1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan. Masalah sosial dan kejadian yang dialami, dirasakan dan dilihat oleh pengarang kemudian melahirkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam karyanya. Sebuah karya sastra memiliki daya gugah terhadap batin dan jiwa seseorang. Selain itu juga, karya sastra merupakan media untuk mengutarakan sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan manusia yang kadang-kadang kebenaran itu bersifat sejarah. Di antara genre besar sastra Indonesia yaitu novel, puisi dan drama yang memuat pokok apresiatif kesusastraan khususnya dalam prinsip otonomi sastra yang kompleks adalah puisi, sebab puisi merupakan lukisan kata-kata tertentu yang menghasilkan dunianya yang baru, yakni dunia teks. Puisi sebagai salah satu media ekspresi manusia pada masa kejayaan Soeharto (kurun waktu 1965-1998) termasuk dalam kategori mati. Peneliti dapat memperlihatkan contoh-contohnya dengan cara melihat konteks permasalahan dalam kurun waktu tersebut, sesuai dengan kajian dalam penelitian ini. Akibat adanya benturan keras antara realitas masyarakat bentukan penguasa dengan sekelompok penyair atau seniman yang mencoba menyuarakan kebenaran yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat.
2 Tekanan yang sangat kuat dari pihak penguasa yaitu melarang pembongkaran kebohongan dan penindasan dalam bentuk apapun justru dimanfaatkan oleh sekelompok penyair untuk menyuarakan gagasannya tentang hak dan kewajiban. Media yang dimanfaatkan oleh sekelompok penyair salah satunya adalah puisi. Seni berbahasa ini sangat memungkinkan bagi penyair untuk membentuk kesadaran hidup dan kesadaran hak asasi manusia. Puisi protes yang tertuang dalam baris-baris sajak Wiji Thukul, pada dasarnya merupakan ungkapan kejujuran, ketulusan dan sesuatu yang apa adanya, terlebih lagi hal tersebut merupakan sesuatu yang dirasakan penyair untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap proses penundukan masyarakat terhadap penguasa. Ungkapan tersebut pernah dilakukan oleh Wiji Thukul dalam mengekspresikan perasaannya, tidak hanya menyuarakan kesengsaraan rakyat jelata saja, tetapi juga membangkitkan semangat untuk melawan ketidakadilan itu. Sajak-sajaknya tidak hanya ditujukan untuk penguasa-penguasa saja tetapi juga sebagai jalan keluar bagi orang-orang yang tertindas. Perasaan masyarakat yang seolah terwakili oleh puisi-puisi tersebut mengisyaratkan bahwa ekspresi pribadi Wiji Thukul mampu membawa amanat atau keinginan rakyat. Puisi Wiji Thukul yang ditulis dengan bahasa yang sederhana dapat dengan mudah dipahami oleh banyak orang. Oleh karena itu pembaca dapat dengan mudah menangkap nilai yang ingin dikomunikasikannya, yakni nilainilai kemanusiaan. Wiji Thukul tidak berbicara mengenai deklarasi, konvensi, standar dan instrumen HAM yang lain, tetapi sadar atau tidak sadar dia telah
3 berjuang dalam memajukan nilai kemanusiaan yang menjadi awal dan akhir dari kemajuan HAM. Perjuangannya tidak hanya bergerak dibidang pemajuan nilai kemanusiaan saja tetapi juga mengambil langkah nyata untuk memperjuangkan nilai kemanusiaan itu sendiri. Kemampuan Wiji Thukul dalam memaksimalkan intensitasnya dalam bidang seni berpuisi menjadikan sebagai figur yang sangat disegani sekaligus dikhawatirkan. Pandangan tersebut bukan hanya berasal dari Wiji Thukul saja, tetapi lebih pada karya sastra yang dihasilkannya. Pandangan ini disebabkan adanya ungkapan-ungkapan perasaan dalam puisinya yang dinilai keras oleh banyak kalangan terutama oleh pihak pemerintah. Banyak seniman di masa Orde Baru tidak setuju pada sikap Wiji Thukul. Mereka menganggap seni tidak bisa dicampuradukkan dengan politik. Seni untuk seni dan politik hanya mengotori kesuciaannya. Wiji Thukul membawa perubahan baru dalam konsep penciptaan puisi Indonesia mutakhir, yakni penyair yang menggambarkan kontradiksi yang aneh, absurd, janggal dan membingungkan antara golongan kaya dan miskin serta rakyat jelata yang saling menindas yang menjadi biasa di bumi Indonesia. Puisi-puisinya merupakan monumen yang mengusik ingatan kita akan sebuah masa silam yang kelam dan akibatnya masih kita rasakan sampai sekarang. Sebuah rezim yang membawa banyak penderitaan fisik dan luka batin tidak saja bagi Wiji Thukul melainkan juga bagi bangsa Indonesia. Puisi menurut Shahnon Ahmad dalam Rachmad Djoko Pradopo (2002:7) yaitu paduan antar unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan
4 perasaan yang bercampur baur. Terdapat tiga unsur pokok yaitu (1) hal yang meliputi pemikiran; (2) bentuk; (3) kesan. Tiga unsur tersebut terungkap melalui bahasa. Jadi puisi itu membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pencaindra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting. Kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul merupakan puisi yang mengetengahkan realitas sosial masyarakat. Kumpulan puisi tersebut merupakan karya sastra yang tidak hanya cukup dinikmati saja tetapi juga menarik untuk diteliti. Kajian yang dianggap relevan untuk meneliti kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul adalah dengan menggunakan kritik sosial sastra. Pendekatan ini untuk mengetahuikritik sosial apa saja yang terdapat kumpulan puisi ini. Berdasarkan latar belakang di atas judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul. 1.2 Rumusan Masalah Pada suatu penelitian, untuk mengarahkan pembahasan maka perlu dirumuskan masalah yang akan diteliti. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kritik sosial terdapat dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul? 2. Kritik sosial apa saja yang terdapat dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul? 1.3 Tujuan Penelitian
5 Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul. 2. Untuk mendeskripsikan kritik sosial apa saja yang terdapat dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. 1. Manfaat teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian puisi Indonesia yang memanfatkan teori Sosiologi Sastra. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori sastra dan teori Sosiologi dalam mengungkapkan Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang kritik sosial dalam hal kemanusiaan dan kekuasaan. b. Melalui pemahaman mengenai perkembangan kritik sosial terkait dengan kemanusiaan dan kekuasaan diharapkan dapat membantu
6 pembaca dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalam Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul. 1.5 Definisi Istilah Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan dari penyair dan secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik serta struktur batinya. 2. Sosiologi sastra Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. 3. Kritik sosial sastra Kritik sosial dalam karya sastra merupakan upaya yang dilakukan seorang pengarang, dengan cara memberikan suatu tanggapan terhadap persoalanpersoalan yang ia lihat pada masyarakat. 4. Kritik terhadap pemerintah Kritik dari masyarakat berfungsi sebagai kontrol terhadap pemerintah untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 5. Kritik terhadap kekuasaan Kekuasaan merupakan kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan. 6. Kritik terhadap ekonomi
7 Ekonomi didefinisikan sebagai perlakuan manusia dalam menggunakan sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. 7. Kritik terhadap HAM HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.