BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan lain. 2.1.1 Literatur Asal usul kota dumai yang diturunkan secara turun temurun dari mulut ke mulut dapat di tangkap atau tidaknya ceritadikarenakan tidak ada media tertulis yang menyimpan cerita asli tersebut sejak pertama kali diceritakanatau bisa juga dibilang cerita mitos.oleh karena itu penulis ingin mengangkat kembali cerita asal usul kota dumai berdasarkan cerita yang sudah penulis baca di buku Dongeng seru asal usul kota di Indonesia. 2.1.1.1 Sejarah Suku Tionghoa di Jakarta Berdasarkan yang tertulis pada buku Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa karangan Onghokham, pengantar David Reeve. Tertulis bahwa penduduk Tionghoa sudah tinggal di Indonesia sebelum memasuki abad 19, dimana golongan elit saat itu adalah orang Bumiputra. Pada abad ke-19 orang Tionghoa tidak lagi melebur kedalam masyarakat Bumiputra karena pada abad itu pemerintahan bukan lagi dikuasai oleh Bumiputra, melainkan orang Belanda. Tidak dapat diterima dalam golongan elite Belanda dan tidak dapt menikah dalam golongan gurbenur jenderal, seperti yang mereka dapat lakukan pada golongan 3
4 bangsawan Indonesia, Mereka akhirnya mnejadi golongan tersendiri dan menjadi minoritas. Berdasarkan data yang tertulis di buku Jakarta sejarah 400 tahun tulisan Susan Blackburn, Orang Eropa sangat tergantung pada tenaga kerja Cina dan barang-barang dari Asia Timur yang dibawa oleh kapal-kapal Cina. Pada tahun 1625, armada Cina yang berdagang di Batavia memiliki minimal total tinase yang sama besar dengan seluruh armada VOC yang kembali ke Eropa. Karena populasi penduduk cina mengalami peningkatan, pada tahun 1739 terhitung ada 10.574 penduduk Cina yang berpenghuni di Batavia. Khawatir dengan pertumbuhan warga Tionghoa, Belanda menanggapi perkembangan dengan mengeluarkan peraturan yang semakin lama semakin keras. Pada 1740 pemerintah menanggapi dengan rencana pemindahan paksa para imigran yang tidak terdaftar ke pos- pos terdepan Belanda lainnya di Ceylon. Pada tahun 1740, wilayah sekitar Batavia terjadi pemberontakan petani Cina. Dengan spanduk yang bertuliskan untuk membantu yang miskin, melarat, dan tertekan dan Teladani tokoh-tokoh berbudi masa lalu,. Ketika segerombolan Cina yang bersenjata seadanya menyerang kota pada 8 Oktober. Orang Eropa dan Indonesia menyerang, menjarah dan membakar 6.000 7.000 rumah orang Cina dan membantai banyak penghuninya. Pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan, yaitu orang Cina tidak lagi diizinkan tinggal di dalam kota. Disebelah bagian barat dinding, didirikan sebuah pemukiman khusus untuk mereka yang sejak saat itu menjadi pusar pecinan Jakarta, disekitar wilayah yang dikenal sebagai Glodok. 2.1.2 Dokumen 2.1.2.1 Data Sejarah Pecinan Menurut salah satu situs pecinan.net. Pecinan berasal dari bahasa Jawa yang berartu suatu wilayah yang mayoritas penghuninya adalah warha Tionghoa. Selain menjadi pusat hunian warga keturunan Tionghoa,
5 pecinan juga berfungsi sebagai pusat ekonomi dan perdagangan. Kawasan pecinan di Jakarta yang biasa ditemui adalah Glodok, Jakarta Barat. Kawasan yang disebut sebagai pecinan terbesar di Indonesia dan dunia. Nama Glodok juga berasal dari suara air pancuran dari sebuah gedung kecil persegi delapan di tengah-tengah halaman gedung Balai Kota (Stadhuis) pusat pemerintahan Kumpeni Belanda di kota Batavia. Gedung persegi delapan ini, dibangun sekitar tahun 1743 dan sempat dirubuhkan sebelum dibangun kembali tahun 1972. Banyak membantu serdadu Kumpeni Belanda karena disitulah mengalir air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya bagi serdadu Kumpeni Belanda, tapi juga dimanfaatkan minum bagi kuda-kuda serdadu seusai mengadakan perjalanan jauh. Cerita lain mengatakan kata Glodok berasal dari bahasa Sunda Golodog. Golodog berarti pintu masuk rumah, karena Sunda Kelapa (Jakarta) merupakan pintu masuk ke kerajaan Sunda. Karena sebelum dikuasai Belanda yang membawa para pekerja dari berbagai daerah dan menjadi Betawi atau Batavia, Sunda Kelapa dihuni oleh orang Sunda. Perubahan G jadi K di belakang sering ditemukan pada kata-kata Sunda yang dieja oleh orang non-sunda, terutama suku Jawa dan Melayu yang kemudian banyak menghuni Jakarta. Sampai saat ini di Jakarta masih banyak ditemui nama daerah yang berasal dari Bahasa sunda meski dengan ejaan yang telah sedikit berubah. Dari nama pancuran akhirnya menjadi nama sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Pancoran atau orang di kawasan Jakarta Kota menyebutnya dengan istilah Glodok Pancoran. Hingga kini kedua nama yakni Glodok dan Glodok Pancoran masih akrab di telinga orang Jakarta, bahkan hingga ke luar Jakarta.
6 2.1.3 Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan Edris Wijaya, yang bekerja di Gereja Santa Maria. Pertanyaan yang ditanyakan seputar bagaimana sejarah salah satu situs bersejarah di Pecinan dan sekitarnya. Menceritakan gereja yang kadang-kadang disebut sebagai Toasebio atau Fatima, ini merupakan gedung gereja yang paling tua di Jakarta, karena sudah dibangun sejak awal abad 19 (1800-an). Namun berdasarkan buku 50 tahun paroki Santa Maria de Fatima, baru mulai digunakan sebagai Gereja Katolik pada tahun 1955. Gereja tua ini memili gaya arsitektur yang berbeda dari gereja-gereja lain. Gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan, baik untuk konstruksi kayu, ukiran dan warna. Gereja Santa Maria de Fatima dilindungi undang-undang sebagai Cagar Budaya pada tahun 1972 karena arsitekturnya masih mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan. 2.2 Data Isi buku Gambar 2.2 Buku Sejarah Karya karangan Susan Blackburn yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang menceritakan sebagian besar dari sejara kota Jakarta termasuk diantaranya adalah Pecinan. Buku ini dipilih karena menjelaskan bagaimana pecinan Jakarta secara teratur
7 sesuai dengan timeline dan menjerlaskan secara terperinci mungkin dari buku sejarah lainnya. Dipilih karena menjelaskan Pecinan sejara luas namun tidak meninggalkan detail. 2.3 Karakteristik Glodok merupakan tempat Pencinan dimana terdapat beberapa situs bersejarah. Salah satunya dikenal sebagai klenteng Petak Sembilan yang berada di kawasan tersebut. sebagian besar arsitektur Tionghoa sebelum 1900 dapat ditemukan di daerah Pecinan. Kawasan Pecinan yang relatif sempit dan penduduknya sangat padat tidak memungkinkan adanya bangunan dalam skala besar. Pada umumnya jenis bangunan arsitektur Tionghoa yang bersejarah di Pecinan Glodok adalah: - Vihara Dharma Bakti - Gereja Santa Maria - Vihara Dharma Jaya 2.4 Target Pasar 2.4.1 Demografi - Target Market : Jenis kelamin wanita dan pria Usia 25 40 tahun Minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) Pengajar, Pengamat Sejarah, Budayawan, dan Kolektor buku Etnis Tionghoa maupun Pribumi Terbuka untuk semua agama 2.4.2 Geografis Umumnya tinggal di kota-kota besar dan mudah menjangkau toko buku 2.4.3 Psikografis Gaya Hidup: Gemar dengan kebudayaan dan sejarah, suka mencari hal yang sifatnya kuno dan histories. Kepribadian: Memiliki rasa ingin tahu yang lebih dalam hal sejarah, berwawasan.
8 2.5 Analisis SWOT 2.5.1 Strength (Kekuatan) Selain memililki sejarah unik untuk dipublikasikan, buku ini menjabarkan bagaimana kehidupan daerah Glodok dengan sejarahnya, dengan tehnik fotografi membuat buku ini secara visual lebih menarik. Menjadi media untuk memberi informasi sejarah bagi masyarakat, khususnya etnis Tionghoa. 2.5.2 Weakness (Kelemahan) Belum banyaknya kesadaraan masyarakat untuk membaca buku sejarah. 2.5.3 Opportunities (Kesempatan) Memberikan gambaran bagaimana sejarah Pecinan Jakarta. Berkesempatan untuk menambah wawasan bagi penduduk Jakarta dengan salah satu daerah yang sangat bersejarah namun terlupakan. 2.5.4 Threat (Ancaman) Asumsi masyarakat luas dengan kata sejarah yang berkesan membosankan. Semakin tidak pedulinya masyarakat tentang sejarah itu sendiri.