BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC INTRAPERITONEAL TERHADAP PENYEMBUHAN FRAKTUR KRURIS TIKUS WISTAR DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jatmiko Susilo, Oni Yulianta Wilisa, Serimawati

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC INTRAPERITONEAL TERHADAP PENYEMBUHAN FRAKTUR KRURIS TIKUS WISTAR DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

The Comparison of Ibuprofen and Celecoxib Effect on Tibial Fracture Healing in Wistar Mice: a Biomechanical Analysis

DAFTAR TABEL. 1. Data Rerata gambaran histopatologi adanya penyebaran sel yang mengalami nekrosis, degenerasi dan infiltrasi sel radang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

I. PENDAHULUAN. cyclooxygenase (COX). OAINS merupakan salah satu obat yang paling. banyak diresepkan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika

PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC TROMETHAMINE INTRAPERITONEAL TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR DEWASA DENGAN FRAKTUR KRURIS

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa gaster

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL MAJAKANI (Quercus infectoria G. Olivier) TERHADAP TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI KARAGENAN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH KOPI ROBUSTA DAN KOPI ARABICA TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI PURIN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC TROMETHAMINE INTRAPERITONEAL TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR DEWASA DENGAN FRAKTUR KRURIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK LAMBUNG TIKUS WISTAR YANG DIBERIKAN BUAH PEPAYA SEBELUM INDUKSI ASPIRIN

Gambar 1.2. Struktur molekul Asam O-(4-klorobenzoil) Salisilat (Rendy,2006)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

UJI DAYA ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat partial ataupun total. 1 Penyembuhan fraktur adalah sebuah proses biologis yang kompleks dan khas. Tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung, dimana mayoritas fraktur akan pengalami penyembuhan yang tidak langsung. 2 Penyembuhan fraktur tidak langsung, dimulai sejak terjadinya fraktur dan robeknya pembuluh darah kapiler tulang sehingga menimbulkan hematoma, kemudian hematoma akan mengaktifkan jalur sitokin dan faktor pertumbuhan, menginduksi pembentukan woven bone. Woven bone berubah menjadi hard callus, dan melalui fase remodelling akhirnya terbentuk kembali tulang yang sehat. 3 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan fraktur. Faktorfaktor tersebut memiliki derajat pengaruh yang berbeda-beda. Faktor tersebut meliputi lokasi, konfigurasi fraktur, vaskularisasi fragmen fraktur, 1 stabilitas mekanik fraktur, 4 infeksi, dan gangguan metabolisme seperti Diabetes Mellitus dan obesitas. 5 Faktor penting lain yang juga dapat mengganggu proses penyembuhan tulang adalah pemberian obat-obatan. Steroid, obat kemoterapi maupun beberapa kelas antibiotik telah dilaporkan mempunyai dampak negatif pada penyembuhan tulang. 6,7 Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID), salah satu obat analgesik terbanyak 1

2 yang digunakan dalam kasus fraktur, telah ditemukan dapat menghambat penyembuhan fraktur 8,9,10, meskipun terdapat beberapa penelitian yang membuktikan sebaliknya. 6 Ada dua kategori besar obat NSAID yang sekarang beredar dipasaran, yaitu NSAID yang selektif terhadap cyclooxygenase-2 (COX-2) dan NSAID non selektif. Pembagian kategori ini berdasarkan spesifisitas kerjanya terhadap enzim cyclooxygenase (COX) yang ada di dalam tubuh. 11 COX-2 inhibitor adalah NSAID generasi kedua, yang bekerja lebih spesifik dengan menghambat hanya COX-2 saja, sedangkan NSAID non selektif menghambat baik COX-1 maupun COX-2. COX-2 inhibitor terkenal lebih aman karena tidak menginhibisi kerja COX-1 yang banyak dibutuhkan dalam fungsi fisiologis tubuh, dan hanya menginhibisi COX-2 yang merupakan produk dari reaksi radang. 12 Salah satu NSAID yang paling banyak digunakan di Indonesia dalam kasus ortopedi adalah ketorolac intravena(iv). 13 Ketorolac adalah NSAID non selektif, yang merupakan derivat dari asam propionat. Ketorolac dimetabolisme di hepar, dan mempunyai bioavailabilitas 80-100% baik melalui jalur oral maupun injeksi. Ekskresi ketorolac mayoritas melalui ginjal, dan ketorolac mempunyai waktu paruh in vivo sekitar 2-6 jam. 11 Durasi total pemberian ketorolac (lewat rute IV dan oral) pada orang dewasa dianjurkan maksimum 5 hari. 14 Ini dikarenakan adanya peningkat frekuensi dan keparahan efek samping dari ketorolac seiring dengan penambahan durasi pemberian ketorolac. Efek samping yang paling banyak diasosiasikan dengan penggunaan

3 ketorolac adalah ulserasi dari traktus gastrointestinal, perdarahan berat, gagal ginjal akut, dan reaksi anafilaktik. 15 Ketorolac dikontraindikasikan terhadap pasien yang ada riwayat ulkus peptikum karena meningkatkan resiko perforasi dan perdarahan lambung. Prostaglandin juga berperan penting dalam hemostasis, maka penggunaan ketorolac pada pasien dengan kelainan koagulasi harus dalam pengawasan ketat, karena saat beresiko penyebabkan perdarahan. 15 Ketorolac dapat menyebabkan gagal ginjal akut pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, karena berpotensi menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin renal yang berperan dalam meregulasi dan mempertahankan perfusi darah ke ginjal. 16 Reaksi anafilaktik dapat terjadi pada pasien yang tanpa riwayat alergi terhadap aspirin, sehingga penggunaannya tetap harus dalam pengawasan. Ketorolac, sebagaimana NSAID lainnya, dapat menghambat penyembuhan fraktur karena juga menginhibisi produksi prostaglandin pada tulang, dimana prostaglandin dibutuhkan dalam fase awal penyembuhan fraktur 17. Namun, batas aman durasi penggunaan ketorolac ditentukan berdasarkan efek sampingnya, tanpa memfaktorkan potensinya dalam menghambat penyembuhan fraktur. Ini terlihat dalam kenyataannya bahwa ketorolac sangat banyak digunakan sebagai obat analgesik pada kasus ortopedi. Berbagai penelitian sebelumnya telah meneliti efek pemberian NSAID termasuk ketorolac pada beberapa jenis tikus yang telah difrakturisasi. 18 Meskipun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, mayoritas telah menunjukkan bahwa NSAID memang dapat menghambat penyembuhan fraktur.

4 Meskipun demikian, belum diketahui apakah pemberian ketorolac dalam batas rekomendasi 5 hari dapat menghambat penyembuhan fraktur tikus wistar dewasa. Penelitian ini akan membandingkan penyembuhan fraktur kruris tikus wistar dewasa (8-10 minggu) dengan yang diberi injeksi ketorolac intraperitoneal (IP) selama 5 hari, dengan kontrol tidak diberi ketorolac. 1.2 Rumusan masalah Apakah pemberian injeksi ketorolac IP selama 5 hari menghambat penyembuhan fraktur kruris tikus wistar dewasa. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian ketorolac IP selama 5 hari terhadap penyembuhan fraktur kruris tikus wistar dewasa yang dinilai berdasarkan gambaran mikroskopis kalus. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Mendeskripsikan gambaran mikroskopis kalus pada tikus wistar dewasa yang mengalami frakturisasi tanpa diberi ketorolac IP. 2) Mendeskripsikan gambaran mikroskopis kalus pada tikus wistar dewasa yang mengalami frakturisasi dan diberi ketorolac IP selama 5 hari. 3) Menganalisis perbedaan tingkat penyembuhan fraktur kruris antara kelompok tikus wistar yang tidak diberi ketorolac IP dan yang diberi ketorolac IP selama 5 hari.

5 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Dalam bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh pemberian ketorolac terhadap penyembuhan fraktur. 1.4.2 Manfaat untuk masyarakat Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ketorolac mempengaruhi penyembuhan fraktur, maka dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan obat analgesik di bidang ortopedi. 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian berikutnya.

6 1.5 Keaslian penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No Penelitian Judul Metode penelitian Hasil 1 T. Ketorolac Penelitian Pemberian ketorolac Capello, et Administration eksperimental, post dalam 21 hari pertama al; 2013; J Does Not test control only group penyembuhan fraktur Pediatr Delay Early design. Subyek tidak mempengaruhi Orthop. Fracture penelitian: tikus penyembuhan fraktur. 33(4): Healing in a Sprague-Dawley 415 421. Juvenile Rat berusia 3-4 minggu Model: A Pilot Study dalam 2 kelompok (7 hari, 14 hari dan 21 hari): K: fraktur, saline 0.9% Na P: ketorolac 5mg/kg 2 R. Fracon, Treatment with Penelitian Ketiga obat tersebut et al; 2010; J Appl Oral Sci. ;18(6):630-4 3 L. C. Gerstenfel d, et al; 2013; Journal of Orthopaed paracetamol, ketorolac or etoricoxib did not hinder alveolar bone healing: a histometric study in rats Differential inhibition of fracture healing by non-selective and eksperimental, post test control only group design. Subyek penelitian: tikus wistar dalam 4 kelompok (14 hari): K: fraktur, air keran P1: fraktur, paracetamol 80mg/kg/hari P2: fraktur, ketorolac 4mg/kg/hari P3: etoricoxib 10mg/kg/hari Penelitian eksperimental, post test control only group design. Subyek penelitian: tikus Sprague-Dawley tidak memberikan efek negatif pada penyembuhan tulang alveolar. Ketorolac dan parecoxib memperlambat penyembuhan tulang, meskipun NSAID non selektif ketorolac

7 No Penelitian Judul Metode penelitian Hasil ic Research; 21(4):670-675 mempunyai penghambat lebih besar. 4 Djohan Mahdi M.; 2005; Master Theses JIPTUNAI R 5 Handoko A, et al.; 2011; The Journal of Indonesia n Orthopaed ic; 39(2):101-105 cyclooxygenas e-2 selective non-steroidal antiinflammatory drugs The Effect of Mefenamic Acid on Callus Formation in Male White Rats The Comparison of Ibuprofen and Celecoxib Effect on Tibial Fracture Healing in Wistar Mice: a Biomechanical dalam 4 kelompok (21 hari dan 35 hari): K: fraktur, aquades P1: fraktur, ketorolac 4mg/kg/hari P2: fraktur, parecoxib 0.3mg/kg/hari P3: fraktur, parecoxib 1.5mg/kg/hari Penelitian eksperimental, post test control only group design. Subjek penelitian: tikus wistar umur 3 bulan dalam 3 kelompok (4 minggu): K: fraktur, 2ml CMC Na/200gr BB/hari P1: fraktur, Asam Mefenamat 27mg/200gr BB/hari P2: fraktur, Asam Mefenamat 27mg/200gr BB/hari Penelitian eksperimental, post test control only group design. Subjek penelitian: tikus wistar umur 2 bulan dalam 3 kelompok (30 hari): K: fraktur, aquades selama 7 hari efek yang Pemberian asam mefenamat menghambat pembentukan kalus Terdapat perbedaan yang bermakna gaya lateral bending dan torsi antara kelompok penelitian. Analisis univariat mendapati bahwa perbedaan tersebut disebabkan perbedaan antara kelompok ibuprofen

8 No Penelitian Judul Metode penelitian Hasil Analysis P1: fraktur, dan celecoxib. ibuprofen 2mg/kgBB/hari Perbanding gaya torsi antara ibuprofen dan selama 7 hari kontrol tidak P2: fraktur, signifikan. celecoxib 2mg/kgBB/hari selama 7 hari Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena belum ada penelitian yang menggunakan sampel tikus wistar dewasa. Durasi pemberian ketorolac IP juga berbeda dari penelitian sebelumnya dimana dalam penelitian ini menggunakan durasi maksimal aman yang dapat diberikan kepada manusia, yaitu 5 hari.