BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. UU No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara berturut-turut sesuai dengan perubahan Kurikulum yang

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perkembangan peserta didik pada masa sekarang dan masa yang

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada kurikulum KTSP

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV B SDN NO. 34/1 TERATAI. Oleh : LUSY TANIA PURWANI

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 19 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. 1

Linda Fatmawati 1, Sukidin 1, Bambang Suyadi 1 1 Program Studi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Pendekatan Saintifik Model Inquiry Learning dalam

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah bagian dari ilmu IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Penelitian Mukhamad Ryan,2014

STANDAR NASIONAL KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sering didefinisikan dari praktek praktek yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas (2013) menjelaskan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kurikulum 2013 pada semua jenjang pendidikan dasar hingga. menengah. Dalam pengimplementasiannya kurikulum ini telah diuji

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komponen keterampilan bahasa adalah menulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN PPKN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Kurikulum merupakan sistem pembelajaran yang akan menjadi acuan dalam pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan secara berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004 dan tahun 2006, serta yang terbaru adalah diterapkannya pembelajaran kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum 2006 atau KTSP. Perubahan tersebut dikembangkan sesuai dengan tuntutan yang terjadi di masyarakat. Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa. Saat ini pendidikan di Indonesia telah menerapkan kurikulum 2013. Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah di rintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pada standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar. Orientasi Kurikulum 2013 diharapkan terjadinya peningkatan dan 1

2 keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Secara konseptual Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial dan spiritualnya. Untuk merealisasikan harapan tersebut, maka dirasa pelu adanya pendekatan dalam pembelajara yang mencakup segala aspek tersebut. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik. Pendekatan saintifik atau disebut dengan pendekatan ilmiah dianggap sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi diharapkan melahirkan siswa yang produktif, inovatif dan kreatif. Pendekatan saintifik dimaksudkan memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Kemendikbud 2014:53) Pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan coba-coba dan asal berpikir kritis (Kemendikbud 2013:142, Atsnan 2014). Pendekatan saitifik terdiri dari 5 tahap yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/menalar/mengasosiasikan, mengkomunikasikan

3 pembelajaran. Tahapan tersebut saling berkaitan selama proses pembelajaran. Penggunaan pendekatan saintifik memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dari sumber lain di sekitarnya, dengan begitu pemahaman baru yang didapat akan lebih bermakna. Proses menanya memberikan kesempatan siswa untuk mencari tahu sebagai bentuk respon dari materi yang diberikan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Begitu pula dengan kegiatan proses mencoba, dengan mencoba akan mendapatkan hasil belajar yang otentik atau nyata. Dalam proses ini dimaksudkan mengembangkan ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan serta pengetahuan. Pendekatan saintifik menurut Fadlillah (2014:176) adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating). Kegiatan pembealajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilandan pengetahuan siswa secara maksimal. Proses menalar dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan akan menyatu dengan pengalaman sebelumnya yang akan tersimpan di otak. Pengalaman yang diperoleh siswa akan ada di setiap ingatan otak. Pada proses mengkomunikasikan, diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan

4 yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. (Majid 2014:211-234) Faktanya penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran masih menemui beberapa kesulitan. Guru masih belum sepenuhnya melakukan kegiatan menanya, mencoba, menalar, mengamati, menarik kesimpulan maupun mengkomunikasikan. Sesuai yang diungkapkan oleh Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKMP3) Agnes Tuti Rumiati dalam Dialog dan Konsultasi Nasional Terkait Kurikulum 2013 di Gedung PGRI, Jakarta Pusat, dalam surat kabar harian kompas online pada Kamis 16 Oktober 2014 bahwa terdapat banyak hal yang belum dipahami tenaga pendidik terkait kurikulum 2013. Diantaranya guru masih kesulitan menerapkan scientific approach dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan paparan diatas, peneliti melakukan kegiatan observasi awal yaitu pada siswa kelas 2 di SD Muhammadiyah 5 Kota Malang, sekolah tersebut termasuk salah satu sekolah yang masih menerapkan pembelajaran tematik Kurikulum 2013 di Kota Malang. Saat pembelajaran di kelas 2, pada umumnya guru sudah memfasilitasi siswa dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik di kelas. Siswa telah melaksanakan sesuai dengan proses menanya, mengamati, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Tetapi dalam beberapa proses, pencapaiannya kurang maksimal. Ini disebabkan kurang adanya respon siswa pada proses bertanya, siswa belum menemukan ide untuk bertanya tentang materi yang dipelajari. Begitu juga dalam proses mengkomunikasikan, siswa kurang mengkomunikasikan info atau materi pelajaran dengan guru atau dengan teman. Belum tampak aktifitas

5 berkomunikasi yang dijalin antara siswa satu dengan siswa lainnya. Padahal aktifitas yang seharusnya dilakukan dalam pendekatan saintifik meliputi 5 proses menanya, mencoba, menalar, mengamati, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan. Sintawati, R (2014:56) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus sesuai dengan langkah-langkah pendekatan saintifik, yaitu dengan mengamati problem statement, menanya melalui stimulasi, mengumpulkan data melalui data collection, mengasosiasi melalui data prosessing dan generalisasi serta mengkomunikasikan melalui verification. Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajarannya yaitu adanya antusias dalam mengikuti pembelajaran, rasa ingin tahunya berkembang, aktif, berpusat pada siswa dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik siswa kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan umum yang akan dicari jawabannya melalui penelitian dirumuskan: 1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik guru dan siswa di kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang? 2. Bagaimana aktifitas guru dalam penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang? 3. Bagaimana aktifitas siswa dalam penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang?

6 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang diharapkan akan tercapai yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik siswa kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang. 2. Untuk mendeskripsikan aktifitas guru pada pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang. 3. Untuk mendeskripsikan aktifitas siswa pada pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik kelas 2 SD Muhammadiyah 5 Kota Malang. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan maka diharapkan adanya manfaat secara teoritis dan secara praktis yang akan diambil yaitu: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan pembelajaran tematik menggunakan pendekatan saintifik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dalam penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik yang akan berdampak pada pembelajaran di sekolah dasar.

7 b. Bagi guru, dapat memberikan pemahaman lebih luas dalam penerapan pembelajaran tematik menggunakan pendekatan saintifik. c. Bagi sekolah, memberikan sumbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan pembelajaran tematik menggunakan pendekatan saintifik. 1.5 Batasan Istilah Memberi kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah terhadap istilah yang digunakan dalam judul ini, maka diberikan batasan-batasan istilah yang ada hubungannya dengan judul ini, yaitu : 1. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam pembelajaran secara ilmiah, yaitu proses pembelajaran dilakukan sendiri oleh siswa. Hasil yang diperoleh merupakan hasil dari pemikiran sandiri yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan dalam pendekatan ini yaitu meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba dan menyimpulkan serta mengkomunikasikan. 2. Pembelajaran tematik merupakan bentuk pembelajaran yang berangkat dari suatu tema. Tema tersebut yang memadukan dari beberapa mata pelajaran menjadi satu tema pokok. Konsep tema tersebut akan memberikan pemahaman secara langsung tentang hubungan dari beberapa konsep lain sehingga membuat pemahaman lebih bermakna. Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung yang di pusatkan kepada siswa.