BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, maka setiap orang harus mempelajarinya. Namun, banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Kesulitan belajar matematika ini harus diatasi sedini mungkin, kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai (Abdurrahman, 2003: 251). Sejalan dengan Fathani (2008: 83) yang menyatakan bahwa tak dapat dipungkiri dalam kehidupan sehari-hari dari tindakan sepele sampai hal yang sulit, matematika tetap dibutuhkan oleh manusia. Berdasarkan temuan di lapangan, secara umum dapat disimpulkan bahwa image matematika mengganggu sebagian besar keinginan siswa untuk mempelajarinya, karena matematika merupakan pelajaran yang dianggap sangat rumit, rajanya pelajaran, dan jelimet. Bertemu dengan pelajaran matematika seolah bertemu dengan hantu yang menyeramkan. Disadari atau tidak, matematika telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. matematika bukan saja merupakan suatu permasalahan formal yang hanya dapat diselesaikan dengan rumus dan penghitungan yang bersifat teoretis, namun juga permasalahan praktis dalam lingkup sekolah ataupun masyarakat. Permasalahan yang dapat ditemukan misalnya penyebutan nomor, angka, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang sering diajarkan dan dipelajari di lingkup sekolah. Tentu hal dasar ini menjadi sangat penting ketika terbentur dengan permasalahan yang bersifat praktis karena akan berkaitan dengan banyak aspek dalam kehidupan untuk membuat suatu keputusan. Di banyak tempat, ditemukan juga unsur matematika di dalamnya. Sekalipun matematika menjadi hal yang menakutkan namun harus tetap dipelajari, karena sekalipun menjadi momok, 1
2 matematika merupakan suatu kebutuhan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia. Peran guru tentu memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran bagi siswanya. Seorang guru yang luar biasa adalah juga seorang pembaharu, yang secara terus menerus menyesuaikan kebutuhan dan menyesuaikan dengan situasi para siswanya (Kaufeldt, 2008: 1). Guru memegang kendali dalam pembelajaran, menentukan arah pencapaian tujuan pembelajaran. Guru akan menghasilkan sumber daya manusia (peserta didik) yang berkualitas baik secara akademis, skill, perilaku maupun sikap (Unnes, 2011: 5). Pihak yang memiliki pengaruh sangat penting dalam proses pembelajaran adalah guru. Efektivitas proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Pentingnya fungsi, tugas, dan peran guru dalam proses pembelajaran tentu tidak dapat dikesampingkan. Keberhasilan dalam pembelajaran sangat bergantung kepada guru. Keunggulan guru dalam bidang akademis berupa ilmu pengetahuan yang dimiliki menjadi modal utama dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada siswa. Tak hanya itu, keterampilan yang dimiliki tentu menjadi kelebihan lain yang dapat ditularkan kepada siswa. Keterampilan sangat dibutuhkan dalam kehidupan seharihari nantinya. Perilaku seorang guru tentu menjadi tauladan bagi siswa. Jika seorang guru berperilaku baik, akan mampu menularkan sikap positif ini terhadap banyak siswa. Akademik, keterampilan, dan perilaku maupun sikap yang dimiliki guru belum cukup mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Keberhasilan dapat dilihat dari keefektivan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Keefektivan ini dapat diukur dan diamati dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang baik tentu menjadi tolok ukur keberhasilan pengajaran, sebaliknya jika hasil belajar siswa rendah maka proses belajar mengajar dinilai kurang efektif. Dalam bidang matematika, arti penting teori-teori matematis bukan terutama terletak pada apa yang dikemukakan oleh teori-teori itu mengenai proses pembelajarannya melainkan pada metode yang digunakan untuk mengkaji
3 pembelajaran (Hill, 2011: 225). Pernyataan ini sejalan dan dilengkapi oleh Al- Maruzy (2011: 3).bahwa faktor penyebab utama siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah matematika menjadi momok yang serius bagi sebagian besar siswa dan pengajar matematika selalu tampak menakutkan. Berdasarkan kedua hal tersebut, rencana pembelajaran matematika perlu diwujudkan dengan kreatif, membentuk pelajaran matematika interaktif yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan aktivitas yang membuat siswa aktif berdiri dan bergerak di dalam atau di sekitar kelas. Untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam bidang matematika, sains, dan membaca, perlu dilakukan perubahan dalam metode pengajaran di dalam kelas, misalnya dengan lebih memperbanyak praktik (TD, 2013: 2). Berdasarkan data Trends in International Mathematics and Society Study (TIMSS), pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Hal tersebut karena metode pembelajaran kelas-kelas di Indonesia monoton dan membuat bosan (Keswara, 2013). Teori memang perlu disampaikan dalam pembelajaran matematika, namun substansi matematis bukan terletak pada proses pembelajaran teori-teori tersebut melainkan pada metode yang digunakan oleh guru untuk mengkaji pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya ingat akan materi namun menjadi lebih mengerti teori yang dipelajari. Pembelajaran yang hanya menyampaikan teori-teori saja tentu akan menjadi sesuatu yang menjenuhkan dan nantinya berakibat pada ketakutan akan matematika. Rasa takut yang berawal dari dalam diri siswa menjadikan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika akan tampak menakutkan, termasuk pengajarnya. Persepsi matematika dan guru yang menakutkan tentu harus diubah. Pengubahan persepsi ini dapat dilakukan dengan cara membuat rencana pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam keikutsertaannya berpartisipasi di kelas. Proses pembelajaran bersifat dua arah, tidak selalu guru menyampaikan materi tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Penerapan praktik bagi siswa juga harus dilakukan agar dapat memperbaiki kemapuan siswa dalam bidang
4 matematika. Sekali lagi karena matematika tidak dipahami dengan teori saja namun juga praktik. Pembelajaran matematika juga disampaikan dengan cara dan metode yang lebih kreatif, agar siswa lebih mengerti dan menyenangi matematika. Metode yang digunakan dapat diterapkan dalam berbagai model pembelajaran. Apabila metode dan model pembelajaran telah diterapkan dengan baik, tidak monoton, tidak membosankan, maka hasil belajar matematika akan menjadi lebih tinggi. Hasil yang tinggi yang dicapai di seluruh daerah di Indonesia, tentu akan mampu menaikkan peringkat Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Model Quantum Teaching merupakan salah satu model yang dapat menjadi alternatif bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui kegiatan-kegiatan yang penuh dengan teknik yang menyenangkan dan mampu menggali potensi siswa. Dalam Quantum Teaching, metode yang digunakan adalah membuat anak didik bergerak dan bergembira (Jaya, 2010: 19). Model pembelajaran ini telah berhasil diterapkan oleh DePorter sejak tahun 1982 selama 10 tahun. Keberhasilan tersebut menghasilkan bukti nyata adanya ribuan siswa Quantum yang telah mengikuti pelatihan di Supercamp. Pembelajaran matematika menggunakan model Quantum Teaching diharapkan agar siswa lebih senang, aktif, dan mampu meningkatkan potensi yang ada dalam diri mereka. Dari beberapa hasil penelitian, menunjukkan adanya keberhasilan pengajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marisa (2012: 39) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar PKn pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Ledok 1 Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menyatakan keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar menggunakan model Quantum Teaching dibandingkan dengan model konvensional. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2010: 65) dengan judul Penggunaan Model Quantum Teaching Melalui Metode Permainan Dan Simulasi pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Ditinjau dari Keaktifan Siswa. Penelitian ini menyatakan bahwa siswa yang diberi pengajaran
5 menggunakan model Quantum Teaching melalui metode permainan kokami mempunyai kemampuan kognitif Fisika lebih baik daripada siswa yang diberi pengajaran dengan model Quantum Teaching melalui model simulasi computer. Hasil lain dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model Quantum Teaching dan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Lurus. KKM yang ditetapkan di SD Negeri Kesongo 1 kelas IV untuk pelajaran matematika adalah 70. Rata-rata nilai matematika kelas IV A masih di bawah KKM, yaitu 69,05. Dari 21 siswa, 12 siswa nilainya sudah mencapai ketuntasan, sedangkan 9 siswa yang lain nilainya masih di bawah KKM. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu dominannya metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilaksanakan penelitian tentang perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IV menggunakan model Quantum Teaching dengan model mekanistik di SD Negeri Kesongo 01 semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan menggunakan model Quantum Teaching dengan model mekanistik siswa kelas IV di SD Negeri Kesongo 01? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya Penelitian Eksperimen tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika adalah untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan menggunakan model Quantum Teaching dengan model mekanistik siswa kelas IV di SD Negeri Kesongo 01.
6 1.4 Manfaat penelitian Penelitian eksperimen tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika diharapkan dapat memberikan manfaat secara khusus. 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian eksperimen ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pembaca yang membutuhkan informasi serupa dengan penelitian ini. Hasil penelitian dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan pembaca secara umum. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang lebih inovatif. b. Bagi guru 1) guru memiliki pandangan yang lebih luas dalam mengajar, terutama dalam menggunakan model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga tercipta pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa, 2) sebagai masukan dalam meningkatkan strategi belajar dan mutu pengajaran. c. Bagi siswa 1) membantu siswa dalam menemukan manfaat materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, 2) meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, 3) memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan.