KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

dokumen-dokumen yang mirip
Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

1. PERCOBAAN (POGING)

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

PENGATURAN DELIK KESUSILAAN DALAM KUHP DAN RUU KUHP

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB II ATURAN HUKUM YANG MENGATUR MENGENAI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. A. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembuktian dan Hukum Pembuktian

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, pleger, doen pleger, medepleger, uitlokker. Suatu penyertaan. dilakukan secara psikis maupun pisik, sehingga harus dicari

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

Bab XXV : Perbuatan Curang

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

KONVENSI KETATANEGARAAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

REORIENTASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP PEREMPUAN PELAKU TINDAK PIDANA DALAM RANCANGAN KUHP (RKUHP)

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. bidang hukum privat, dan dalam bidang hukum publik. 3 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

BAB IV ANALISA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN MILITER III-12 SURABAYA NOMOR: 220-K/PM.III-12/AD/XI/2010 TENTANG TINDAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK. A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA DAN PASAL 340 KUHP

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa batasan umur sebagai pengertian mengenai anak menurut peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB III KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF

S I L L A B Y. : TINDAK PIDANA DALAM KUHP STATUS MATA KULIAH : Wajib KODE MATA KULIAH

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN A. Ketentuan tentang Remisi menurut Keppres RI No 174 Tahun 1999

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Tindak Pidana Pembunuhan dan Pembunuhan Berencana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pertanggungjawaban pidana Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Fisik Dalam Lingkup Rumah Tangga

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 284. (1) di hukum penjara selama lamanya sembilan bulan: berlaku padanya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan

TAWURAN DARI SUDUT PASAL 170 DAN PASAL 358 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh: Hendy Pinatik 2

BAB III REMISI DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN maupun yang sudah tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7

H M ISTAR A R RI R TON O G N A G, A

a. Tahap Pra-konvensional (umur 9-11 tahun); pada tahap ini anak umumnya berpikir lakukan atau tidak lakukan.

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (VERKRACHTING)

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN SESUAI PASAL 340 KUHP

P U T U S A N Nomor : 99/Pid.B./2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG A. PENGANIAYAAN Kejahatan terhadap tubuh orang lain dalam KUHP diatur pada pasal 351-358 KUHP. Penganiayaan diatur dalam pasal 351 KUHP yang merumuskan sebagai berikut: 1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. 2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun. 3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama 7 tahun. 4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. 5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Oleh doktrin penganiayaan dari pasal 351 tersebut ditafsirkan: setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain. (Prof Satochid Kartanegara, 509) Hoge Raad menafsirkan penganiayaan itu sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang lain, yang semata-mata merupakan tujuan dari perbuatan tersebut. (Prof Satochid Kartanegara, 510) Jenis-jenis penganiayaan Menurut KUHP penganiayaan dibedakan atas 5 macam, yaitu:\ 1. Penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP) 2. Penganiayaan biasa (pasal 351 KUHP) 3. Penganiayaan biasa yang direncanakan terlebih dahulu (pasal 353 KUHP) 4. Penganiayaan berat (pasal 354 KUHP) 5. Penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dahulu (pasal 355 KUHP). a. Penganiayaan Biasa (pasal 351 KUHP) Dalam pasal 351 KUHP ada 2 perbuatan yang dilarang, yaitu: 1) Setiap perbuatan yang mengakibatkan luka-luka (rasa sakit), luka-luka berat atau mati (ayat 1,2,3 dari pasal 351 KUHP). 2) Disamakan dengan orang menganiaya adalah setiap perbuatan dengan sengaja merusak kesehatan orang lain (ayat 4 pasal 351 KUHP). Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan

bahaya maut, selama-lamanya tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian, tidak dapat lagi menggunakan panca indera, lumpuh, pikiran tidak sempurna lagi, menggugurkan atau membunuh anak dalam kandungan ibunya. Setiap perbuatan yang mengakibatkan luka berat atau mati (ayat 2,3 pasal 351 KUHP) harus merupakan perbuatan yang akibatnya tidak dikehendaki atau tidak sengaja oleh pelaku. Jika perbuatan yang mengakibatkan luka berat ini dikehendaki atau disengaja oleh pelaku, maka perbuatan ini tidak lagi merupakan perbuatan penganiayaan biasa melainkan sudah beralih menjadi kejahatan penganiayaan berat (pasal 354 KUHP). b. Penganiayaan Berat (pasal 354 KUHP) Penganiayaan berat adalah apabila seseorang dengan sengaja menimbulkan luka-luka berat atau luka parah kepada orang lain. Perbedaan pasal 354 dengan pasal 351 ayat 2 adalah pasal 354, perbuatan penganiayaan dilakukan dengan sengaja sedangkan pasal 351 ayat 2, perbuatan penganiayaan dilakukan dengan tidak sengaja. Jenis penganiayaan yang diatur di dalam pasal 358 KUHP yaitu kejahatan penganiayaan yang timbul dalam penyerangan dan perkelahian. Unsur-unsur pasal 358 KUHP: 1) Dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang. 2) Serangan atau perkelahian tersebut menimbulkan akibat luka berat atau kematian orang lain. 3) Apabila seorang peserta yang dimaksud oleh pasal 358 KUHP mempunyai maksud tersendiri, maka terhadap dirinya tidak dapat diberlakukan dengan peraturan yang merumuskan perbuatannya tersebut. c. Penganiayaan Ringan (pasal 352 KUHP) Menurut pasal 352 KUHP penganiayaan ringan ini ada dan diancam dengan maksimum hukuman penjara 3 bulan dan denda tiga ratus rupiah, apabila tidak termasuk dalam rumusan pasal 353 dan 356 KUHP dan tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. (Prof Dr. Wirjono Projodikoro,SH,1974.72) Berdasarkan perumusan delik penganiayaan ringan, maka dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan penganiayaan ringan: 1) Penganiayaan yang tidak direncanakan terlebih dahulu. 2) Tidak dilakukan terhadap ibu, bapak yang sah, suami atau istri ataupun anaknya (pasal 356 sub 1)

3) Tidak dilakukan terhadap pejabat negara yang sedang melakukan kewajibannya atau berhubung dengan tugasnya yang dilakukan secara sah. 4) Tidak dilakukan dengan memberikan bahan yang membahayakan jiwa atau kesehatan (pasal 356 sub 3). 5) Si penderita tidak kena akibat atau mengakibatkan sakitnya ataupun halangan untuk melakukan jabatannya atau mencari mata pencaharian. B. PEMBUNUHAN Pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa, diatur dalam Buku II titel XIX KUHP mulai dari pasal 338-pasal 350 KUHP. Di dalam pasal 338 KUHP dinyatakan: barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena pembunuhan biasa dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun. Perumusan delik pembunuhan pasal 338 KUHP dapatlah diketahui unsur-unsur dari pembunuhan tersebut yaitu: a. Merampas nyawa orang lain. b. Perbuatan tersebut harus dilakukan dengan sengaja. Sistem KUHP mengenai delik pembunuhan ini dapat dibagi dalam 5 macam yaitu: 1. Pembunuhan dengan sengaja atau pembunuhan biasa (Bld: Dooslag)-pasal 338 KUHP. 2. Pembunuhan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu (Bld: Moord)-pasal 340 KUHP. 3. Pembunuhan atas permintaan dari orang yang dibunuh (euthanasia)- pasal 344 KUHP. 4. Dengan sengaja membantu atau memberi sarana kepada orang lain untuk bunuh diri pasal 345 KUHP. 5. Pembunuhan untuk melakukan tindak pidana lain (Bld: Gequalificerde dooslag)-pasal 339 KUHP. Ad.1 Pembunuhan Biasa Pembunuhan biasa (Dooslag) yang diatur dalam pasal 338 KUHP unsur-unsurnya adalah: 1. Dengan sengaja melakukan suatu perbuatan. 2. Perbuatan tersebut menimbulkan akibat hilangnya nyawa orang lain. Ad.2 Pembunuhan Berencana

Pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu diatur dalam pasal 340 KUHP yang perumusannya sebagai berikut: Barangsiapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Adapun yang menjadi unsure dari moord ialah: 1. Perbuatan dengan sengaja (opzet) 2. Perbuatan itu harus dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu. 3. Perbuatan tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan matinya orang lain. (Prof Hermien Hadiati Koeswadji, SH. 1984.39) Jadi direncanakan lebih dahulu dapat diartikan adalah meliputi: 1. Telah merencanakan kehendaknya itu terlebih dahulu. 2. Rencana itu harus dilakukan dalam keadaan tenang. 3. Rencana pelaksanaan kehendak itu memerlukan jangka waktu yang agak lama. Ad.3 Pembunuhan atas permintaan korban Pembunuhan atas permintaan korban diatur dalam pasal 344 KUHP yang menyebutkan: barangsiapa yang merampas nyawa orang lain atas permintaan sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. Kejahatan dan Pelanggaran Mengenai Kesopanan (zeden-delicten) Zina (Overspel, Adultery) Tindak pidana ini dimuat dalam pasal 284 KUHP yang berbunyi: 1. Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan: Ke-1: a. Orang laki-laki yang sudah kawin, yang melakukan zina, sedang diketahui, bahwa pasal 27 Burgerlijk Wetboek berlaku baginya. b. Orang perempuan yang sudah kawin, yang melakukan zina. Ke-2: a. Orang laki-laki yang turut melakukan zina itu, sedang diketahui, bahwa yang turut bersalah, sudah bersuami. b. Orang perempuan yang tidak bersuami, yang turut melakukan zina itu, sedang diketahui bahwa yang turut bersalah sudah beristri dan pasal 27 BW berlaku baginya. 2. Tidak dilakukan penuntutan, kecuali atas pengaduan suami/istri yang terhina dan dalam bagi suami/istri berlaku pasal 27 BW jika dalam tempo 3 bulan

sesudah pengaduan ini ia memasukkan gugatan untuk bercerai atau agar dibebaskan dari kewajiban berdiam bersama oleh karena hal itu juga. 3. Atas pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75. 4. Pengaduan ini dapat ditarik kembali selama pemeriksaan di muka pengadilan belum dimulai. 5. Jika atas suami/istri itu berlaku pasal 27 BW, maka pengaduan itu tidak diindahkan sebelum perkawinan diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang membebaskan mereka dari kewajiban berdiam bersama menjadi tetap. Perkosaan untuk Bersetubuh (Verkrachting) Dengan kualifikasi verkrachting, dalam pasal 285 KUHP dirumuskan suatu tindak pidan berupa: dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang perempuan untuk bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, dengan ancaman hukuman maksimum 12 tahun penjara. Mirip dengan tindak pidana ini adalah yang oleh pasal 289 dengan kualifikasi penyerangan kesusilaan dengan perbuatan (feitelijke aanranding der eerbaarheid) dirumuskan sebagai: dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang melakukan atau membiarkan dilakukan padanya perbuatan cabul (ontuchtige handelingen) dengan ancaman hukuman maksimum 9 tahun penjara. Pasal 289- perbuatan cabul- merupakan pengertian umum yang meliputi perbuatan bersetubuh dari pasal 285 sebagai pengertian khusus. Perbedaan lain dari kedua tindak pidana tersebut adalah bahwa: a. Perkosaan untuk bersetubuh hanya dapat dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, sedangkan perkosaan untuk cabul dapat juga dilakukan seorang perempuan terhadap seorang laki-laki. b. Perkosaan untuk bersetubuh hanya dapat dilakukan di luar perkawinan sehingga seorang suami boleh saja memperkosa istrinya untuk bersetubuh, sedangkan perkosaan untuk cabul dapat juga dilakukan di dalam perkawinan sehingga tidak boleh seorang suami memaksa istrinya untuk cabul atau seorang istri memaksa suaminya untuk cabul. Bersetubuh atau Cabul dengan Orang yang Sedang Pingsan dan Tidak Berdaya Pasal 286 mengancam dengan maksimum hukuman penjara sembilan tahun barangsiapa yang- di luar perkawinan- bersetubuh dengan seorang perempuan yang ia tahu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, sedangkan pasal 290 nomor 1

mengancam dengan maksimum hukuman penjara tujuh tahun barangsiapa yang berbuat cabul dengan seorang yang ia tahu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya. Bersetubuh atau Cabul dengan Orang di Bawah Umur Tertentu Pasal 287 mengancam dengan maksimum hukuman penjara sembilan tahun barangsiapa yang- di luar perkawinan- bersetubuh dengan seorang perempuan yang ia tahu atau pantas harus dapat mengira bahwa perempuan itu belum berusia 15 tahun atau belum pantas untuk dikawin. Tindak pidana dari pasal 287 merupakan tindak pidana aduan (klachtdelict), kecuali apabila perempuannya belum berusia 12 tahun.