BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk sastra yang dituturkan, telah diakui oleh masyarakat sejak dahulu kala. Keberadaan sastra dimanfaatkan sebagai media untuk pembelajaran bagi masyarakatnya terutama pesan moral serta kearifannya. Karya sastra, khususnya sastra tulis, merupakan cerminan kehidupan yang diciptakan oleh pengarang dengan alasan yang beraneka ragam. Alasan-alasan tersebut pada umumnya bersumber dari pengalaman pribadi pengarang yang hidup dalam sebuah realita masyarakat. Plato pernah mengatakan bahwa sastra adalah imitasi atau tiruan dari kehidupan. Pendapat tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Aristoteles mengatakan bahwa dalam penciptaan karya sastra, seorang sastrawan tidak hanya meniru, tetapi juga menciptakan dunia baru dengan menggunakan kekuatan kreativitasnya. Permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia dapat dijadikan ide penciptaan karya sastra. Namun demikian, dibutuhkan kreativitas mengolah kata dan selera estetik dari pengarang untuk dapat menghasilkan output berupa karya sastra yang berciri khas pengarangnya. Terdapat pengarang yang memang memiliki kekuatan dalam menciptakan dan mengembangkan tokohtokohnya. Tokoh-tokoh cerita tersebut memiliki perwatakan yang mendalam dan kompleks sehingga segala gejolak batin maupun lahir dijadikan sebagai fokus utama dalam cerita. Konflik-konflik terjadi akibat benturan dari masing-masing watak dan keadaan jiwa tokoh cerita, sehingga unsur kejiwaan tokoh menjadi hal yang dominan dalam karya sastra. Gejolak kejiwaan yang dialami oleh para tokoh dalam cerita tentunya tidak terlepas dari kejiwaan yang dialami oleh penulis. Sesuatu yang pernah dialami oleh 1
2 penulis karya sastra dapat dijadikannya sebagai inspirasi atau panduan dalam menentukan perwatakan tokoh ciptaannya. Karya sastra yang memiliki unsur penokohan yang kuat pasti ditunjang dengan pengalaman kejiwaan penulis yang kaya. Hal tersebut menjadi latar belakang atau alasan karya sastra dapat dianalisis menggunakan teori psikologi yang kemudian terbentuk kajian sastra dengan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra merupakan salah satu pendekatan yang dapat membantu memahami sebuah karya sastra. Pendekatan psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan. Kelebihan yang pertama, psikologi sastra digunakan untuk mengkaji lebih dalam aspek perwatakan. Selanjutnya, pendekatan ini memberikan umpan-balik tentang permasalaham perwatakan yang dikembangkan. Kemudian, pendekatan ini membantu untuk menganalisis karya yang kental masalah psikologi (Minderop, 2011: 2). Dalam penelitian ini, novel berjudul Pasung Jiwa dijadikan sebagai objek penelitian psikologi sastra. Kekuatan dari perwatakan dalam tokoh cerita membuat novel ini lekat dengan unsur psikologi. Konflik-konflik yang terjadi sangat cocok untuk dianalisis dengan menggunakan kajian psikologi sastra. Novel Pasung Jiwa adalah salah satu novel yang kaya akan unsur kejiwaan atau konflik psikologi yang terjadi pada para tokohnya. Dapat dikatakan bahwa novel ini merupakan novel psikologi. Novel Pasung Jiwa banyak menyoroti konflik batin dan tekanan-tekanan hidup yang dialami oleh para tokoh. Novel Pasung Jiwa adalah novel sastra yang ditulis oleh Okky Madasari dan diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 2013. Novel ini bercerita tentang gejolak jiwa para tokoh dalam memperjuangkan kebebasan dalam hidup. Kelebihan dari novel ini adalah tema dari cerita novel yang bercerita tentang perjuangan hidup demi memperoleh kebebasan. Dalam novelnya, Okky Madasari berpendapat bahwa kebebasan adalah hak manusia yang paling asasi, karena dengan kebebasan itu seseorang bisa menentukan jalan hidup yang mereka inginkan. Novel ini mampu mengisahkan secara menarik para tokoh dengan latar belakang yang berbeda-beda,
3 namun sejatinya memiliki keinginan yang sama yaitu mencari kebebasan dalam menjalani hidup mereka. Novel ini dengan keunikannya mampu membawa pembaca untuk larut dalam diri para tokoh sehingga mampu merasakan perasaan atau emosi yang dialami tokoh ketika menghadapi ketidakadilan-ketidakadilan yang mereka alami. Meskipun tergolong bacaan dewasa, novel ini dapat dijadikan sebagai media penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter. Pendekatan psikologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikoanalitik. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Menurut Sarumpaet (2009: 45), jika kita ingin membaca sebuah karya sastra secara psikoanalitik, maka kita perlu menyelidiki ketidaksadaran para tokoh di dalam karya, memerhatikan tindak, perilaku, atau perkataan yang merujuk pada sesuatu yang ditutupinya. Penelitian dengan menggunakan psikologi sastra merupakan penelitian dengan menggunakan dasar yang kokoh karena baik psikologi maupun sastra samasama mengkaji tentang manusia. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, penulis sering memanfaatkan hukum-hukum psikologi agar mampu menghidupkan karakter para tokohnya. Secara sadar ataupun tidak, penulis telah menerapkan teori psikologi terhadap karya sastranya (Endraswara, 2013: 99). Novel sebagai karya sastra, selain memiliki fungsi estetika yang mampu menyajikan keindahan dalam bercerita, juga mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi pembacanya. Pengetahuan dan pengalaman ini berwujud nilai moral yang mampu memberikan pandangan baru bagi pembaca, tentang suatu hal yang baik dan buruk, tentang hal yang benar dan yang salah. Hal yang bernuansa moral ini mampu dikembangkan oleh pengarang sehingga karya sastra yang tercipta kaya akan ajaran moral yang menjurus pada nilai-nilai pendidikan karakter. Karya sastra, tak terkecuali novel, selalu dapat ditemukan nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil manfaatnya. Nilai pendidikan karakter salah satunya. Sastra melalui unsur imajinasinya mampu membimbing pembaca pada kebebasan dan keluasan berpikir, bertindak, berkarya, dan sebagainya. Begitu penting keberadaan
4 imajinasi, banyak negara barat yang meletakkan imajinasi sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan. Dengan sastra yang penuh imajinasi dan nilai-nilai pendidikan maka tidak berlebihan bila karya sastra dapat dijadikan sebagai media pembentuk karakter sebuah bangsa. Hal yang bertolak belakang terjadi di Indonesia yang belum mampu menempatkan sastra sebagai aspek fundamental dalam pendidikan. Praktik pembelajaran yang masih mementingkan aspek kognitif dan pencapaian-pencapaian portofolio membuktikan bahwa posisi imajinasi dan kreativitas masih belum dianggap penting (Wibowo, 2013: 20-22). Hal tersebut diperparah dengan kurang perhatinnya masyarakat terhadap pentingnya membaca karya sastra. Karya sastra dianggap sebagai sesuatu yang terlalu berat untuk dijadikan santapan sehari-hari. Novel Pasung Jiwa diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu bagi dunia pendidikan, khususnya para mahasiswa. Novel ini mampu memberikan inspirasi pada peserta didik tentang keadilan dan kebebasan. Novel ini memberikan pandangan baru bagi peserta didik bahwa cita-cita dan keadilan patut untuk diperjuangkan walaupun banyak faktor yang berusaha menghambatnya. Dalam cerita novel Pasung Jiwa, dapat ditemukan pendidikan karakter yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian peserta didik. Menurut Kemendikbud (2010) karakter berarti watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ki Hajar Dewantara (dalam Wibowo, 2013: 13) yang mengatakan karakter sebagai watak atau budi pekerti. Karakter adalah sifat dari jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma menjadi tenaga. Dengan adanya budi pekerti, manusia akan menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkepribadian, dan dapat mengandalkan diri sendiri. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai katakter sangat diperlukan dalam setiap proses pembelajaran. Nilai-nilai karakter tersebut mencakup delapan belas hal, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
5 semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Dengan mengenal penokohan serta konflik cerita yang diawali dengan analisis struktural dan kemudian dianalisis dengan pendekatan psikologi sastra, diharapkan mampu menggali nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pasung Jiwa serta relevansinya dalam pembelajaran sastra Indonesia di Perguruan Tinggi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah latar belakang penciptaan novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari? 2. Bagaimanakah struktur intrinsik dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari? 3. Bagaimanakah aspek kejiwaan yang dialami para tokoh yang ada dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari? 4. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari? 5. Bagaimanakah relevansi novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dalam pembelajaran sastra Indonesia di Perguruan Tinggi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang penciptaan novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari? 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan struktur intrinsik dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
6 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan aspek kejiwaan yang dialami para tokoh yang ada dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. 4. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. 5. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dalam pembelajaran sastra Indonesia di Perguruan Tinggi. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teori manfaat penelitian ini adalah untuk melengkapi khasanah teori yang terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam pembalajaran sastra Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman tentang isi novel dan teori sastra serta dapat menanamkan nilai pendidikan karakter melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi Dosen Bagi dosen, novel ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar alternatif pembelajaran sastra. c. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat, novel ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan bermutu dan penanaman nilai pendidikan karakter.