BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN BOJONEGORO

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III DESKRIPSI RENCANA PROGRAM

SEKSI PENINGKATAN KAPASITAS

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

perbaikan pola hidup diagnosa treatment

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Draft Proposal Program Kampung Hijau. (Program Perbaikan Kampung)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

BUPATI POLEWALI MANDAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

TENTANG GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KM-ITERA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Cascading Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Banyumas

SUKARLAN BIRRO ALLO ( )

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

Kategori : Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu

BAB IV DESKRIPSI RENCANA PROGRAM

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab 5 dapat disimpulkan bahwa latar belakang dilaksanakannya program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun adalah untuk menghilangkan citra kumuh yang melekat di area perumahan tersebut melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, rangkaian pelaksanaan program yang terdiri atas pengelolaan sampah mandiri dan pengolahan air limbah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang ditargetkan oleh warga. Tujuan tersebut meliputi pembentukan karakter masyarakat yang peduli lingkungan, mereduksi timbulan sampah, serta menghemat biaya pemakaian air PDAM. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, maka upaya yang dilakukan oleh warga Kampung Margorukun adalah membentuk suatu sistem organisasi sederhana yang terdiri atas kader lingkungan, tokoh masyarakat, dan warga yang khusus menangani perencanaan hingga pelaksanaan program bank sampah dan unit pengolahan air limbah. Adapun modal utama dari efektivitas organisasi tersebut dalam mencapai tujuan program ialah kemampuan dalam merumuskan alternative rencana pelaksanaan program dengan menyesuaikan antara perubahan kondisi lingkungan dengan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat. Dengan terwujudnya interaksi positif tersebut, maka program dapat terealisasi dengan lancer dan berjalan secara konsisten dengan diukung oleh koordinasi yang bhaik antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian, rincian kesimpulan dari hasil penelitian ini meliputi : a. Tujuan dari pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun meliputi : (1) Membentuk karakter masyarakat yang peduli lingkungan; (2) Mereduksi timbulan sampah di sekitar area perumahan; dan (3) Menghemat pemakaian air PDAM. Adapun kondisi yang diharapkan oleh warga dengan tercapainya ketiga tujuan tersebut ialah dapa menjaga kontinuitas pelaksanaan program dalam rangka mewujudkan kondisi 114

lingkungan hunian yang lebih baik serta memberi solusi bagi permasalahan warga akan tingginya biaya pemakaian air limbah serta timbulan sampah yang mengganggu kenyamanan beraktivitas. b. Dalam pelaksanaannya, program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun efektif dalam mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan serta sukses dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditargetkan. Kondisi ini dapat terwujud karena didukung oleh kemampuan warga dan pengurus dalam menyesuaikan serta menyelaraskan kehidupan sosial dengan perubahan kondisi lingkungan sehingga dapat menerapkan program yang tepat sasaran. Selain itu, seluruh pihak yang terlibat berhasil melakukan penyesuaian terhadap aspek ekonomi maupun sosial serta memperkirakan alternaif-alternatif untuk mengatasi hambatan yang mungkin muncul. Dengan demikian, program dapat berjalan dengan lancar dan konsisten tanpa membebani warga. c. Sementara itu, faktor utama yang mempengaruhi efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan program ialah terciptanya karakter masyarakat yang peduli lingkungan sebagai modal utama dalam pelaksanaan program. Kondisi ini diwujudkan dengan menanamkan rasa peduli lingkungan pada tiap individu sehingga keikutsertaan dalam program tidak hanya sekedar kewajiban, tetapi juga menjadi kebutuhan bersama. Selain itu, kemampuan dalam menjaga konsistensi koordinasi antar warga menjadi faktor utama dalam mendukung dan menjamin keberlanjutan program serta mencegah timbulnya konflik sosial. Tak hanya itu, peran pemerintah dan pemerhati lingkungan juga turut mendukung kontinuitas program karena mampu memberi motivasi serta apresiasi bagi warga. 6.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab 5, dapat disimpulkan bahwa secara umum, program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun berada pada kategori efektif, yaitu dimana programprogram yang telah dijalankan, baik itu pengolahan air limbah maupun pengelolaan sampah mandiri dapat terealisasi dengan baik dan diterima oleh 115

seluruh warga serta dapat menjadi solusi bagi permasalahan di kawasan permukiman tersebut. Namun, dalam beberapa aspek, baik itu dari segi pengelolaan, fungsi dan sistem operasional program, serta pengembangan kualitas dan kuantitas layanan, masih ada yang perlu dioptimalkan lagi guna meningkatkan efektivitas dari program pengelolaan lingkungan tersebut. Selain itu, hasil temuan dan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini juga menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi perencana kota dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan hunian yang kondusif dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, berikut ini akan dijelaskan tentang beberapa hal yang perlu dilakukan guna mewujudkan program pengelolaan lingkungan yang efektif sehingga dapat menjadi acuan n motivasi bagi masyarakat perkotaan secara luas untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan kualitas lingkungan. Selain itu, akan dijelaskan juga poin-poin penting yang dapat dipelajari dari hasil penelitian ini terkait upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman, khususnya kampung kota. 6.2.1 Saran Bagi Masyarakat Perkotaan Berdasarkan hasil penelitian efektivitas pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun ini, ditunjukkan bahwa modal utama dari keberhasilan pelaksanaan program tersebut adalah tersedianya modal sosial berupa kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Hal ini merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan karena pembentukan karakter masyarakat merupakan unsur penting yang berpengaruh dalam kontinuitas suatu program. Program pengelolaan lingkungan itu sendiri sebenarnya juga sudah banyak dilakukan di kampung-kampung kota, misalnya melalui program P2KP atau KIP oleh pemerintah maupun yang diprakarsai oleh swasta. Program yang diselenggarakan juga beragam, melalui perbaikan atau penambahan infrastruktur dasar, fasum dan fasos, maupun pengelolaan sampah dan limbah seperti yang dilakukan oleh warga Kampung Margorukun. Namun, yang perlu diwaspadai adalan konsistensi pelaksanaan serta upaya perawatan dan pengelolaan program 116

tersebut. Seringkali program hanya berjalan sementara saja antara satu sampai dua tahun, tetapi setelah itu tidak ada kelanjutan pelaksanaannya. Oleh karena itu, menanamkan kesadaran dan kepedulian lingkungan pada diri sendiri merupakan hal terpenting yang menjadi modal keberhasilan pelaksanaan serta konsistensi program. Pada umumnya, hambatan pembentukan karakter sosial masyarakat ini karena kurangnya rasa optimis serta rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar. Hal inilah yang kemudian berakibat pada munculnya anggapan bahwa pelaksanaan program pengelolaan lingkungan justru tidak akan bermanfaat, tetapi justru menjadi beban bagi warga. Berdasarkan kondisi tersebut, maka hal utama yang perlu dilakukan adalah menanamkan rasa memiliki pada diri sendiri akan lingkungan hidup, khususnya di sekitar tempat tinggal. Dengan begitu, maka upaya pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan tidak akan dianggap sebagai beban, melainkan suatu kebutuhan yang tentunya berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup. Untuk mendukung perwujudan kondisi tersebut, perlu juga diimbangi dengan adanya keterbukaan pikiran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan masyarakat dengan melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar mereka. Jika suatu permasalahan sudah melalui aktivitas sehari-hari, maka tentunya akan ada interaksi yang membentuk suatu perilaku. Dari sinilah kemudian mulai terbentuk karakter sosial yang baru yang menjadi awal perwujudan kesadaran dan kepedulian akan kualitas lingkungan perkotaan. 6.2.2 Saran Bagi Pemerintah dan Pemerhati Lingkungan Dalam konteks pengelolaan lingkungan, peran pemerintah serta pemerhati lingkungan dimulai dari tahap pembentukan karakter masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, hingga kontrol terhadap konsistensi pelaksanaan program. Dalam hal ini, pemerintah maupun pemerhati lingkungan berfungsi sebagai mediator dan fasilitator bagi warga dalam mendukung realisasi program pengelolaan lingkungan. Adapun beberapa hal yang dapat dilakan antara lain : 117

1. Membantu pembentukan karakter sosial masyarakat yang peduli lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi, pelatihan, maupun pemberdayaan SDM dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat. 2. Berperan sebagai fasilitator yang mendukung pelaksanaan program, diantaranya seperti memberikan bantuan berupa dana maupun saranaprasarana tekait pelaksanaan program pengelolaan lingkungan. 3. Memberikan motivasi bagi masyarakat untuk terus konsisten dalam pelaksanaan dan pengembangan program. Hal ini juga dapat didukung dengan pemberian reward sebagai tanda apresiasi terhadap kinerja masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. 4. Mengontrol kontinuitas pelaksanaan program dengan melakukan kunjungan ke wilayah tertentu. Kunjungan yang dilakukan juga dapat berperan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga memungkinkan pemberian bantuan yang tepat sasaran. 6.2.3 Saran Bagi Pengembangan Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota Seperti yang diungkapkan oleh Sadyohutomo (2009) tentang pendekatan holistis manajemen kota dan wilayah, terdapat tiga pilar yang saling terkait yaitu : 1. Secara ekonomi menguntungkan (economically viable), yaitu pengelolaan kota dan wilayah harus mengedepankan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal. Hal ini salah satunya dapat diaplikasikan melalui program pengelolaan lingkungan seperti yang dilakukan oleh warga Kampung Margorukun. Melalui program tersebut, tidak hanya peningkatan kualitas lingkungan perumahan saja yang diperoleh, tetapi manfaat dari segi ekonomi juga turut dirasakan masyarakat. Walaupun dampaknya belum begitu signifikan, kondisi ini masih dapat dikembangkan lagi melalui upaya peningkatan kualitas SDM dan dukungan dari pemerintah. Dengan ditunjang oleh hal tersebut, program pengelolaan sampah mandiri ini dapat dikembangkan menjadi sebuah industri rumah tangga yang memproduksi barang-barang dari hasil daur ulang sampah. 118

Dengan demikian, selain mengatasi permasalahan meningkatnya kualitas limbah perkotaan karena jumlah penduduk yang terus bertambah, program tersebut juga dapat berperan membangun ekonomi masyarakat. 2. Ramah terhadap lingkungan (environmentally friendly), yaitu diwujudkan dengan efisiensi penggunaan sumber daya serta penerapan teknologi yang tepat guna dan selalu berkembang. Hal ini dapat dipelajari dari pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya oleh warga dan kader lingkungan untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai tambah dan bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam konteks ini, dapat ditunjukkan bahwa hasil pengelolaan sampah dan air limbah rumah tangga yang dilakukan berdampak secara nyata terhadap efisiensi pemanfaatn sumber daya, yaitu berupa penghematan pemakaian air dan pemanfaatan kembali sampah sebagai pupuk tanaman. Secara teknis pun, program tersebut juga masih dapat dikembangkan, misalnya dengan menigkatkan kualitas infrastruktur pengolahan limbah untuk menghasilkan kualitas air yang lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lebih beragam, atau dengan menerapkan pendauran ulang sampah menjadi biogas. 3. Secara sosial dan politik diterima masyarakat (socially, politically acceptable) dan sesnsitif terhadap budaya (culturally sensitive), yaitu dilaksanakan dengan menyesuaikan karakteristik sosial budaya setempat sehingga dapat merangsang partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan tata ruang. Hal ini sama seperti yang diterapkan di Kampung Margorukun, yaitu dengan bermodal budaya gotong royong serta proses pelaksanaan yang terbuka dan tidak memaksa maupun membebani warga, program pengelolaan lingkungan dapat berjalan lancer dan konsisten hingga sekarang. 119