MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang itik Balai Penelitian Ternak CiawiBogor. Peneltian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2011. Materi Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor itik Alabio Pekin (AP) betina, delapan ekor itik Pekin Alabio (PA) betina,satu ekor itik Pekin jantan dan 6 ekor itik Alabio jantan.pakan yang diberikan ke semua jenis itik adalah sama sesuai standar yang biasa diberikan di Balitnak, yaitu ransum komersial yang memiliki total protein 18% dengan komposisi konsentrat 25% dan campuran dedak dengan katul 75%. Jumlah pemberian pakan untuk itik Pekin lebih banyak daripada itik Alabio, AP dan PA yaitu masing-masing 280 dan 250gper ekor per hari. Air minum diberikan ad libitum. Bahan yang digunakan untuk pencucian telur adalah Rodalon. Gambar 3 menunjukkan Rodalon yang digunakan dalam penelitian. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah serbuk PK dan formalin. Gambar 3. Rodalon Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu (Gambar 4), mesin tetas, lemari fumigasi (Gambar 5), timbangan (Gambar 6), jangka sorong (Gambar 7), ruang candling (Gambar 8), ember dan lap. Mesin tetas yang digunakan adalah Multipro Electric Incubator manual buatan Australia dengan
kapasitas 10 trays. Setiap tray dapat menampung 112 telur. Mesin-mesin tetas yang digunakan dibedakan berdasarkan periode yaitusetter (Gambar 9) dan hatcher (Gambar 10). Timbangan yang digunakan berupa timbangan Mettler P1210 buatan Switzerland dengan kapasitas 1,5 kg dan kepekaan 1 mg. Gambar 4. Kandang Individu Gambar 5. Lemari Fumigasi Gambar 6. Timbangan Gambar 7. Jangka Sorong 10
Gambar 8. Ruang Candling Gambar 9. Mesin Setter Gambar 10. Mesin Hatcher Prosedur Itik AP dan PA disilangbalikkan dengan masing-masing tetuanya dengan cara IB (Inseminasi Buatan). Semen yang digunakan untuk IB diperoleh melalui pengoleksian semen dengan cara massage. Setelah semen diperoleh, dilakukan pengenceran dengan NaCl fisiologis dengan perbandingan semen dengan pengencer adalah 1:2. Semen yang diperoleh dari seekor pejantan digunakan hanya untuk 11
empatekor betina.persilangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah persilangan antara jantan itik Pekin dengan betina itik AP, jantan itik Alabio dengan betina itik AP, serta jantan itik Alabio dengan betina itik PA. Tidak dilakukannya persilangan antara jantan itik Pekin dengan betina itik PA disebabkan oleh keterbatasan sperma itik Pekin di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Persilangan pada penelitian menghasilkan tiga genotipa, yaitu PAP, AAP dan APA. Genotipa dalam hasil penelitian inimemiliki definisi pengelompokan yang berbeda sebagai sumber keragaman dengan perbedaan susunan gen. Skema silang balik itik PA dan AP dengan tetuanya dapat dilihat pada Gambar 3. P0 Pekin X AP Alabio X AP Alabio X PA F1 PAP AAP APA Keterangan: P0 = tetua; F1= turunan Gambar 3. Skema Silang Balik Itik PA dan AP dengan Tetuanya Telur yang diperoleh dari tiga perkawinan di atas dikumpulkan setiap pagi, kemudian dicuci dengan kain yang dicelupkan ke dalam air hangat (38-40 o C) yang telah dicampur dengan Rodalon. Sebanyak 15 ml Rodalon digunakan untuk 10 liter air. Setelah itu telur ditimbang serta diukur panjang dan lebar telur dengan menggunakan jangka sorong. Telur kemudian difumigasi dengan serbuk PK dan formalin dalam lemari fumigasi selama 15 menit sebelum dimasukkan ke mesin penetasan. Sebanyak 4 6 g serbuk PK dicampurkan ke dalam 10 12 ml formalin untuk setiap 1 m 3 volume lemari fumigasi. Setelah 15 menit difumigasi, telur dimasukkan ke dalam mesin tetas. Suhu dan kelembaban pada mesin penetasan disesuaikan dengan periodenya, yaitu setter dengan suhu 38-39 o C dan RH 65%-66% dan periode hatcher dengan suhu yang lebih rendah yaitu 37-37,5 o C dan RH yang lebih tinggi yaitu sekitar 85-87%. Selama periode setter dilakukan penyemprotan air dengan sprinkler untuk menjaga kelembaban yang seimbang serta pembalikan telur dilakukanlima kali sehari untuk menghindari malposition pada embrio. Candling dilakukan pada hari ke-5, ke-10 dan ke-25 sejak telur masuk mesinuntuk melihat telur yang kosong (infertile) dan mati (dead embryo). Pada hari ke-28 telur yang menetas dihitung jumlahnya untuk menentukan daya tetas telur 12
(hatchability) serta dilakukan sexing untuk melihat imbangan jantan betina. Itik yang menetas juga ditimbang dengan menggunakan Mettler P1210untuk mengetahui bobot tetas dari itik tersebut. Rancangan dan Analisis Data Rancangan yang digunakan dalam pengujian bobot telur dan bobot tetas adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan terdiri atas dua faktor yang sederajat, faktor tersebut adalah genotipa dan periode penetasan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA) yang diolah dengan menggunakan software MINITAB14. Model yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya, 2006): Y ij = µ + G i + P j + ε ij Keterangan: Y ij = rataan sifat telur dengan taraf genotipe ke-i dan periode penetasan ke-j µ = rataan umum G i = pengaruh genotipa ke-i P j = pengaruh periode penetasan ke-j ε ij = pengaruh galat percobaan dari sifat telur dengan taraf genotipa ke-jdan periode ke-i Pengujian perbedaan pada peubah indeks telur, fertilitas, daya tetas, kematian embrio dan imbangan jantan betina antar genotipa dilakukan dengan menggunakanttest. Rumus t-test adalah sebagai berikut (Irianto, 2008): µ µ Keterangan : = rataan sampel a = rataan sampel b μ = rataan populasi a μ = rataan populasi b sb a = simpangan baku a sb b = simpangan baku b n = jumlah sampel a n = jumlah sampel b Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot telur tetas, indeks telur tetas, fertilitas telur tetas, kematian embrio, daya tetas telur, bobot tetas itik dan imbangan jantan betina itik. 13
1. Bobot telur tetas Bobot telur tetas didapatkan dari penimbangan telur setiap pagi dengan timbangan Mettler P1210 dan dicatat dengan satuan gram. 2. Indeks telur Indeks telur tetas didapatkan dari pengukuran panjang dan lebar dengan menggunakan jangka sorong. 100 3. Fertilitas telur tetas, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 100% 4. Kematian embrio (dead embryo), dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 100% 5. Daya tetas telur, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 100% 6. Bobot tetas itik Bobot tetas itik didapatkan dari penimbangan DOD saat menetas. 7. Imbangan jantan betina itik Imbangan jantan betina itik didapat dengan cara melakukan sexing. 100% 14