BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

Spesifikasi geometri teluk bus

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

Penempatan marka jalan

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

PEDOMAN. Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd.

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

Rekayasa Lalu Lintas

Perencanaan Geometrik Jalan

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antar jalan dan perpotongan lintasan kendaraan. Lalulintas pada

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

Gambar 2.1 Rambu yield

PEMERIKSAAN GEOMETRIK SIMPANG EMPAT LENGAN PASCA BEROPERASINYA BUS TMB KORIDOR III DI SARIJADI

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Transkripsi:

BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan Pemisah Luar. 2. Pemisah tengah (Median) adalah suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak digunakan untuk lalu-lintas kendaraan dan berfungsi memisahkan arus lalu-lintas yang berlawanan arah, yang terdiri dari Jalur tepian dan Bangunan pemisah. 3. Pemisah Luar adalah suatu bangunan pemisah yang berfungsi sebagai pembatas arus lalu-lintas kendaraan searah atau sebagai pemisah lalu lintas cepat dengan lalu-lintas lambat, yang terdiri dari Jalur tepian dan Bangunan pemisah. 5.2 Fungsi median jalan Median jalan direncanakan keselamatan, kelancaran, dan dengan kenyamanan tujuan bagi untuk pemakai meningkatkan jalan maupun lingkungan. Median jalan hanya berfungsi sebagai berikut : 1) memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah; 2) untuk menghalangi lalu lintas belok kanan; 3) lapak tunggu bagi penyeberang jalan; 4) penempatan fasilitas untuk mengurangi silau kendaraan dari arah berlawanan; 5) penempatan fasilitas pendukung jalan; 6) cadangan lajur (jika cukup luas); 7) tempat prasarana kerja sementara; 8) dimanfaatkan sebagai jalur hijau. 55 dari sinar lampu

56 5.3 Kriteria median jalan Median jalan dapat digunakan jika : 1) jalan bertipe minimal empat lajur dua arah (4-2/UD) 2) volume lalu lintas dan tingkat kecelakaan tinggi 3) diperlukan untuk penempatan fasilitas pendukung lalu lintas. 5.4 Aspek perencanaan Perencanaan median harus memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan as pek aspek berikut ini : 1) Aspek keselamatan a) memenuhi kebebasan pandang pengemudi b) bentuk dimensi dan fasilitas pendukung median harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kendaraan hilang kendali berpindah ke jalur berlawanan c) harus terlihat dengan jelas oleh pengemudi kendaraan. 2) aspek geometrik a) Median harus direnanakan untuk mengakomodasi kendaraan rencana, terutama dalam manuver saat berputar balik arah; b) kecepatan rencana digunakan dalam penyesuaian ciri- ciri fungsi dan penentuan jarak antara bukan median c) kecepatan rencana digunakan dalam penyesuaaian ciri-ciri fungsi jalan dan dalam penentuan jarak bukaan median dengan bukaan separator. 3) aspek kelancaran a) tidak mengakibatkan menurunnya tingkat kinerja lalu lintas; b) harus memperhatikan aksesibilitas kawasan di sekitarnya; c) adanya kepastian dalam penggunaan jalur dan lajur bagi pengemudi saat bergerak.

57 4) aspek kenyamanan a) menambah rasa keindahan (penataan lansekap); b) penataan fasilitas pendukung lalu lintas. 5) aspek efisiensi/ekonomis a) lebar median sesuai dengan kebutuhannya; b) bentuk dan bahan median yang dipergunakan sesuai dengan spesifikasi dan peruntukkannya. 6) aspek drainase jalan tidak menjadi penghalang aliran air permukaan jalan, dan bila diperlukan pada daerah median bisa digunakan drainase terbuka atau tertutup. 7) aspek pejalan kaki a)aksesibilitas pejalan kaki b)memperhatikan fasilitas penyandang cacat c)bisa dimanfaatkan sebagai lapak tunggu bagi penyeberang jalan. 5.5 Penempatan median jalan Median ditempatkan tepat pada sumbu jalan. harus saling sejajar dengan Sisi tepi median garis membujur sumbu jalan, kecuali pada daerah taper menjelang bukaan median. Penempatan median dalam potongan melintang jalan seperti pada gambar 5.1.

58 Gambar 5.1 Potongan melintang Jalan 5.6 Tipe median jalan Ada tiga tipe median yang bisa digunakan yaitu ; 1) Median datar, yaitu median yang dibatasi oleh dua buah marka membujur garis utuh, jarak dua buah marka membujur garis utuh bisa dikatagorikan sebagai median jika jarak tersebut > 18 cm, di dalamnya dilengkapi marka serong. Ketentuan penggunaan marka sebagai median mengikuti pedoman perencanaan marka yang berlaku. Contoh median membujur garis utuh dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2 Mediaan Datar

59 Pada sisi luar median harus dilengkapi dengan kereb. Median yang ditinggikan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut : a) median yang ditinggikan dipasang apabila lebar lahan yang tersedia untuk penempatan median kurang dari 5,0 meter b) tinggi median dari permukaan jalan antara 18 cm dan 25 cm. Detail potongan dan penempatan median yang ditinggikan dalam potongan melintang dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4. Gambar 5.3 Median yang ditinggikan c) Spesifikasi kereb yang dipasang harus mengikuti SNI 03-2442- 1991. Sudut bagian muka permukaan kereb tidak tajam. Detail potongan kereb dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5. Gambar 5.3 Sisi Luar Median yang dilengkapi kerb

60 3) median yang diturunkan, yaitu median yang dibuat lebih rendah dari permukaan jalur lalu lintas. Pemasangan median ini mengikuti ketentuan sebagai Gambar 5.4 Penampang melintang kereb berikut : a) median yang diturunkan dipasang apabila lebar lahan yang disediakan untuk median lebih atau sama dengan 5.0 meter; b) kemiringan permukaan median antara 6 15 %, dimulai dari sisi luar ke tengah-tengah median dan secara fisik berbentuk cekungan, seperti terlihat pada Gambar 5.6. c) permukaan median tidak diperkeras dan dapat diberi material yang mampu meredam laju kecepatan kendaraan yang lepas kendali. 5.7 Lebar median jalangambar 5.5 Median yang diturunkan Lebar median dihitung dari antara kedua marka membujur garis utuh termasuk lebar marka tersebut, Minimum lebar median ditetapkan lihat Gambar 5.3 dan berdasarkan ada. Gambar 5.6. Tidaknya

61 bukaan yang direncanakan pada median tersebut, seperti diuraikan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. Tabel 5.1 Lebar minimum untuk median tanpa bukaan (tipe ditinggikan Tabel 5.2 Lebar minimum untuk median dengan bukaan (tipe ditinggikan/diturunkan) 5.8 Bukaan median jalan Bukaan median harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) median dilengkapi dengan bukaan sesuai dengan Tabel 5.2, khusus untuk arteri antar kota mengikuti tipikal gambar. 2) median dengan lebar kurang dari ketentuan Tabel 5.2 dapat dilengkapi dengan bukaan, apabila dilakukan pelebaran setempat untuk mencapai ketentuan Tabel 5.2 pada daerah pendekat bukaan dapat dibuat seperti terlihat pada Gambar 5.6.

62 Gambar 5.6 Median pada daerah pendekat bukaan 3) bukaan sebaiknya dilengkapi lajur tunggu bagi kendaraan yang akan melakukan putaran balik arah (lihat Gambar 5.7). Bukaan median harus dilengkapi prasarana pendukung pengaturan lalu lintas seperti marka dan rambu; 4) jarak bukaan (d1) dan lebar bukaan (d2) diatur sebagaimana dalam Tabel 5.3; jarak bukaan dimulai dari titik tengah lebar bukaan sampai titik tengah lebar bukaan berikutnya tanpa melihat arah lalu lintas di bukaan, sesuai Gambar 5.7. 5) beberapa (contoh) tipikal bentuk median dapat dilihat pada Lampiran A. Tabel 5.3 Jarak minimum antara bukaan dan lebar bukaan

63 Ujung median jalan Gambar 5.7 Lajur tunggu pada bukaan Ujung median adalah bagian awal dan akhir median tidak termasuk bagian median pada bukaan. Ujung median harus mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1) ujung median harus dilengkapi jalur tepian dan marka serong, lihat Gambar 5.8. Gambar 5.8 Perlengkapan tambahan pada ujung median 2) bentuk median yang berakhir di persimpangan, lihat pedoman geometri persimpangan.

64 5.9 Median pada tikungan Pada tikungan yang mempunyai superelevasi, median harus tetap dalam posisi datar (kedua ujung sisi median); untuk maksud tersebut disarankan sumbu putar superelevasi kedua jalur lalu lintas berada di sisi luar median dan median dapat difungsikan serta atau dilengkapi drainase. 5.10 Ruang bebas median jalan Pemasangan fasilitas pendukung jalan yang dipasang pada median agar mempertimbangkan keperluan ruang bebas kendaraan sejauh > 0,60 meter, dimulai dari sisi luar kereb, lihat Gambar 5.9. Gambar 5.9 Lebar ruang bebas kendaraan 5.11 Cara perencanaan Tahapan yang harus dilakukan dalam cara perencanaan median jalan adalah sebagai berikut ; 1) Tentukan fungsi jalan dan lokasi rencana penempatan median ; 2) Kumpulkan data dasar Data dasar yang harus disiapkan untuk perencanaan median adalah : a) peta trase jalan berskala ; b) peta jaringan jalan yang ada ; c) peta penggunaan lahan sisi jalan ; d) volume lalu lintas, untuk masing-masing arah pergerakan ;

65 e) peta jaringan drainase jalan. 3) Tentukan dimensi median ; 4) Tentukan tipe bukaan median ; 5) Tetapkan jarak antara bukaan median ; 6) Tetapkan lebar bukaan median ; 7) Gambar detail teknis perencanaan median. Lampiran A. Gambar tipikal bukaan median Gambar A-2 Bukaan dengan pelebaran median

66 Tabel 5.4 Lebar dan Penggunaan Median