BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

WALIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

DATA PIRANTI LUNAK SEKSI PROPAM POLRES SUMBAWA TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

KESEPAKATAN KINERJA SPESIFIK

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

LAPORAN BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Kepolisian Republik Indonesia telah terbukti

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

Bab III PENUTUP. internal Bidpropam Polda DIY belum dilaksanakan secara optimal.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 SERI D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

MATRIKS VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BAWASLU RI TAHUN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam sebuah perusahaan karena pada dasarnya seorang pekerja adalah salah satu kunci utama dalam organisasi yang dapat memberikan sebuah tenaga maupun pikirannya untuk membuat suatu organisasi tersebut lebih berkembang, untuk menilai suatu keberhasilan sebuah perusahaan dapat di lihat berdasarkan kualitas pekerjaan yang diberikan oleh karyawan. Di dalam setiap perusahaan ataupun intasi pasti memiliki karyawan yang masih belum memberikan produktivitas kerja yang optimal atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut dapat di lihat dari berbagai sudut pandang karyawan itu sendiri, menurut Gallup (2004) agar sumber daya manusia bekerja dengan maksimal karyawan juga harus memiliki engaged dengan perusahaan. Karyawan yang memiliki engaged terhadap perusahaanya pasti akan lebih terikat terhadap pekerjaannya dan memberikan seluruh tenaganya atau lebih proaktif dalam mencapai tujuan pekerjaannya. Pada dasarnya keterikatan kerja juga membuat seseorang menjadi lebih inisiatif, proaktif, lebih jarang sakit, lebih sedikit membuat turnover, menunjukan produktifitas yang tinggi, meningkatkan kepuasan pelanggan dan memberikan keuntungan bagi perusahaan (Schaufeli, 2011). Menurut Khan (1990) keterikatan di konsepkan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif dan emosional selama bekerja. Saks (2006) mengemukakan beberapa hasil mengenai manfaat keterikatan kerja, diantaranya kepuasan kerja pengujian membuktikan bahwa keterikatan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Karyawan yang engaged sudah pasti memiliki rasa cinta kepada perusahaan mereka dan sudah pasti puas atas segala sesuatu yang melekat pada pekerjaannya. Dari penelitian yang dilakukan oleh ABC International Inc Aldira (2012), ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat keterikatan kerja karyawan maka semakin tinggi pula pencapaian organisasi terhadap target yang direcanankannya. Demikian pula, semakin tinggi tingkat 1

2 keterikatan kerja karyawan semakin tinggi juga kepuasan kerja yang dirasakan seorang karyawan. Di dalam dunia kerja, suatu pekerjaan didasari oleh adanya sebuah penilaian kinerja begitu juga dengan intasi lembaga kepolisian. Kinerja yang dilakukan anggota polisi tidak luput dari sebuah penilaian publik mengenai kualitas kerja yang diberikan oleh anggota kepolisian. Citra polisi merupakan suatu proses penilaian yang di nilai berdasarkan hasil kerja yang dinilai oleh masyarakat, baik yang bersifat positif atau negatif. Citra positif akan membentuk kepercayaan masyarakat selama masih dapat dipertahankan, namun sebaliknya citra dapat berubah menjadi buruk dan negatif bila dikemudian hari ternyata tidak didukung dengan kemampuan dan kualitas yang baik. Polres Metro Bekasi merupakan aparatur negara yang berfungsi dalam keamanan dan ketertiban yang ditunjuk untuk menjamin terpeliharanya situasi, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam lembaga kepolisian terdapat beberapa anggota yang memiliki tugas dan fungsi masingmasing yang biasa disebut sebagai anggota kepolisian. Anggota kepolisiam juga dapat dikatakan sebagai penegak hukum yang mengatur tata tertib dan keamanan terhadap negara untuk menciptakan suasana tentram atau damai di lingkungan masyarakat, adapun beberapa visi dan misi kepolisian antara lain, terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang berkualitas, terjalinnya sinergi polisional yang proaktif, melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif, menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran pada masyarakat baik berupa jasa maupun barang (www.polri.go.id). Agar terciptanya visi dan misi tersebut diharapkan para anggota kepolisian berkontribusi dengan aktif agar pedoman maupun tujuan yang sudah ditetapkan terlaksana dengan baik, karena setiap pegawai dalam organisasi pada dasarnya dituntut untuk memberikan kontribusi positif melalui kinerja yang baik untuk dapat menghasilkan kualitas kinerja yang lebih produktif dan berkembang.

3 Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Agus Riyanto menyebutkan, setiap tahun terdapat personil atau anggota kepolisian Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) mencapai angka lebih dari seratus dari seluruh Polda se-indonesia. Berdasarkan data yang didapat dari Divisi Profesi Pengamanan (Propam) Polri, terdapat jumlah pelanggaran hukum atau pidana yang dilakukan oleh anggota Polri yaitu salah satunya berupa pelanggaran disiplin, pada tahun 2009 terdapat 5.881 kasus, 6.900 kasus pada tahun 2010, 4.015 kasus pada tahun 2011, 4451 kasus pada tahun 2012, dan 3.153 kasus pada tahun 2013). Tindakan angggota polisi yang melakukan pelanggaran atau terbukti bersalah akan disidang sesuai dengan kode etik yang sudah ditetapkan, kemudian dikeluarkan rekomendasi yang salah satunya ialah PTHD (www.republika.co.id). Adapun kasus lain yang terjadi di daerah Polres Metro Bekasi Kota bahwa Kapolres Metro Bekasi Kombes Asep Adi menyatakan salah satu anggotanya ditangkap pada Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Propam Polres Metro Bekasi karena diduga telah meminta sejumlah uang kepada pihak terlapor untuk mencabut laporan terkait dengan kasus narkoba ( www.gobekasi.co.id).hal yang sama juga terjadi di Polresta Bekasi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, merekomendasikana pemecatan tidak hormat untuk tujuh personelnya yang terlibat kasus pelanggaran kode etik profesi dan pidana. Wakapolresta Bekasi, AKBP Benny Ganda Sudjana menjelaskan dari 30 anggota kepolisian yang diproses hukum, 7 di antaranya direkomendasikan untuk dipecat dengan tidak hormat karena melakukan pelanggaran kode etik maupun pidana (www.kabar24.bisnis.com). Tidak hanya itu terdapat kasus lain yang dilakukan anggota kepolisian bekasi yaitu di kutip dari data resmi Polres Metro Bekasi Kota pada tahun 2015 terdapat 16 Laporan pengaduan terhadap pelayanan yang diberikan Polri. Sedangkan pada tahun 2016 Polres Metro Bekasi Kota mendapat pengadauan masyarakat sebanyak 17 laporan pengaduan dari masyarakat. Hal ini membuat pencapaian kinerja tidak tercapai sesuai dengan target yang diharapkan sebagaimana terlampir grafik 1.1.

4 Grafik 1 Pengaduan Masyarakat Terhadap Pelayanan Polri Sumber : Polres Metro Bekasi Belum tercapainya penurunan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan Polri, bukan berarti menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada Kepolisian. Seluruh laporan pengaduan masyarakat masih harus dibuktikan kebenarannya melalui proses penyelidikan dan penyidikan oleh Seksi Propam dan Seksi Pengawasan Polres Metro Bekasi Kota. Data pengaduan yang masuk di Polres Metro Bekasi Kota pada tahun 2016 sebanyak 17 pengaduan. Dari seluruh pengaduan yang masuk di Polres Metro Bekasi Kota setelah dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan oleh seksi Propam terdapat 12 pengaduan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran, sedangkan 5 pengaduan terbukti melakukan pelanggaran sesuai dengan pengaduan masyarakat( Polres Metro Bekasi). Dari kumpulan kasus kasus di atas menjelasakan tentang adanya anggota kepolisian yang kualitas kinerjanya sudah tidak sesuai dengan tugas pokok kepolisian, sehingga dapat menyebabkan penurunan atau padangan negatif akan citra polisi yang baik dikalangan masyarakat. Individu dalam suatu perusahaan adalah salah satu sumber daya yang penting, oleh karena itu sumber daya manusia harus dijadikan salah satu prioritas utama agar pemanfaatannya sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tajjudin (2012). Untuk itu hal tersebut menunjukan bahwa pentingnya anggota polisi menanamkan diri mereka untuk lebih terlibat atau terikat dalam sebuah pekerjaannya agar kualitas kerja yang diberikan lebih produktif bahkan bisa meningkat terutama dalam penangan tugas yang dilakukan dan berupaya bisa menurunkan penyimpangan kode etik kerja yang terjadi dikalangan

5 anggota kepolisian. Salah satu nilai tambah jika seseorang karyawan atau pekerja memiliki keterikatan tinggi maka akan diikuti dengan performa kinerja yang baik. Woodward (1987) menjelaskan bahwa ketika karyawan mempunyai keterikatan kerja yang rendah maka seorang tersebut akan menjadi seorang yang hadir secara fisik saja tetapi ketika seorang karyawan sepenuhnya terlibat dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan energi dan fokus akan suatu pekerjaanya. Pekerja dengan keterikatan kerja akan memiliki semangat yang tinggi, antusiasme dalam bekerja dan mereka seringkali terbenam dengan pekerjaan sehingga cenderung memiliki kinerja dan produktifitas yang tinggi (Xanthopoulou, Bakker, dan Fishbach, 2013). Agar karyawan menghasilkan kinerja yang baik maka suatu perusahaan atau intasi lembaga negara juga harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan setiap karyawannya karena karyawan yang merasa puas di tempat kerjanya dapat berpengaruh pada kinerja karyawan sehingga karyawan akan memberikan seluruh kualitas yang ia miliki dan merujuk pada produktifitas yang baik. Menurut Gibson (2000) terdapat hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja dapat menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Robbins & Judge (2008) menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu perasaan tentang pekerjaan yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada karakteristikkarakteristiknya, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi meiliki perasaan yang positif mengenai pekerjaannya sedangkan seseorang yang memiliki level yang rendah pada kepuasan merujuk pada perasaan yang negatif. Karyawan dapat merasakan suatu pekerjaannya menguntungkan atau merugikan dirinya itu semua tergantung pada persepsi mereka apakah tempat ia bekerja memberikan kepuasan atau tidak. Hal ini juga dapat dilihat pada kinerja kepolisian yang diberikan, ketika suatu anggota kepolisan menilai suatu pekerjaan itu menyenangkan untuk dikerjakan, dan mereka mengatakan bahwa pekerjaan itu memberikan kepuasan kerja, maka keadaan ini dapat dilihat dari hasil pekerjaannya, jika kinerja yang dilakukan semakin baik maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut merasa puas atas pekerjaannya.

6 Berdasarkan uraian fenomena yang penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Apakah Keterikatan dan Kepuasan Kerja memiliki hubungan dengan Kinerja di Kepolisian Polres Metro Bekasi. Maka penulis memutuskan memberi penelitian ini dengan judul Hubungan Keterikatan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja di Kepolisian Polres Metro Kota Bekasi Kota. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah keterikatan kerja berhubungan dengan kepuasan kerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 2. Apakah keterikatan kerja berhubungan dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 3. Apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan keteikatan kerja dan kepuasan kerja dengan kinerja di Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota, dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan keterikatan kerja dengan kepuasan kerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota 2. Untuk mengetahui hubungan keterikatan kerja dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota 3. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota