BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

dalam sebuah penelitian. Dari keempat keterampilan berbahasa membaca merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran. Membaca merupakan seni atau art

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa terus dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahsa

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia memiliki sentral dalam perkembangan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Perasaan itu akan membuat kita tahu bahwa ide kita akan dibaca oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PEMENTASAN DRAMA MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Melalui Strategi Critical Incident

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh : EKA ROHMAWATI A

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ada dua materi yang harus disampaikan oleh pengajar yaitu materi kebahasaan dan materi kesastraan. Materi kebahasaan meliputi empat kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA. Selain kemampuan dalam aspek kebahasaan dalam jenjang pendidikan formal sastra juga masuk dalam pelajaran bahasa Indonesia yang juga kemampuan dalam bersastra tidak kalah pentingnya, dalam kemampuan bersastra ada tiga aspek (genre) yang dipelajari yaitu puisi, prosa dan drama. Namun pada kenyataannya pengajaran bahasa Indonesia dalam materi kesastraan kurang diperhatikan, hanya aspek kebahasaan yang selalu menjadi sorotan utama dan didahulukan, ini dikarenakan materi kebahasaan selalu keluar dalam uji kelulusan/ujian nasional (UN). Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, terutama bagi guru yang pengetahuan dan apresiasi sastra (dan budayanya) rendah. Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa ini disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum. Tak heran jika pelajaran menjadi kering, kurang hidup, dan cenderung tidak mendapat tempat di hati siswanya. Padahal, bila kita kaji secara mendalam, tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk [Type text]

2 menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai bagian dari warisan leluhur (Noor, 2011:75). Bahkan dengan bermain drama beberapa kemampuan dapat dikembangkan seperti kemampuan berkomunikasi, kemapuan menghafal, dan kemapuan mengaktualisasikan diri ke dalam situasi yang dihadapi. Selain itu dengan bermain drama beberapa sikap dapat ditumbuhkan, misalnya percaya diri, berani menghadapi orang banyak, bertanggung jawab terhadap tugas, dan memiliki jiwa artistik yang merupakan salah satu sendi kehidupan manusia. Sementara itu dari ketiga keterampilan bersastra, drama merupakan keterampilan tersulit dibandingkan dengan dua genre lainnya. Ini disebabkan dalam drama bukan hanya berkutat pada dunia sastra saja yang dipelajari tapi juga seni, yaitu seni pertunjukan. Selain itu, menurut Yus Rusyana (Waluyo 2002:1) menyimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama. Perbandingannya adalah 6:3:1. Hal ini karena menghayati naskah drama yang berupa dialog cukup sulit dan membutuhkan ketekunan yang lebih. Dalam pengaplikasiannya di kelas, keterampilan drama hanya dilakukan guru dengan metode ceramah saja padahal di dalam kurikulum tertera kompetensi dasar bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa dan guru juga luput bahwa kemampuan menulis menulis karya sastra, khususnya menulis naskah drama merupakan pekerjaan yang berat, membosankan, dan kurang diminati. Setelah dilakukan observasi awal di SMP Negeri 10 Bandung peneliti melakukan wawancara kepada guru pengampu bahasa dan sastra Indonesia kelas depalan yaitu Bapak Subur, S.Pd, menurut pemaparan beliau mengungkapkan bahwa keterampilan drama praktik dianggap paling sukar dibandingkan dengan puisi dan prosa. Sukar bagi para guru karena kebanyakan guru kurang menguasai wawasan dan kemampuan dalam mengajarkan drama praktik, kesulitan tersebut berimbas pada siswa. Dalam pengajaran drama praktik, guru hanya memberikan naskah kepada siswa, menyuruh menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik lalu

3 menyuruh siswa memperagakannya di depan kelas tanpa adanya contoh atau peragaan dari guru, bahkan materi drama praktik kadang dilewat begitu saja. Metode ini selalu membosankan dan sangat ketinggalan zaman. Cara guru mengajar dengan cara ceramah dan konvensional jelas tidak dapat menstimulus siswa untuk ingin terlibat dalam dunia sastra khususnya drama. Sebenarnya, dalam pembelajaran guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif dan dapat menciptakan strategi jitu. Guru juga dituntut untuk mengembangkan kompetensinya sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang bagus dari segi materi maupun kemasannya. Jelas guru sastra dituntut mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan serta tidak ketinggalan zaman. Agar dapat menstimulus, memotivasi dan menarik simpati siswa supaya senang mengikuti pelajaran sastra dan menggaulinya lebih dalam. Atas dasar kenyataan itu, perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar agar memperoleh hasil belajar yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran tersebut adalah dengan cara melakukan inovasi. Sebab dengan inovasi tersebut akan memiliki peranan penting bagi siswa dan guru. Inovasi tersebut dapat berupa pengembangan metode, strategi atau teknik dalam pengajaran, Guru sebagai pengajar di sekolah minimal harus mampu menguasi metode, teknik, media atau model pembelajaran yang sudah ada, agar dalam pembelajaran khususnya drama guru dapat memberikan metode yang tepat dalam menarik maupun mengarahkan minat dan kemampuan siswa dalam bermain peran. Alangkah lebih baik lagi apabila guru mampu menciptakan metode, teknik, media, model sendiri. Hal ini yang menjadi salah satu upaya penulis untuk menerapkan teknik berantai (estafet berkelompok) yang diadaptasi dari metode pembelajaraan kooperatif dan metode bisik berantai agar dapat meningkatkan kemampuan bermain peran siswa.

4 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti efektivitas penerapan teknik berantai dalam pembelajaran drama. Maka, penulis memberi judul Efektivitas Teknik Berantai Dalam Pembelajaran Bermain Peran Di Dalam Drama sebagai bahan penelitiannya. B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut. 1) Siswa mengalami kesulitan dan kurang terampil bermain peran dalam pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran drama. 2) Teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran drama kurang bervariatif sehingga pembelajaran drama terasa membosankan. 3) Siswa merasa sukar dalam praktik pelajaran drama. C. Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah dan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan bermain peran siswa sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran menggunakan teknik berantai? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan bermain peran siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik berantai dalam pembelajaran drama bermain peran? D. Tujuan Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah di atas maka kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan: 1. Mendeskripsikan kemampuan bermain peran siswa sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran menggunakan teknik berantai.

5 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan bermain peran siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik berantai dalam pembelajaran drama bermain peran. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan khasanah ilmu dalam bidang drama di sekolah, khususnya dalam praktik bermain peran. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memahami teknik-teknik dalam pengajaran drama praktik drama di sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna bagi para pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah tingkat apresiasi terhadap sastra, khususnya drama. b. Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna sebagai sumber referensi dan rujukan bagi para pembaca, terutama para guru dalam memahami pentingnya sastra dalam pembelajaran di sekolah, khususnya drama. c. Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna bagi penulis untuk memperluas wawasan dalam bidang drama, khususnya teknik-teknik pengajaran drama dan untuk mengembangkan sastra Indonesia. F. Struktur Organisasi Struktur organisasi pada penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab 1 pendahuluan, bab 2 kajian teori, bab 3 metodologi penelitian, bab 4 hasil dan

6 pembahasan serta bab 5 berisi simpulan dan saran. Berikut ini akan dipaparkan mengenai masing-masing bab secara terperinci. Bab 1 Pendahuluan, di dalamnya berisi latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Latar belakang masalah penelitian mengemukakan alasan mengapa penulis melakukan penelitian. Dalam hal ini, rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran drama bermain peran. Hal ini yang membuat penulis tergugah untuk melakukan penelitian dengan menggunakan teknik berantai. Identifikasi masalah penelitian adalah uraian atau poin-poin masalah yang muncul dalam latar belakang masalah penelitian, kemudian masalah tersebut dibatasi agar lebih sfedifik dan lebih terarah. Rumusan masalah penelitian merupakan hasil pembatasan masalah yang kemudian dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan saja. Tujuan penelitian tentunya sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat. Manfaat penelitian terdiri atas manfaat yang ditinjau dari manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Bab 2 Kajian Teori yang diberi judul Pembelajaran Drama, Teknik Berantai, Kerangaka Berfikir dan Hipotesis. Terdapat beberapa subbab yaitu ihwal pembelajaran drama, teknik berantai, kerangka berpikir dan hipotesis. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka berupa teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan kerangka berpikir sehingga muncullah hipotesis dalam penelitian ini. Bab 3 Metodologi Penelitian, di dalamnya terdapat beberapa subbab mengenai metodologi penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan teknik pengumpulan dan analisis data. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 10 bandung. Teknik pengolahan data terdiri atas rumus-rumus statistik.

7 Bab 4 hasil dan pembahasan, di dalamnya terdapat beberapa subbab mengenai pengolahan dan analisis data hasil penelitian, yaitu deskripsi proses pelaksanaan penelitian, deskripsi pengolahan data penelitian dan pembahasan hasil penelitian meliputi: 1) deskripsi data memaparkan data apa saja yang telah didapat serta mengolah data, 2) pembahasan hasil penelitian memaparkan hasil dari pengolahan data untuk mendapat kesimpulan akhir. Bab 5 simpulan dan saran, di dalamnya terdapat dua subbab yaitu simpulan dan saran. Simpulan dari rumusan hasil pembahasan pembelajaran drama bermain peran menggunakan teknik berantai dan saran bagi berbagai pihak baik pendidik yang akan menerapkan teknik tersebut maupun peneliti selanjutnya.