perubahan jangka panjang dari tingkat daya saing dari tingkat daya saing dari produk tersebut didalam perdagangan global. (Tulus Tambunan,2004 : 136) Indikator kedua yang juga umum digunakan untuk mengukur perkembangan ekspor adalah diversifikasi produk menurut Jenis kandungan teknologi, Jenis kegunaan produk, Jenis pasar atau kelompok pendapatan, dan Intensitas penggunaan faktor produksi : padat karya, modal/teknologi, sumber daya alam, pertanian, know-how, dan keterampilan (skill). Struktur ekspor dari suatu Negara menurut tiga kelompok sektor besar, yakni pertambangan, pertanian, dan industri manufaktur, umumnya digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi atau sektor industri manufaktur (industrialisasi) di Negara tersebut. Semakin besar prosentase kontribusi dari industri terhadap total ekspor mencerminkan semakin tinggi tingkat pembangunan atau industrialisasi di Negara bersangkutan. Indikator ketiga adalah struktur (diversifikasi) pasar. Kinerja Ekspor Indonesia dapat dikatakan relative bagus jika pasar ekspornya juga luas, misalya tidak

10 hanya pasar Asia, tetapi juga pasar Eropa dan Amerika. Atau semakin tinggi konsentrasi pasar mencerminkan bahwa sebenarnya produk-produk indonesia tidak terlalu laku di dunia. Sebagai satu contoh konkret, kinerja ekspor mobil Jepang sangat baik karena dipakai di seluruh dunia, terutama Toyota, sedangkan ekspor tekstil atau TPT Indonesia terkonsentrasi di pasar Amerika Serikat. 3. Konsep Daya Saing Daya saing ekspor adalah suatu kemampuan suatu sektor yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan suatu daerah dibandingkan pembagian rata-rata daerah lainnya dalam suatu kawasan yang lebih luas karena mempunyai kemampuan mengekspor yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata ekspor yang sama dari daerah lain (Dikdik, 2007 : 12). Dalam mengkaji daya saing mengacu pada teori-teori terjadinya perdagangan internasional 4. Teori Keunggulan Absolut Teori absolut dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute disadvantage). Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan absolut apabila suatu negara dapat

11 Menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain (Salvatore 1997 : 27). Asumsi pokok dari teori keunggulan absolut antara lain : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan. 5. Teori Keunggulan Komparatif Comparative Advantage (keunggulan komparatif) pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo (1917). Ricardo mengemukakan bahwa apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengeskpor barang yang bagi negara tersebut Memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebur akan beruntung. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah komoditi tersebut lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain didaerahnya.dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu Daerah apabila sudah diketahui lebih dulu, pembangunan dapat dilakukan tanpa menunggu mekanisme pasar (Tarigan, 2006 : 79). Kemudian dalam teori modern, dikenal dengan teori Heckser dan Ohlin

12 (H-O), yang sering disebut dengan teori proporsi faktor atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity cost yang berbeda antar negara. Jadi menurut teori H-O suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya yang relatif banyak di negara tersebut dan mengimpor yang input utamanya tidak dimiliki oleh daerah tersebut (Tambunan, 2005 : 94 ). 6. Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Tri Widodo, 2006: 185). Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sambodo (dalam Achmad Firman, 2007 : 9), ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut: Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi 1. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar 2. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan depan ataupun kebelakang 3. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

13 7. Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Adam Smith Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi (stationary state). Posisi stationer terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfatkan. Kalaupun ada pengangguran hal itu bersifat sementara. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. (Tarigan, 2007) Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi mejadi lima tahap yang berurutan dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam, masa berdagag, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Smith memandang pekerja sebagai salah satu input produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini sebagai upaya peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan penting. Akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kerja pada suatu

14 sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro, 1997). b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori basis ekspor murni dikembanngkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfugsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. (Tarigan, 2007) Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Menurut Simon Kuznets.

15 Dari definisi di atas berarti terdapat tiga komponen pokok dalam pertumbuhan ekonomi sebagai berikut. a. Kenaikan output secara berkesinambungan merupakan perwujudan dari pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu negara. b. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. c. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam teknologi baru, perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi. Inovasi dalam bidang teknologi harus dibarengi dengan inovasi dalam bidang sosial. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan dua efek penting, yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan kesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk. 8. Faktor- Faktor Pertumbuhan Ekonomi Mengapa suatu perekonomian dapat berkembang dengan cepat, tetapi terkadang tidak mengalami perkembangan? Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara, adakalanya bergerak dengan cepat, namun terkadang bergerak dengan lambat. Hal ini dikarenakan ada faktorfaktor yang memengaruhinya. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

16 a. Barang Modal Barang-barang modal adalah berbagai jenis barang yang digunakan untuk memproduksi output (barang dan jasa). Misalnya: mesin-mesin pabrik, peralatan pertukangan, dan sebagainya. b. Teknologi Selain barang-barang modal, teknologi juga berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi diberbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. c. Tenaga Kerja Hingga saat ini, khususnya di negara yang sedang berkembang, tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang dominan. Penduduk yang banyak akan memperbesar jumlah tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja ini memungkinkan suatu negara itu menambah jumlah produksi. Dengan demikian akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. d. Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam, seperti tanah, iklim, hasil hutan, hasil tambang, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran. Sumber daya alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara. e. Manajemen Perekonomian dalam suatu negara akan berkembang pesat apabila dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan inilah yang dinamakan

17 manajemen. Seperti halnya bangsa Indonesia, memiliki potensi sumber daya alam yang beragam dan melimpah serta jumlah penduduk yang besar, apabila potensi yang ada dikelola dengan baik maka dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. f. Kewirausahaan Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah seseorang yang mampu dan berani untuk mengambil risiko dalam melakukan suatu usaha guna memperoleh keuntungan. Peranan wirausahawan dalam memajukan perekonomian telah terbukti dari masa ke masa. Wirausahawan dalam melakukan investasi akan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan output nasional, dan meningkatkan penerimaan negara berupa pajak. g. Informasi Salah satu syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber daya ekonomi yang efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan seimbang. Informasi sangat menunjang pertumbuhan ekonomi karena pelaku-pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang akurat dan cepat. 9. Pengertian ekspor dan daya saing ekspor Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Triyoso, 1994). Lebih jelas lagi, Deliarnov (1995) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di luar

18 negeri. Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempattempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Dapat dikatakan juga bahwa ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri dan hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. (versi BPS) Adapun yang tidak termasuk katagori ekspor antara lain pakaian, barang pribadi dan perhiasan milik penumpang yang bepergian ke luar negeri, barang-barang yg dikirim untuk perwakilan suatu negara di luar negeri, barang-barang untuk ekspedisi/pameran, peti kemas untuk diisi kembali, uang dan surat-surat berharga serta barang-barang untuk contoh (sample). Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi 7 dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional (sumber : OECD). Oleh karena daya saing

19 industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh sebagai dasar pengukurannya. Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001). Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive. Analisis Hyper Competitive (persaingan yang super ketat) berasal dari D Aveni (Hamdy, 2001), dan merupakan analisis yang menunjukkan bahwa pada akhirnya setiap negara akan dipaksa memikirkan atau menemukan suatu strategi yang tepat, agar negara/perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang sangat sulit. Menurut Hamdy, strategi yang tepat adalah strategi SCA (Sustained Competitive Advantage Strategy) atau strategi yang berintikan upaya perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5

20 lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam mempertahankan /meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang mempengaruhi daya saing dalam perdagangan internasional. Menurut hasil survey IMD (International Management Development) daya saing Indonesia dibandingkan 30 negara-negara utama dunia lainnya, dipengaruhi beberapa hal, antara lain sebagai berikut : a. Kepercayaan investor yang rendah (sebagai akibat resiko politik, credit rating yang rendah, diskriminasi dalam masyarakat, sistim penegakan hukum yang lemah, penanganan ketenagakerjaan, subsidi yang tinggi, banyak korupsi) b. Daya saing bisnis yang rendah yang meliputi kualitas SDM yang masih rendah, hubungan perburuhan yang selalu bermusuhan (hostile), praktek-praktek bisnis yang tidak etis dan lemahnya corporate governance. c. Daya saing yang rendah (nilai-nilai di masyarakat tidak mendukung daya saing dan globalisasi, kualitas wiraswasta dan kemampuan marketing yang rendah, produktivitas menyeluruh yang rendah) d. Infrastruktur lemah (pendidikan dan kesehatan yang kurang, perlindungan hak patent dan cipta lemah, penegakan hukum lingkungan hidup yang lemah, biaya telekomunikasi internasional yang mahal, anggaran yang mahal, kurangnya alih teknologi, kurang ahli teknologi informasi).

21 Daya saing juga mengindikasikan terjadinya penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan daya saing global. Secara makro, teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas/pasar bebas di seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif (Wibowo, 2004). Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik. Tentang kerja sama regional, Hamdy (2001; 88) mengemukakan bahwa kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional, saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara regional. 10. Keunggulan Komparatif Hukum keunggulan komparatif pertama kali dijelaskan dalam buku yang diterbitkan oleh David Ricardo yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817. Menurut tingkat keunggulan komparatif tersebut meskipun suatu Negara mengalami kerugian atau ketidak unggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika di bandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang masih menguntungkan masih dapat berlangsung. Hal ini bias terjadi jika salah satu negara berspsesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut paling rendah (komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimppor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar atau yang memiliki keunggulan komparatif.

22 Hukum komparatif tersebut berlaku beberapa asumsi yaitu (1). Hanya terdapat dua Negara dan dua komoditi, (2). Perdagangan bersifat bebas, (3). Terdapat mobilitas yang sempurna di dalam namun tidak ada mobilitas di dua Negara, (4). Biaya produksi konstan, (5). Tidak ada biaya transportasi, (6). Tidak ada perubahan teknologi, (7). Menggunakan nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, namun asumsi tujuh tidak berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk keunggulan komparatif. Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam buku Salvatore (1996) menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi tiap negara dalam hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara. Teori H-O Menyatakan bahwa suatu Negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi secara intensif memanfaatkan kepemilikan factor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasar kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage), yang mengasumsikan bahwa setiap Negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga fakyor produksi yang sama menghasilkan output produksi yang sama namun dibedakan dengan oleh harga-harga relative faktor produksi yang sama.

23 C. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 kerangka pemikiran Sektor Unggulan Laju Pertumbuhan Analisis Kontribusi Analisis Daya Saing RCA Daya Saing Bagus RCA > 1 Daya Saing Tidak Bagus RCA < 1