ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin Tempe di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ABSTRAK. Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Hasil dan Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Ciamis

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH PRODUK JAMU (Studi Kasus PT. Jamu Jokotole Bangkalan) Istifadhah 1, Abdul Azis jakfar 2, dan Askur Rahman 3

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS RENTABILITAS DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap)

ANALISIS PEMASARAN KAPULAGA (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ciamnggu I di Desa Cimanggu Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran) Abstrak

KONTRIBUSI PENDAPATAN AGROINDUSTRI GULA KELAPA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PERAJIN

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

Oleh : 1 Rian Kurnia, 2 Yus Rusman, 3 Tito hardiyanto

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

STRUKTUR PASAR DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI KACANG KEDELAI DI DESA DAYUN KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Abstrak

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Transkripsi:

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran 3 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya biaya yang dikeluarkan pada agroindustri kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi, (2) besarnya penerimaan dan pendapatan yang diterima agroindustri kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi, (3) besarnya nilai tambah agroindustri kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, dinas dan instansi terkait. Jumlah responden sebanyak 1 responden yang diperoleh secara purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah biaya, penerimaan, pendapatan, dan nilai tambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 17.611.885,19. 2. Penerimaan diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 24.000.000,00. Sedangkan pendapatan yang diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago sebesar Rp 6.388.114,81 per satu kali proses produksi. 3. Nilai tambah yang diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran yaitu sebesar Rp 199.923,28 per kilogram dengan total produksi kecap sebanyak 1.000 liter dalam satu kali proses produksi. Kata Kunci: Kabupaten Pangandaran, kecap, nilai tambah PENDAHULUAN Konsep nilai tambah adalah suatu perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses produksi. Arus peningkatan nilai tambah komoditas pertanian terjadi di setiap mata rantai pasok dari hulu ke hilir yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Nilai tambah pada setiap anggota rantai pasok berbeda-beda tergantung dari input dan perlakuan oleh setiap anggota rantai pasok tersebut (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Komoditas sektor pertanian yang bersifat perishabel (mudah rusak) dan bulky (kamba) memerlukan penanganan atau perlakuan yang tepat, sehingga produk pertanian tersebut siap dikonsumsi oleh konsumen. Perlakuan tersebut antara lain pengolahan, pengemasan, pengawetan dan manajemen mutu untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah sehingga harga produk komoditas pertanian menjadi tinggi (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Di Indonesia, hampir seluruh komoditas hasil pertanian dapat diolah, salah satunya adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama disamping padi dan jagung. Kedelai telah dikenal sebagai bahan pangan yang biasa diolah menjadi tempe, tahu, tauco, kecap, kembang tahu dan susu kedelai (Muchtadi, 2009). Kecap merupakan hasil olahan kedelai yang banyak digunakan di Indonesia sebagai bumbu penyedap masakan, sehingga produk ini selain mampu melezatkan suatu masakan juga memberikan kontribusi yang nyata dalam memenuhi kebutuhan gizi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran adalah agorindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Halaman 352

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017 Agroindustri kecap Cap Jago sudah berjalan selama 63 tahun. Agroindustri kecap cap jago berdiri dari tahun 1952 dan sekarang usaha ini diteruskan oleh Bapak Haerudin, A.Ma sebagai generasi kedua. Agroindustri ini bisa bertahan dari persaingan industri-industri lain selama lebih dari setengah abad, karena selain telah mempunyai segmentasi pasar tersendiri, agroindustri kecap cap jago juga masih tetap menjaga kualitas dari kecap tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan penulis tertarik untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, besarnya penerimaan dan pendapatan serta nilai tambah pada agroindustri kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus menurut Nazir (2011). Operasionalisasi Variabel 1. Satu kali proses produksi adalah dimulai dari penyiapan dan pengolahan bahan baku sampai menjadi kecap yang siap untuk dipasarkan yang berlangsung selama 15 hari. 2. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan untuk memproduksi kecap yang dianalisis selama satu kali proses produksi, dinyatakan dengan rupiah (Rp) terdiri dari: (I) biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi dan tidak habis dalam satu kali proses produksi, yang meliputi: sewa tanah, nilai penyusutan alat dan bangunan, biaya perijinan dan biaya bunga modal tetap, (II) b iaya variabel ( variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya volume produksi, dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi, yang meliputi: biaya sarana produksi, transportasi, tenaga kerja dan bunga modal variabel. 3. Penerimaan merupakan jumlah total produksi dikalikan dengan harga jual per satu satuan produksi (liter), dinilai dalam satuan rupiah per proses produksi (Rp/proses produksi). 4. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi total yang dikeluarkan dan dinilai dalam satuan rupiah per proses produksi ( Rp/proses produksi). 5. Hasil produksi adalah seluruh produksi kecap dalam satu kali proses produksi, yang diukur dalam satuan liter. 6. Harga output adalah harga jual kecap pada saat penelitian, diukur dalam satuan rupiah per liter (Rp/liter). 7. Harga input adalah harga bahan baku utama ( kedelai) pada saat penelitian, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). 8. Faktor konversi merupakan perbandingan antara output dengan input bahan baku yang digunakan per proses produksi. 9. Koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu kilogram bahan baku (HOK/kg bahan baku). 10. Sumbangan input lain, biaya sarana produksi yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, dinyatakan dalam rupiah per kilogram bahan baku (Rp/kg bahan baku). 11. Nilai output, yaitu nilai yang dihasilkan dari perkalian antara nilai konversi dengan harga output, dinyatakan dalam rupiah per liter (Rp/liter). 12. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain dinyatakan dalam rupiah per kilogram bahan baku (Rp/ kg bahan baku). 13. Rasio nilai tambah, yaitu persentase nilai tambah dari nilai output, dinyatakan dalam persen (%). 14. Imbalan tenaga kerja adalah koefisien tenaga kerja dikali upah tenaga kerja dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). 15. Biaya tenaga kerja adalah persentase pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah dihitung dalam satuan persen. 16. Keuntungan adalah selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). 17. Tingkat keuntungan adalah persentase keuntungan terhadap nilai tambah dihitung dalam satuan persen. 18. Marjin adalah nilai output dikurangi harga bahan baku dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). 19. Marjin pendapatan tenaga kerja adalah persentase pendapatan tenaga kerja terhadap marjin dalam satuan persen. 20. Marjin sumbangan input lain adalah persentase sumbangan input lain terhadap marjin dalam satuan persen. Halaman 353

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) NURUL FITRY, DEDI HERDIANSAH, TITO HARDIYANTO 21. Marjin keuntungan perusahaan adalah persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin dalam satuan persen. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh oleh peneliti dengan instrument melalui hasil wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran, serta Dinas/Instansi terkait yang meliputi pengusaha agroindustri kecap Cap Jago dan Desa Cibenda Kecamatan Parigi. Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel dilakukan secara sengaja ( purposive sampling), yaitu dengan memilih unit usaha yang mempunyai produktivitas paling besar diantara unit usaha lain yang sejenis. Menurut Sugiyono (2013) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dengan demikian unit usaha yang terpilih untuk dijadikan sampel adalah agroindustri kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Rancangan Analisis Data 1. Biaya total menurut Suratiyah (2006): TC = TFC + TVC Keterangan, TC : Total Cost (Biaya Total) TFC : Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC : Total Variable Cost (biaya variabel total) 2. Penerimaan menurut Suratiyah (2006): TR = Py. Y Keterangan, TR : Total penerimaan (Rp) Py : Harga produk (Rp) Y : Jumlah produksi (Rp) 3. Pendapatan menurut Suratiyah (2006): Π = TR TC Keterangan, Π : Keuntungan (Rp) TR : Total penerimaan (Rp) TC : Total biaya (Rp) 4. Nilai Tambah Tabel 1. Format Analisis Nilai Tambah No Variabel Nilai Output, Input dan harga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hasil produksi (liter/proses produksi) Bahan baku (kg/proses produksi) Tenaga kerja (HOK) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja (HOK/kg) Harga output (Rp/liter) Upah rata-rata (Rp/HOK) (1) (2) (3) (4) = (1) / (2) (5) = (3) / (2) (6) (7) Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg) (8) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg) (9) 10. Nilai output (Rp/liter) (10) = (4) x (6) 11. a. Nilai tambah (Rp/kg) (11a) = (10) (9) (8) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a / 10) x 100 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) b. Bagian tenaga kerja (%) (12b) = (12a / 11a) x 100 13. a. Keuntungan (Rp/kg) (13a) = 11a 12a b. Tingkat keuntungan (%) (13b) = (13a / 11a) x 100 Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) (14) = (10) (8) a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) (14a) = (12a) / (14) x 100 b. Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9) / (14) x 100 c. Keuntungan (%) (14c) = (13a) / (14) x 100 Sumber: Hayami dalam Marimin dan Maghfiroh (2010) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Agroindustri Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran pada bulan Maret sampai Juli 2016. Halaman 354

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Agroindustri Kecap Cap Jago 1. Sejarah Agroindustri Kecap Cap Jago Agroindustri ini merupakan agroindustri yang bergerak di bidang pengolahan biji kedelai hitam. Pada mulanya agroindustri ini berskala kecil yang masih diproduksi di rumahnya sendiri dan menjualnya dengan cara berkiling menggunakan sepeda tua. Karena kesabaran dan keuletan Bapak KH. Ahmad Zahidi inilah, kecap Cap Jago yang ia buat semakin berkembang. Pada tahun 1965, atas permintaan konsumen yang semakin bertambah dan meluas, maka didirikanlah bangunan untuk segala aktifitas guna meningkatkan produksi Kecap Cap Jago untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen-konsumennya. Kemudian pada tahun 2000, pendiri dan pelopor kecap Cap Jago wafat dan meninggalkan seorang istri dan 6 orang anak. Selepas wafatnya Bapak KH. Ahmad Zahidi, agroindustri tersebut diteruskan oleh istrinya yang juga gigih, sabar dan ulet dalam mengembangkan usaha suaminya. Dan pada tahun 2009, Mamah Onah Yohanah pun wafat. Pada tahun tersebut, dilakukanlah musyawarah untuk memilih generasi keturunan KH. Ahmad Zahidi dan Mamah Onah yang akan meneruskan usaha keluarga dan Haerudin, A.Ma sebagai putera ketiganya diberi amanah untuk meneruskannya. 2. Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan bahan baku secara cukup dan berkelanjutan akan menjamin suatu usaha untuk bisa berproduksi dalam jangka waktu yang relatif lama. Agroindustri ini membeli bahan baku kedelai dari pemasok yang berada di daerah Kalipucang dan Padaherang dengan harga Rp 18.000,- per kilogram. Pengusaha mengambil sendiri bahan baku ke pemasok apabila sedang melakukan pendistribusian barang ke daerah tersebut. 3. Proses Produksi Proses pembuatan kecap Cap Jago yang diproduksi menggunakan resep alami dari sang ahli yang menjadikan rasa lebih alami, bergizi, bermutu dan berkualitas tinggi, yang diuraikan sebagai berikut: Siapkan bahan fermentasi kedelai yaitu berupa air rebusan garam sebanyak 440 liter yang telah difermentasi selama 10 hari. Kemudian siapkan kedelai hitam sebanyak 50 kilogram, lalu cuci dan rebus selama ± 360 menit. Setelah itu lakukan penjemuran di bawah sinar matahari sampai kadar air pada kedelai berkurang ( eumbeul-eumbeul) lalu fermentasikan kedelai dengan air rebusan garam (yang sebelumnya sudah disiapkan) selama 3x24 jam. Selanjutnya keringkan kembali kedelai di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering. Kemudian difermentasikan kembali dengan campuran air rebusan garam. Tahap selanjutnya yaitu mengolah gula merah sebanyak 1.000 kilogram yang dicampur dengan air fermentasi kedelai sebanyak 420 liter di atas suhu 300 derajat celcius selama 120 menit. Jumlah air fermentasi kedelai tersebut telah mengalami penyusutan sebesar 20 liter karena terserap oleh biji kedelai.. Setelah itu saring olahan gula merah. Olahan gula merah yang sudah tersaring tersebut kemudian diolah kembali dengan suhu di atas 300 derajat celcius selama 120 menit dengan dicampur rempah-rempah untuk menjadikan kecap yang kental dan manis. Kecap yang telah diolah kemudian didinginkan selama 1x24 jam. Setelah itu lakukan pengisian kecap ke dalam botol kaca dengan ukuran 625 mililiter, lalu berikan label kemasan beserta segel dan kecap pun diap untuk didistribusikan. 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada agroindustri kecap Cap Jago ini berasal dari dalam dan luar daerah yang mempunyai peran penting dalam kegiatan usaha pengolahan ini karena hampir keseluruhan proses pengolahan membutuhkan tenaga kerja manusia. Terdapat 9 orang tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan tugas dan tahapan proses pengolahan kedelai menjadi kecap. 2 orang bekerja dalam proses pengolahan, 4 orang dalam proses pencucian botol, 2 orang dalam proses pengemasan (pengisian kecap kedalam botol) dan 1 orang dalam proses pemberian label kemasan. Analisis Usahatani Kedelai 1. Biaya Total Biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri kecap Cap Jago terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Halaman 355

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) NURUL FITRY, DEDI HERDIANSAH, TITO HARDIYANTO Tabel 2. Biaya Total pada Agroindustri Kecap Cap Jago di Desa Cibenda dalam Satu Kali Proses Produksi No. Jenis biaya Besarnya (Rp) Presentase (%) 1. Biaya Tetap 1.858.049,27 10,56 - Sewa Tanah 476.190,48 2,71 - Nilai Penyusutan 1.315.596,37 7,48 - Izin Usaha 58.333,33 0,33 - Bunga Modal Tetap 7.929,09 0,04 2. Biaya Variabel 15.753.835,92 89,44 - Kedelai 900.000,00 5,11 - Gula Kelapa 11.000.000,00 62,45 - Garam 42.000,00 0,24 - Penyedap Rasa 15.000,00 0,09 - Botol Kaca 1.280.000,00 7,27 - Label 240.000,00 1,36 - Segel 14.850,00 0,08 - Tutup Botol 240.000,00 1,36 - Kayu Bakar 25.000,00 0,14 - Gas 3 kg 4.200,00 0,02 - Listrik 25.557,60 0,15 - Transportasi 150.000,00 0,85 - Tenaga Kerja 1.750.000,00 9,94 - Bunga Modal Variabel 67.228,32 0,38 Jumlah 17.611.885,19 100,00 Tabel 2 menunjukaan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan agroindustri kecap Cap Jago dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 17.611.885,19 dengan jumlah biaya tetap sebesar Rp 1.858.049,27 atau sekitar 10,56 persen dari biaya total dan besarnya biaya variabel sebesar Rp 15.753.835,92 atau sekitar 89,44 persen dari biaya total. 2. Penerimaan Berdasarkan data yang diperoleh, agroindustri kecap Cap Jago memproduksi kecap dalam satu kali proses produksi sebanyak 1.000 liter dengan harga jual sebesar Rp 24.000,- per liter, sehingga besarnya penerimaan yang diperoleh perusahaan agroindustri kecap Cap Jago adalah sebesar Rp 24.000.000,-. 3. Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan yang diperoleh agroindustri kecap Cap Jago dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Biaya Total, Penerimaan dan Pendapatan pada Agroindustri Kecap Cap Jago Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran per Satu Kali Proses Produksi No. Keterangan Jumlah 1. Biaya Total - Biaya Tetap (Rp) - Biaya Variabel (Rp) 2. Penerimaan - Volume Produksi (liter) - Harga Jual (Rp/liter) 17.611.885,19 1.858.049,27 15.753.835,92 24.000.000,00 1.000 24.000,00 3. Pendapatan 6.388.114,81 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa penerimaan yang diperoleh agroindustri kecap Cap Jago sebesar Rp 24.000.000,00 dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 17.611.885,19 akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 6.388.114,81 dalam satu kali proses produksi. Halaman 356

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017 4. Nilai Tambah Pengolahan produk pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah dari produk tersebut. Hasil analisis nilai tambah kedelai menjadi kecap pada agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kecap Cap Jago No Variabel Nilai Output, Input dan harga 1. Hasil produksi (liter/proses produksi) 1.000 2. Bahan baku (Kg/proses produksi) 50 3. Tenaga kerja (HOK) 2,25 4. Faktor konversi 20 5. Koefisien tenaga kerja (HOK/Kg) 0,05 6. Harga output (Rp/liter) 24.000,00 7. Upah rata-rata (Rp/HOK) 777.777,78 Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/Kg) 18.000,00 9. Sumbangan input lain (Rp/Kg bahan baku) 262.076,72 10. Nilai output (Rp/liter) 480.000,00 11. a. Nilai tambah (Rp/Kg) 199.923,28 b. Rasio nilai tambah (%) 41,65 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/Kg) 35.000,00 b. Bagian tenaga kerja (%) 17,51 13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 164.923,28 b. Tingkat keuntungan (%) 82,49 Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/Kg) 462.000,00 a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) 7,58 b. Sumbangan Input Lain (%) 56,73 c. Keuntungan (%) 35,70 Dari Tabel 4 diketahui bahwa bahan baku yang digunakan untuk satu kali proses produksi sebanyak 50 kilogram biji kedelai hitam. Dari bahan baku tersebut akan diperoleh faktor konversi senilai 20. Hal ini berarti bahwa setiap 1 kilogram kedelai akan menghasilkan 20 liter kecap. Jumlah output yang dihasilkan dari 50 kilogram kedelai adalah 1.000 liter kecap, dimana harga output per liter adalah sebesar Rp 24.000,00. Nilai output yang dicapai pada pengolahan kecap adalah Rp 480.000,00 per kilogram. Nilai ini merupakan hasil perkalian antara faktor konversi bahan baku menjadi produk dengan nilai produk yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui penerimaan kotor yang dihasilkan dari pengolahan setiap satu kilogram bahan baku utama. Nilai output ini dialokasikan untuk bahan baku sebesar Rp 18.000,00 per kilogram dan sumbangan input lain sebesar Rp 262.076,72 per kilogram. Nilai sumbangan input lain yang terdiri atas biaya bahan baku penolong dan pembebanan biaya pada sumbangan input. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kedelai menjadi kecap adalah sebesar Rp 199.923,28 untuk setiap satu kilogram kedelai, merupakan selisih antara nilai output dengan bahan baku dan sumbangan input lain. Sedangkan rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 41,65 persen menunjukkan persentase nilai tambah terhadap nilai output, artinya setiap Rp 100,00 nilai output akan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp 41,65. Nilai tambah yang dihasilkan merupakan nilai tambah kotor karena nilai tambah tersebut masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitiaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Halaman 357

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) NURUL FITRY, DEDI HERDIANSAH, TITO HARDIYANTO 1. Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 17.611.885,19. 2. Penerimaan diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 24.000.000,00. Sedangkan pendapatan yang diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago sebesar Rp 6.388.114,81 per satu kali proses produksi. 3. Nilai tambah yang diperoleh pengusaha agroindustri kecap Cap Jago yang berada di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran yaitu sebesar Rp 199.923,28 per kilogram dengan total produksi kecap sebanyak 1.000 liter dalam satu kali proses produksi. Saran Berdasarkan hasil dari pembahasan serta dilihat dari kesimpulan, maka yang dapat disampaikan adalah usaha pengolahan kedelai menjadi kecap memberikan nilai tambah, maka usaha tersebut harus terus ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. PT Penerbit IPB Press. Bogor Muchtadi, D. 2009. Prinsip Teknologi Pengolahan Pangan Sumber Protein. Alfabeta. Bandung Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Halaman 358

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017 Halaman 359