BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan Kota. Arus pembangunan kota era reformasi ditandai dengan maraknya

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB III PENUTUP. bahwa penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan. sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BERITA NEGARA. No.804, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pelaksanaan. Reduce. Reuse. Recycle. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

MENGEFEKTIFKAN PEMISAHAN JENIS SAMPAH SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KOTA MAGELANG 1

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan laju ekonomi yang semakin meningkat serta

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta Permasalahan sampah di berbagai daerah di Indonesia memang tidak ada habisnya. Begitu pula yang dialami oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta semakin bertambah setiap tahun dengan laju pertumbuhan yang berfluktuasi. 1 Bertambahnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan peningkatan timbulan sampah. 2 Selain bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan timbulan sampah juga disebabkan oleh peningkatan aktivitas serta belum semua pihak mempunyai kemampuan maupun kemauan dalam mengelola sampah. 3 Sementara itu, peningkatan timbulan sampah tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pembuangan sampah yang memadahi sehingga menyebabkan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Yogyakarta semakin menurun. 1 www.yogyakarta.bps.go.id/, Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016, diakses pada 1 April 2017 pukul 21.00 WIB, melalui http://yogyakarta.bps.go.id/website/pdf_publikasi/statistik- Daerah-Istimewa-Yogyakarta-2016.pdf 2 www.dlh.bantulkab.go.id/, Laporan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016, Diakses pada 31 Maret 2017 pukul 07.30 WIB, melalui https://dlh.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2017/03/ikplhd%202016.pdf/ 3 Ibid. 1

1.1.2. Masalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tiga tempat pembuangan akhir, yakni TPA Piyungan, TPA Banyuroto dan TPA Baleharjo. Diantara ketiga TPA tersebut, TPA Piyungan menampung jumlah sampah terbesar karena merupakan tempat pembuangan sampah akhir bagi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Kondisi TPA Piyungan kian lama kian memprihatinkan karena kapasitasnya sebagai lokasi penampungan akhir sampah sudah mengalami penurunan. Gambar 1.1 Kondisi TPA Piyungan Bantul Tahun 2015 4 Sampah yang dikirim ke TPA Piyungan bisa mencapai 450-500 ton perhari. Kepala Seksi Persampahan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat DIY, Sarjani, mengungkapkan dalam perhitungan terakhir volume sampah yang masuk setiap hari 4 www.jogja.tribunnews.com/ LIPSUS : Sampah Semakin Menggunung di TPST Piyungan, Tribun Jogja, edisi Kamis 31 Desember 2015, diakses pada 8 Oktober 2016, pukul 9.23 WIB, melalui http://jogja.tribunnews.com/2015/12/31/lipsus-sampah-semakin-menggunung-di-tpstpiyungan/ 2

mencapai 450 ton ke TPST ini, maka diperkirakan usia tempat pembuangan sampah akhir ini berakhir tahun ini. 5 Tabel 1.1 Volume Sampah di TPA Piyungan Tahun 2008-2013 6 No Tahun Jumlah (kg) 1 2008 116.390.909 2 2009 80.794.724 3 2010 111.032.545 4 2011 123.033.664 5 2012 130.826.234 6 2013* 94.831.783 Total volume sampah 656.909.859 Keterangan : 2013* = jumlah sampah dari Januari-Agustus 2013 Dari data tersebut diketahui volume sampah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun sempat menurun di tahun 2008 namun mengingat areal dan kapasitas TPA Piyungan semakin berkurang, maka sampah tetap menjadi permasalahan krusial yang harus segera ditangani. 1.1.3. Peran Masyarakat dalam Mengatasi Permasalahan Sampah Pengelolaan yang telah dilakukan oleh pemerintah masih belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah sampah. Oleh karena itu sudah saatnya setiap lapisan masyarakat bergerak dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan masyarakat untuk membantu 5 www.koran-sindo.com, Erfanto Linangkung, Yogya Menuju Darurat Sampah, Koran Sindo Daerah, edisi 28 Februari 2016, diakses pada 8 Oktober 2016 pukul 20.14 WIB, melalui http://koran-sindo.com/news.php?r=4&n=0&date=2016-02-28?r=4&n=0&date=2016-02-28 6 Ambar Teguh Sulistyani dan Yulia Wulandari, Proses Pemberdayaan Masyarakat Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul dalam Pembentukan Kelompok Pengelola Sampah Mandiri, Jurnal PKM, 2015. 3

menangani permasalahan sampah yakni dengan mengelola sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya secara mandiri. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi : 1. Menjaga kebersihan lingkungan; 2. Aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, dan pengolahan sampah; 3. Pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan dapat dalam upaya peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya. Sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut maka masyarakat juga memiliki kewajiban untuk mengelola sampah. Dari data sebelumnya diketahui bahwa volume sampah di TPA Piyungan sempat mengalami fluktuasi. Fenomena fluktuasi jumlah volume sampah disebabkan salah satunya karena perilaku masyarakat terhadap sampah sudah mulai berubah. Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya melakukan pengelolaan sampah mandiri, akan tetapi kemandirian dalam pengelolaan sampah ini belum menjadi gerakan yang massive sehingga belum dapat menurunkan jumlah volume sampah secara konsisten. Selain itu ilmu dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola sampah masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan kemitraan antara 4

berbagai pihak khususnya dengan masyarakat untuk mewujudkan suatu kerja sama demi penanganan sampah yang lebih baik. 1.1.4. Pengelolaan Sampah Mandiri oleh Ngudi Makmur Kondisi TPA Piyungan yang hampir tidak mampu lagi menampung sampah membuat beberapa instansi bergerak untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya adalah civitas Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui kegiatan penelitian Kartamantul khususnya tentang pengelolaan sampah TPS Piyungan pada tahun 2009. Kegiatan tersebut berlanjut menjadi sebuah kegiatan pendampingan masyarakat Desa Sitimulyo hingga terbentuk Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) yang kemudian memiliki nama Ngudi Makmur. Ngudi Makmur merupakan organisasi yang berada di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Organisasi ini menjadi wadah bagi masyarakat Desa Sitimulyo untuk berkegiatan dalam pengelolaan sampah. Organisasi Ngudi Makmur berdiri sejak Desember 2010 dan resmi memiliki struktur organisasi pada tahun 2011 dengan jumlah anggota 6 orang. Tabel 1.2 Daftar Anggota Organisasi Ngudi Makmur Tahun 2012 No Nama Dusun No Nama Dusun 1. Warjiyati Karanganom 4. Sri Purwanti Karanganom 2. Murtini Madugondo 5. Suparmi Pagergunung 3. Suhartinah Sumokaton 6. Sri Asih Randu Sari Sumber : Hendra Purnama. 2012. 5

Pada awal mula pembentukan, jumlah masih anggota 6 orang. Masih sedikitnya jumlah anggota yang bergabung mengindikasikan minat masyarakat terhadap kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh organisasi Ngudi Makmur masih rendah. Sebenarnya, target menuju pemberdayaan yang dilakukan oleh organisasi Ngudi Makmur adalah keanggotaan yang mencakup 21 dusun di Desa Sitimulyo, masing-masing dusun diharapkan terdapat minimal dua perwakilan yang tergabung secara aktif dalam organisasi Ngudi Makmur. Upaya yang dilakukan organisasi untuk mendekati masyarakat terus dilakukan salah satunya melalui keikutsertaan pada organisasi masyarakat yang telah memiliki nama dan anggota yang rutin seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Kelompok Wanita Tani (KWT), Pembinaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Karang Taruna. Program kegiatan yang dilakukan Ngudi Makmur berbasis pada pengelolaan sampah, antara lain seperti pembuatan pupuk organik padat dan pupuk organik cair, kreasi kriya, bank sampah, pembibitan dan olahan pangan. Dalam melaksanakan pengelolaan sampah tersebut Ngudi Makmur berorientasi pada prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah. Reduce merupakan kegiatan mengurangi pemakaian suatu barang yang dapat menambah jumlah 6

produksi dan populasi sampah sedangkan reuse yakni kegiatan menggunakan kembali material/bahan yang masih layak pakai baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain dan recylce yaitu kegiatan mendaur ulang dengan cara memanfaatkan barang bekas untuk diolah materinya sehingga dapat digunakan lebih lanjut. 1.1.5. Kebutuhan Mitra Pengelolaan Sampah Mandiri Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan sampah secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Seperti yang telah disebutkan dalam Perda tersebut, upaya pemerintah untuk menangani masalah sampah di Kabupaten Bantul tidak akan maksimal apabila dikerjakan sendiri. Dibutuhkan penanganan dari hulu ke hilir dan peran serta berbagai pihak khususnya masyakarat guna membantu mengoptimalkan pengelolaan sampah. Merujuk pada Perda tersebut, pelaksanaan kerja sama atau kemitraan dari berbagai pihak dalam penanganan sampah sangatlah dibutuhkan. Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa pemerintah juga memiliki peran untuk menunmbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran 7

masyarakat dalam pengelolaan sampah. Adapun lebih lengkapnya adalah sebagai berikut : 1) Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah; 2) Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; 3) Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; 4) Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan sampah 5) Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan 6) Melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan organisasi Ngudi Makmur masih memiliki banyak keterbatasan. Kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman, masih minimnya keterampilan dan kecakapan yang dikuasai, serta keterbatasan pada aspek sarana dan prasarana hingga pemasaran menjadi penghambat dalam upaya memberdayakan masyarakat Desa Sitimulyo untuk melakukan pengelolaan sampah mandiri. Hambatan-hambatan tersebut 8

kemudian mendorong organisasi Ngudi Makmur untuk mencari mitra dalam proses pengelolaan sampah. Pada tahun 2011 melalui bantuan dari Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik UGM organisasi Ngudi Makmur memperoleh perhatian dua instansi pemerintah yang memiliki program pengelolaan sampah, yaitu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Piyungan dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul. BPP Kecamatan Piyungan dan BLH Kabupaten Bantul bersedia membina, melatih dan memfasilitasi organisasi Ngudi Makmur yang kemudian berlanjut sebagai hubungan kemitraan dalam pengelolaan sampah mandiri. Kemitraan tersebut terbentuk berdasar pada kesamaan tujuan dan rasa saling membutuhkan satu sama lain. Kemitraan yang dilaksanakan fokus pada bidang pengolahan sampah menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair serta daur ulang sampah atau barang-barang bekas menjadi kriya. Kemitraan yang terjalin antara tiga aktor tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat Desa Sitimulyo dalam pengelolaan sampah mandiri. Dalam proses kemitraan antara organisasi Ngudi Makmur dengan BPP Kecamatan Piyungan dan BLH Kabupaten Bantul terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan supaya kemitraan dapat berjalan dengan baik dan mampu mewujudkan tujuan kemitraan itu sendiri. 9

Tiga hal tersebut ialah aspek kemitraan, model kemitraan dan prinsip kemitraan. Ketiga hal tersebut merupakan kunci untuk menjaga kelancaran proses kemitraan agar dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bermitra. 1.2. Alasan dilakukan Penelitian Hubungan kemitraan yang terjalin antara organisasi Ngudi Makmur dengan BLH Kabupaten Bantul dan BPP Kecamatan Piyungan menarik untuk diteliti karena ketiga aktor tersebut memiliki perbedaan status dan kemampuan dalam bidang pengelolaan sampah. Terutama organisasi Ngudi Makmur yang notabene belum sepenuhnya berdaya dan masih memiliki beberapa keterbatasan, sehingga dalam proses kemitraan ini selain menjadi subyek, organisasi Ngudi Makmur juga masih menjadi obyek kemitraan. Meskipun belum dapat disebut sebagai organisasi masyarakat yang sepenuhnya berdaya, tetapi Ngudi Makmur telah memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap permasalahan sampah yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kemitraan ini perlu benar-benar diperhatikan aspek, model dan prinsip yang dipergunakan supaya kemitraan dapat berjalan dengan baik. Selain itu apabila tujuan kemitraan dapat terwujud tentunya akan memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat Desa Sitimulyo. Hal tersebut karena program pengolahan sampah yang dilaksanakan bertujuan untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai guna dan bernilai ekonomi. Disamping itu, kemitraan ini juga dapat memberikan manfaat bagi 10

lingkungan, karena apabila masyarakat telah secara massive dan berkelanjutan melaksanakan program pengelolaan sampah mandiri tentu akan membantu mengurangi volume sampah yang harus di buang ke TPA Piyungan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu guna mengetahui bagaimana pelaksanaan kemitraan antara organisasi masyarakat dengan pemerintah dalam rangka mewujudkan pengelolaan sampah mandiri, sehingga rumusan masalah difokuskan pada: Bagaimana kemitraan antara organisasi Ngudi Makmur dengan BPP Kecamatan Piyungan dan BLH Kabupaten Bantul dalam rangka mewujudkan pengelolaan sampah mandiri di Desa Sitimulyo? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilaksanakan mempunyai arah yang jelas dan tersistematis. Peneliti memiliki tujuan untuk mendeskripsikan kemitraan antara organisasi Ngudi Makmur dengan BPP Kecamatan Piyungan dan BLH Kabupaten Bantul dengan memaparkan aspek, model dan prinsip kemitraan dalam pengelolaan sampah mandiri. Adapun tujuan lebih rinci dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui aspek kemitraan 11

2. Mengetahui model kemitraan yang digunakan 3. Mengetahui prinsip kemitraan yang digunakan 4. Mengetahui keberdayaan masyarakat Desa Sitimulyo dalam pengelolaan sampah mandiri. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki hasil yang dapat dimanfaatkan bagi beberapa pihak, antara lain : 1. Bermanfaat bagi akademisi, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam memberikan informasi mengenai kemitraan antara organisasi masyarakat dengan pemerintah dan memperluas wawasan bagi peneliti-peneliti yang meneliti mengenai kemitraan yang memiliki kondisi yang serupa dengan objek penelitian ini, sehingga dapat melakukan studi yang lebih mendalam dan komprehensif. 3. Bermanfaat bagi pengembangan ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik terutama mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kemitraan antara organisasi masyarakat dengan pemerintah dalam rangka mewujudkan pengelolaan sampah mandiri. 12