Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa lobster merupakan udang besar yang

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sidat dikenal sebagai ikan katadromous yaitu memijah di laut, tumbuh dan

PENINGKATAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) FASE ELVER DENGAN PENAMBAHAN PAKAN ALTERNATIF DARI KEONG MAS (Pomacea canaliculata)

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Dosis Pakan Tubifex Sp Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sidat di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

PENGARUH DOSIS PAKAN Tubifex sp YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN SIDAT (ANGUILLA MARMORATA) DI BALAI BENIH IKAN KOTA GORONTALO OLEH

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan **)

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

Seleksi dan Potensi Budidaya Jenis-jenis Ikan Wader dari Genus Rasbora

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

STRATEGI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN SIDAT, Anguilla spp. DI INDONESIA

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI (Osprhonemus gouramy)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SIDAT (Anguilla sp.) YANG BERMIGRASI KEHULU DI SUNGAI TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

Pengaruh Padat Tebar Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat Di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Pengaruh Pemberian Pakan Artemia sp Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Sidat di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Penambahan minyak ikan pada pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG DIBERI PAKAN PELET DAN IKAN RUCAH DI KERAMBA JARING APUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PERBEDAAN PENGOLAHAN LIMBAH IKAN SEBAGAI BAHAN PAKAN LARVA IKAN LELE (Clarias gariepinus) Hatta.

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI

AKTIVITAS PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN SIDAT Anguilla bicolor DENGAN PAKAN Wolffia arrhiza

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan

Pengaruh Volume Air Pada Media Terhadap Pertumbuhan Panjang Dan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

Alumni Prodi.Pend.Biologi FKIP Unigal, 2) Dosen Prodi.Pend.Biologi FKIP Unigal,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Transkripsi:

Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya Agung Budiharjo Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir Sutami 36A Kentingan, Surakarta 57126. Surel: budiharjo_ag@yahoo.com Abstrak Produksi sidat (Anguilla spp.) di Indonesia saat ini terkendala lemahnya teknologi budidaya, walaupun potensinya sangat luar biasa. Sumber benih melimpah baik jumlah maupun jenisnya, belum diikuti dengan kuantitas dan kualitas produksi sidat yang tinggi. Salah satu hal yang mendesak untuk dilakukan adalah pemilihan jenis yang tepat, karena sampai saat ini belum ada informasi akurat tentang jenis yang paling optimum untuk dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi jenis sidat yang pertumbuhannya optimum untuk dibudidayakan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei Desember 2013, di Karanganyar dan Laboratorium Jurusan Biologi UNS Surakarta. Jenis sidat yang diamati pertumbuhannya dalam kolam budi daya adalah Anguilla bicolor, Anguilla marmorata, Anguilla nebulosa dan Anguilla celebesensis. Setiap kolam yang berukuran 2x3 m 2 diisi satu jenis sidat yang berbeda, masing masing sebanyak 200 ekor. Sidat dipelihara selama 7 bulan dari fase elver dengan berat rata-rata 12 gram, dan diberi pakan komersial. Data yang dikoleksi meliputi berat, panjang, dan sintasan yang diukur 2 minggu sekali, serta kadar lemak, kadar air, dan kandungan protein daging sidat dihitung pada akhir penelitian. Setelah dipelihara selama 7 bulan, setiap jenis memperlihatkan kecepatan pertumbuhan dan kualitas daging yang berbeda. Rata-rata berat sidat berkisar dari 260 hingga 310 gram. Berat Anguilla bicolor paling tinggi yaitu 310 gram, tubuh paling panjang yaitu 82 cm, sintasan paling tinggi yaitu 78%, serta kandungan protein daging paling tinggi yaitu 23,5%. Kadar lemak paling tinggi terdapat pada daging Anguilla nebulosa yaitu 9,2%, sementara itu kadar air paling tinggi terdapat dalam daging Anguilla celebesensis yaitu 72,2%. Kata kunci: Anguilla, budi daya, pertumbuhan, seleksi jenis, sintasan Pendahuluan Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan salah satu komoditas perikanan berskala internasional yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam lima tahun terakhir, di pasar internasional per kg ikan sidat segar harganya berkisar 25 40 US dollar (Anonim 2010). Setiap tahunnya pasar sangat membutuhkan sidat dalam jumlah besar. Pada tahun 2012 kebutuhan sidat dunia mencapai lebih dari 600.000 ton (Sugeha 2013). Diperlukan produksi sidat dalam jumlah besar untuk mencukupi kebutuhan pasar tersebut. Namun budi daya sidat terkendala oleh ketersediaan benih yang masih bergantung dari hasil tangkapan di alam. Ketersediaan benih sidat di berbagai negara pada saat ini sangat sedikit (Klinkhard 2004). Indonesia memiliki sumber benih sidat yang sangat besar, bahkan terbesar di kawasan Asia, sehingga Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi pemain penting dalam bisnis sidat di pasar internasional. Importir sidat dari berbagai negara banyak yang tertarik pada sidat tropis dari Indonesia. Kelebihan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sampai saat ini produksi sidat dari Indonesia kuantitasnya masih sangat kecil, yaitu kurang dari 1% kebutuhan sidat dunia. Selain itu, kualitas yang dihasilkan masih perlu ditingkatkan supaya sesuai 27

Agung Budiharjo dengan standar internasional. Di sisi lain, benih sidat dari Indonesia banyak yang dicuri dan dikirim ke luar negeri secara illegal, belakangan ini jumlahnya semakin meningkat. Akar permasalahan produk sidat dari Indonesia belum bisa memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional adalah karena belum dikuasainya teknologi budi daya sidat di Indonesia. Dukungan penelitian tentang budi daya sidat di Indonesia masih sangat jarang, hasil penelitian ini sangat berperan dalam pengembangan teknologi budi daya. Dari 19 jenis sidat di dunia, 9 jenis diantaranya hidup di Indonesia (Anonim 2013) dan semuanya berpotensi untuk dibudidayakan. Salah satu jenis sidat yang hanya ditemui di kawasan perairan bagian barat Indonesia, yaitu Anguilla bicolor, merupakan jenis yang berharga mahal dan sangat diminati oleh pasar. Namun demikian, informasi akurat tentang jenis sidat yang optimal dibudidayakan belum tersedia. Oleh karena itu, diperlukan suatu riset yang dapat menjadi pedoman bagi pembudidaya sidat untuk memilih jenis sidat yang akan dibudidayakan. Tujuan penelitian ini adalah menyeleksi jenis sidat yang layak dibudidayakan, menghasilkan pertumbuhan dan kualitas daging sidat yang optimum. Bahan dan metode Penelitian dilakukan pada bulan Mei Desember 2013. Pembesaran sidat dilakukan di sentra budi daya sidat di Karanganyar. Pengukuran kadar lemak dan air, serta kandungan protein daging sidat dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi UNS Surakarta. Jenis sidat yang diamati pertumbuhannya dalam kolam budi daya adalah A. bicolor, A. marmorata, A. nebulosa, dan A. celebesensis. Sidat dipelihara dalam empat buah kolam yang berukuran 2x3 m 2 dengan kedalaman air 50 cm, tiap kolam diisi satu jenis sidat yang berbeda. Setiap kolam, diisi sebanyak 200 ekor, dan semuanya dibesarkan selama 7 bulan. Sidat yang dimasukkan kolam untuk dipelihara adalah pada fase elver dengan berat rata-rata 12 gram dan panjang berkisar 15 17 cm. Semua sidat diberi pakan yang sama yaitu pakan komersil, sebanyak 5% dari berat badan perhari dengan frekeunsi pemberian pakan 3 kali sehari. Data yang dikoleksi meliputi berat, panjang, dan sintasan yang diukur 2 minggu sekali, sedangkan kadar lemak, kadar air, dan kandungan protein daging sidat diukur pada akhir penelitian. Pengukuran berat dan panjang dilakukan secara acak, setiap pengukuran sampelnya sebanyak 20 ekor. Analisis varian dilakukan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan sidat dan berbagai uji biokimia daging sidat dari jenis sidat yang berbeda. Hasil dan pembahasan Setelah ikan sidat dipelihara selama tujuh bulan, setiap jenis memperlihatkan kecepatan pertumbuhan dan kualitas daging yang berbeda. Pada akhir bulan ke tujuh berat sidat yang diukur berkisar dari 260-310 gram dan panjang 71-82 cm. Jenis sidat yang paling tinggi berat badannya dan panjang adalah A. bicolor. Jenis yang terendah berat badannya adalah A. marmorata (Tabel 1). Berdasarkan pertumbuhan sidat yang diukur setiap 2 minggu, jenis A. bicolor memperlihatkan pertumbuhan yang cukup cepat. Walaupun pada akhir bulan ke-7 jenis A. celebesensis berat akhirnya tidak berselisih banyak dengan jenis A. bicolor, namun perbedaan kecepatan pertumbuhan kedua jenis 28

tersebut berbeda (Gambar 1). Sampai minggu ke 24 pertumbuhan jenis A. celebesensis lebih rendah dibandingkan ke-3 jenis sidat yang lain. Jenis ini hanya meningkat pesat pertumbuhannya dalam kurun waktu 2 minggu terakhir. Sementara itu, jenis A. bicolor sudah tumbuh lebih cepat dibandingkan sidat jenis lain mulai minggu ke 16. Artinya, apabila pembesaran sidat tidak dilakukan selama 7 bulan, tapi hanya sampai bulan ke 5 atau ke 7, maka pertumbuhan jenis A. bicolor yang tercepat dibandingkan jenis lainnya. Jenis A. nebulosa dan A. marmorata pertumbuhan mingguannya masih di bawah A. bicolor. Pada bulan ke-7 berat akhir kedua jenis sidat tersebut relatif rendah, selisih berat dengan A. bicolor lebih kurang 40-50 gram. Pola pertumbuhan tersebut diperkirakan berkaitan dengan habitat dan distribusi asal dari jenis sidat yang diteliti. Jenis A. bicolor merupakan jenis yang umum dan paling banyak ditemui di berbagai perairan di Pulau Jawa (Budiharjo 2010). Lebih dari 70% sidat di Pulau Jawa adalah jenis ini. Jenis A. bicolor merupakan jenis khas yang hidup di perairan selatan Indonesia. Jenis ini dikenal juga dengan nama indonesian longfin eel (Tesch 2003). Sebaliknya, jenis A. celebesensis distribusinya lebih banyak di kawasan kepulauan Maluku, Sulawesi, dan sekitarnya. Jenis ini hampir tidak ditemukan di Pulau Jawa (Tesch 2003). Perbedaan kondisi di habitat aslinya dengan kondisi lokasi budi daya di Karangnyar diduga berperan besar terhadap pertumbuhanya. Hal tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan mingguannya, di mana pertumbuhan sidat A. celebesensis relatif lambat. Mungkin bagi sidat jenis ini diperlukan adaptasi lebih dahulu sebelum dapat mencapai puncak pertumbuhannya. Tabel 1. Berat, panjang, dan sintasan sidat pada akhir bulan ke-7 Jenis Berat (gram) Panjang (cm) Sintasan (%) Anguilla marmorata 260±9,3 71±6,1 74 Anguilla nebulosa 270±11,5 76±5,3 56 Anguilla bicolor 310±7,3 82±3,4 78 Anguilla celebesensis 302±14,1 80±7,2 65 Gambar 1. Pertumbuhan sidat selama masa pemeliharaan 7 bulan atau 28 minggu 29

Agung Budiharjo Untuk jenis A. nebulosa dan A. marmorata, walaupun kedua jenis tersebut juga terdistribusi di Pulau Jawa, namun diperkirakan secara genetis pertumbuhannya memang lebih lambat apabila di bandingkan dengan jens A. bicolor maupun A. celebesensis. Oleh karena itu walaupun keduanya berpotensi untuk dibudidayakan, namun apabila dibandingkan A. bicolor, maka kedua jenis tersebut pertumbuhannya kurang optimal. Dengan melihat data pertumbuhan ke-empat jenis sidat tersebut, jenis A. bicolor merupakan pilihan yang baik sebagai jenis sidat yang paling layak dibudidayakan. Kondisi ini ternyata berkorelasi positif dengan kemampuan bertahan hidup sidat yang dipelihara. Selama 7 bulan masa pembesaran, jenis A. bicolor merupakan jenis yang paling sedikit tingkat kematiannya. Kemampuan bertahan hidup jenis A. bicolor mencapai angka 78%. kemampuan bertahan hidup A. marmorata juga relatif tinggi, namun pertumbuhannya relatif rendah. Tinggi rendahnya kemampuan bertahan hidup ini juga terkait dengan distribusi sidat ini di habitat alaminya. Dikenal sebagai sidat yang kosmopolitan A. marmorata mudah hidup di seluruh dunia, sehingga wajar bila kemampuan bertahan hidupnya juga tinggi (Tesch 2003). Jenis A. bicolor juga tinggi karena memang jenis ini yang hanya ditemui di kawasan perairan di selatan Pulau Jawa. Untuk jenis A. celebesensis, Karanganyar bukan habitat aslinya diduga menyebabkan sidat ini sintasannya juga rendah. Secara umum untuk A. nebulosa habitat terbesarnya ada di kawasan Indonesia timur bagian selatan atau pantai utara Australia (Tesch 2003). Kualitas daging sidat dari empat jenis sidat jenis yang diamati tidak sama. Kondisi daging yang sama hanya pada warna daging sidat. Secara umum warna daging sidat hampir sama yaitu putih dan terlihat segar. Warna tersebut memperlihatkan bahwa daging semua jenis sidat yang dipelihara cukup sehat (Anonim 2010). Perbedaan yang signifikan terlihat pada kadar protein, lemak, dan air masing masing daging sidat. Kandungan protein dalam daging sidat merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam memilih jenis sidat yang dikonsumsinya. Hal tersebut karena protein merupakan salah satu kandungan nutrisi dalam daging sidat yang diperlukan oleh tubuh (Oku et al. 1986). Dalam hal ini A. bicolor kandungan proteinnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis yang lain (Tabel 2). Pada umumnya, kandungan protein dalam pakan ikut berpengaruh terhadap kandungan protein daging sidat. Selama penelitian ini, semua sidat diberi pakan dan dibudidayakan dalam kondisi yang sama, kadar protein dalam daging sidat yang diamati memang berbeda-beda. Tabel 2. Kadar protein, lemak, dan air daging sidat pada akhir bulan ke-7 Jenis Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%) Kadar Air (%) Anguilla marmorata 19,5±2,1 7,7±0,7 62,4±3,2 Anguilla nebulosa 17,0±1,1 9,2±1,2 66,3±4,5 Anguilla bicolor 23,5±1,3 9±0,5 52±3,1 Anguilla celebesensis 20,2±1,5 7,4±0,7 72,2±4,8 30

Perbedaan juga dapat dilihat pada kandungan lemak dalam daging sidat. Semakin tinggi kadar lemak dalam daging sidat memberikan rasa gurih pada dagingnya. Sebagian besar daging sidat dimasak dengan cara diasap. Dengan cara ini lemak tidak terlalu banyak hilang, namun kadar air daging dapat dikurangi. Kadar lemak tertinggi terdapat dalam daging sidat jenis A. nebulosa. Kadar air tertinggi terdapat dalam daging sidat jenis A. celebesensis. Kadar air dalam daging sidat akan memengaruhi tekstur daging, semakin tinggi kadar air maka daging menjadi tampak basah dan lunak. Dari informasi konsumen sidat, mereka umumnya lebih menyukai daging sidat yang lunak. Kadar air yang rendah pada jenis A. bicolor (Tabel 2) berdampak pada tekstur daging sidat menjadi masif. Simpulan Sidat jenis A. bicolor merupakan pilihan yang ideal untuk dibesarkan. Daftar pustaka Anonim. 2013. International workshop on the anguilla eels from bioecology and biodiversity toward biotechnology. Jakarta 13 Nopember 2013 (tidak dipublikasikan). Anonim. 2010. Sidat menjadi primadona. Majalah Demersal edisi Maret 2010. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (tidak dipublikasikan). Budiharjo A. 2011. Glass eel (Anguilla spp.) composition on the estuaries at the South Coast of Java Island. International Conferences on Biological Sciences. Faculty of Biology. Gadjah Mada University. (tidak dipublikasikan). Klinkhardt M. 2004. Less glass eel, reduced stocking, falling catches. Is the european eel on the brink of collapse? Fish info network market report. Oku T, Sugawara A, Choudhury M, Komatsu M, Yamada S, Ando S. 1986. Lipid and fatty acid compositions differentiate between wild and cultured Japanese eel (Anguilla japonica). Food Chemistry 115 (2): 436-440. Sugeha HY. 2013. Biodiversity of Indonesian anguilla eels. International Workshop of Anguilla Eels. 13 Nopember 2013. Research Center for Oceanography. Indonesia Intitute of Science. (tidak dipublikasikan). Tesch FW. 2003. The eel. Third edition. Blackwell Publishing Company. Tibbetts SM, Lall SP, Anderson DM. 2000. Dietary protein requirement of juvenile American eel (Anguilla rostrata) fed practical diets. Aquaculture, 186(1 2): 145-155. 31