BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

BAB III METODE PENELITIAN. lebih menekankan analisis pada data-data numerical (angka) yang diolah

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

Pakaian bersih rapih indah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggal di desa lebih menghargai sungai. Penghargaan itu antara lain dicirikan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif. Sebab, penelitian ini menekankan pada fenomenafenomena

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi akan memaksa produsen untuk beradu dalam menciptakan

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB IV ANALISIS PESAN RELIGIUS FOTOGRAFI HIJAB ISLAMI PUTRI HIJAB LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengikuti perkembangan fashion. Fashion dianggap dapat membawa

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center dunia

BAB I PENDAHULUAN. aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Di Indonesia, istilah jilbab lebih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 05 SERI C NOMOR 03

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

1 1 I 2. 3 I II. Zuhair bin Harb mengabarkan kepadaku dan Jarir juga mengabarkannya dari Suhail, dari Ayahnya, dari ayah Hurairah berkata :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. lain walaupun hanya satu ayat.sebagaimana hadist Rosullulah Ballighu anni. sendiri, keluarga dan lingkungan sosial tempat tinggal.

BAB III MENGENAL SURAT AL-NUR AYAT bumi. Di dalamnya cahaya disebutkan dengan pengaruh-pengaruh dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA JASA HAIR EXTENSION DI BE YOUNG SALON

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh tingkat

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Nomor : Dj.I/255/2007. Tentang TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Allah tidak hanya menciptakan laki-laki saja atau perempuan saja, tetapi lakilaki dan perempuan.

KODE ETIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YASNI MUARA BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGANTAR SISTEM PERGAULAN ISLAM. Suplemen Mata Kuliah Ahwal Syakhsiyyah

PEDOMAN KODE ETIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TAHUN 2014

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ketetapan begitu jelas dalam Al-Qur an sebagai panduan bagi

BAB 5 DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya suasana kehidupan

KODE ETIK MAHASISWA STIKOM DINAMIKA BANGSA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN MEMAKAI JILBAB DENGAN PERILAKU SOSIAL DALAM PERGAULAN DI SMP NEGERI 3 PEMALANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. kita berpikir, merasa, maupun mengindera, baik diperoleh secara sengaja. maupun tidak sengaja (Susanto, 2011).

ISLAM RAMAH DAN MULIAKAN PEREMPUAN. Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG

Gambaran Wanita Menggunakan Jilbab PUNUK ONTA

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

PEMAKAI BUSANA MUSLIMAH DAN AKHLAK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 GUNUNG TERANG TULANG BAWANG BARAT TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana

PENGIRIMAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) KE LUAR NEGERI

PANDUAN PKBR Pengertian Fungsi PKBR Tujuan PKBR

SYARAT-SYARAT WISUDA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Oleh:

KEGIATAN TUTORIAL : TUTORIAL PAI-SPAI DPU

PERATURAN KETUA STIKES MEGA REZKY MAKASSAR Nomor : /STIKes_MRM/V/2014. Tentang

KODE ETIK AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi bagi suatu masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an yang mengisyaratkan akan fungsi busana: Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu,

Kode Etik Mahasiswa STKIP PGRI PACITAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah perempuan muslimah yang telah menggunakan jilbab saat

BAB I PENDAHULUAN. masalah pergaulan ini tapi hanya dampak secara riel yang menjadi akibat dari

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 2001 TENTANG

ASAL MUASAL JILBAB. Sahih Bukhari 4, Number 148:

BAB V PENUTUP. pembahasannya dalam Islam, khususnya dalam al-qura>n, sebab cadar

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN. menarik serta terlihat nyaman dalam menjalankan tugas (Shaw, 2010). mengambil suatu tindakan (Kathleen, 2010).

BAB IV ANALISIS KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PEMILIHAN BUSANA KERJA MUSLIMAH PADA DOSEN PEREMPUAN DI IAIN SUMATERA UTARA MEDAN

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Nomor : In.06.0/R.3/PP.03.1/1701/2009 Semarang, 3 Agustus 2009 Lamp : 1 (satu) berkas. H a l : Pemberitahuan Ketentuan OPAK

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Populasi pada penelitian ini ialah para mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di IAIN Tulungagung yang terdiri dari tiga jurusan yaitu akuntansi syariah, ekonomi syariah dan perbankan syariah. Adapun jumlah mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun akademik 2015/2016 semester 3 berjumlah 1000 mahasiswa dan mahasiswi. Dan responden yang dijadikan sampel berjumlah 300 mahasiswi di semua jurusan yang berasal dari jurusan perbankan syariah 4 kelas terdiri dari kelas A, B, H, I berjumlah 108 mahasiswi, jurusan ekonomi syariah 6 kelas terdiri dari kelas A, B, F, K, L, N berjumlah 155 mahasiswi, dan jurusan akuntansi syariah 2 kelas terdiri dari kelas A dan B berjumlah 37 mahasiswi. Adapun teknik pengambilan sampelnya sampel random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tata cara berbusana muslim sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat religius. Untuk mengetahui pengaruh dari tata cara berbusana muslim terhadap tingkat religius, peneliti menggunakan rumus regresi linier sederhana. Namun terlebih dahulu diujikan linieritas dan normalitas agar yakin bahwa rumus regresi linier sederhana dapat digunakan untuk mencari pengaruh antara tata cara berbusana muslim terhadap tingkat religius mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diatas, pada variabel tingkat religius terhadap dimensi ideologis diperleh persamaan regresi Y = 91,769 + 0,003 X, yang mana berarti bahwa, jika tata cara berbusana muslim (X) bernilai 0 (nol), 196

197 maka dimensi ideologis bernilai 91,769. Dan jika terdapat penambahan tata cara berbusana muslim sebesar 1, maka akan memberi pengaruh terhadap dimensi ideologis sebesar 0,003. Selain persamaan dalam perhitungan diatas juga digunakan tes korelasi dan uji-t, yang mana pada perhitungan ini terdapat hasil bahwa dengan korelasi sebesar 0,132 dan thitung > ttabel telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang kuat antara tata cara berbusana muslim terhadap dimensi ideologis. Pada variabel tingkat religius terhadap dimensi ritualistik diperoleh persamaan regresi Y = 55,848 + 0,14 X, yang mana berarti bahwa, jika tata cara berbusana muslim (X) bernilai 0 (nol), maka dimensi ritualistik bernilai 55,848. Dan jika terdapat penambahan tata cara berbusana muslim sebesar 1, maka akan memberi pengaruh terhadap dimensi ritualistik sebesar 0,14. Selain persamaan perhitungan ini terdapat hasil bahwa dengan korelasi sebesar 0,332 dan thitung > ttabel telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang kuat antara tata cara berbusana muslim terhadap dimensi ritualistik. Pada variabel tingkat religius terhadap dimensi eksperensial diperleh persamaan regresi Y = 64,63+ 0,04 X, yang mana berarti bahwa, jika tata cara berbusana muslim (X) bernilai 0 (nol), maka dimensi eksperensial bernilai 64,63. Dan jika terdapat penambahan tata cara berbusana muslim sebesar 1, maka akan memberi pengaruh terhadap dimensi eksperensial sebesar 0,04. Selain persamaan perhitungan ini terdapat hasil bahwa dengan korelasi sebesar 0,205 dan thitung > ttabel telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang kuat antara tata cara berbusana muslim terhadap dimensi eksperensial.

198 Pada variabel tingkat religius terhadap dimensi konsekuensial diperleh persamaan regresi Y = 21,30+ 0,06 X, yang mana berarti bahwa, jika tata cara berbusana muslim (X) bernilai 0 (nol), maka dimensi konsekuensial bernilai 21,30. Dan jika terdapat penambahan tata cara berbusana muslim sebesar 1, maka akan memberi pengaruh terhadap dimensi konsekuensial sebesar 0,06. Selain persamaan perhitungan ini terdapat hasil bahwa dengan korelasi sebesar 0,264 dan thitung > ttabel telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang kuat antara tata cara berbusana muslim terhadap dimensi konsekuensial. Pada variabel tingkat religius terhadap dimensi intelektual diperleh persamaan regresi Y = 21,15+ 0,08 X, yang mana berarti bahwa, jika tata cara berbusana muslim (X) bernilai 0 (nol), maka dimensi intelektual bernilai 21,15. Dan jika terdapat penambahan tata cara berbusana muslim sebesar 1, maka akan memberi pengaruh terhadap dimensi intelektual sebesar 0,08. Selain persamaan perhitungan ini terdapat hasil bahwa dengan korelasi sebesar 1734,28 dan thitung > t tabel telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang kuat antara tata cara berbusana muslim terhadap dimensi intelektual. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahawa tata cara berbusana muslim memberikan pengaruh yang kuat terhadap tingkat religius mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Tulungagung. Hal ini di dukung dalam tesis Rizal Sholihuddin yang memaparkan bahwa:

199 Busana atau pakaian bukan hanya sebagai simbolis atas perilaku orang yang memakainya, sebagai identitas dan cerminan diri dari si pemakainya (mencerminkan kepribadian dan status sosial seseorang. 1 Selain itu juga didukung dalam skripsi Reza Ahmadiansah yang memaparkan bahwa: Memakai jilbab yang didasari niat tulus dan keikhlasan akan memberikan dampak positif dan hasil yang optimal, sehingga dapat mencerminkan akhlak dan perilaku yang baik. 2 Selain pendukung dari penelitian lain, penelitian ini juga didukung oleh dalil naqli dengan bunyi sebagai berikut: 1 Rizal Sholihuddin, Strategi Guru PAI dalam Menetapkan Budaya Religius, (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2016), h.261 2 Reza Ahmadiansah, Persepsi Mahasiswi STAIN Salatiga Tentang Busana Muslimah, (Salatiga: STAIN Salatiga, 2010), h.81

200 Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah meraka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puta-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-oran yang beriman supaya kamu beruntung. 3 (Q.s An-Nur: 31) Hasil perhitungan dan interpretasi diatas didukung juga oleh Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung. Yang mana Ketua IAIN Tulungagung mengeluarkan Surat Keputusan Ketua No: Sti.28/02/PP.00.9/2017/K/2010 pada tanggal 26 Juli 2010 yang dalam suratnya beliau menetapkan tentang Pembentukan Tim Penyusun Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung Tahun Akademik 2010/2011 yang dalam lampirannya, tim tersebut diketuai oleh H. Drs. Nur Efendi, M.Ag. dan kemudian pada tanggal 24 Agustus 2010 Ketua IAIN Tulungagung mengeluarkan Surat Keutusan Ketua No: Sti.28/02/PP.00.9/2121/K/2010 tentang penetapan Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung yang telah disahkan. Adapun peraturan yang mengatur tentang busana mahasiswi tertuang dalam butir 6 h yaitu larangan memakai baju pendek dan atau baju dan celana ketat, tembus pandang dan sejenisnya bagi mahasiswi dalam mengikuti akademik dan 3 Syamil Quran Terjemah Tafsir Per Kata,, h. 353

201 layanan administrasi di kampus. Adapun sanksi pelanggarannya yaitu berupa pencabutan hak memperoleh layanan akademik dan administrasi yang terkait. Itulah ketentuan-ketentuan mahasiswi menurut Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung yang harus ditaati dan diterapkan di lingkungan kampus. 4 Berdasarkan analisis dan pengujian pengaruh tata cara berbususana muslim terhadap tingkat religius, di dapatkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang kuat antara Tata Cara Berbusana Muslim terhadap Tingkat Religius dimensi Ideolgis 2. Terdapat pengaruh yang kuat antara Tata Cara Berbusana Muslim terhadap Tingkat Religius dimensi Ritualistik 3. Terdapat pengaruh yang kuat antara Tata Cara Berbusana Muslim terhadap Tingkat Religius dimensi Eksperensial 4. Terdapat pengaruh yang kuat antara Tata Cara Berbusana Muslim terhadap Tingkat Religius dimensi Konsekuensial 5. Terdapat pengaruh yang kuat antara Tata Cara Berbusana Muslim terhadap Tingkat Religius dimensi Intelektual 4 Tim Penyusun Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung, Kode Etik Mahasiswa IAIN Tulungagung (KEM),...h. 12