BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam sebuah perusahaan karena pada dasarnya seorang pekerja adalah salah satu kunci utama dalam organisasi yang dapat memberikan sebuah tenaga maupun pikirannya untuk membuat suatu organisasi tersebut lebih berkembang, untuk menilai suatu keberhasilan sebuah perusahaan dapat di lihat berdasarkan kualitas pekerjaan yang diberikan oleh karyawan. Di dalam setiap perusahaan ataupun intasi pasti memiliki karyawan yang masih belum memberikan produktivitas kerja yang optimal atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut dapat di lihat dari berbagai sudut pandang karyawan itu sendiri, menurut Gallup (2004) agar sumber daya manusia bekerja dengan maksimal karyawan juga harus memiliki engaged dengan perusahaan. Karyawan yang memiliki engaged terhadap perusahaanya pasti akan lebih terikat terhadap pekerjaannya dan memberikan seluruh tenaganya atau lebih proaktif dalam mencapai tujuan pekerjaannya. Pada dasarnya keterikatan kerja juga membuat seseorang menjadi lebih inisiatif, proaktif, lebih jarang sakit, lebih sedikit membuat turnover, menunjukan produktifitas yang tinggi, meningkatkan kepuasan pelanggan dan memberikan keuntungan bagi perusahaan (Schaufeli, 2011). Menurut Khan (1990) keterikatan di konsepkan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif dan emosional selama bekerja. Saks (2006) mengemukakan beberapa hasil mengenai manfaat keterikatan kerja, diantaranya kepuasan kerja pengujian membuktikan bahwa keterikatan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Karyawan yang engaged sudah pasti memiliki rasa cinta kepada perusahaan mereka dan sudah pasti puas atas segala sesuatu yang melekat pada pekerjaannya. Dari penelitian yang dilakukan oleh ABC International Inc Aldira (2012), ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat keterikatan kerja karyawan maka semakin tinggi pula pencapaian organisasi terhadap target yang direcanankannya. Demikian pula, semakin tinggi tingkat 1
2 keterikatan kerja karyawan semakin tinggi juga kepuasan kerja yang dirasakan seorang karyawan. Di dalam dunia kerja, suatu pekerjaan didasari oleh adanya sebuah penilaian kinerja begitu juga dengan intasi lembaga kepolisian. Kinerja yang dilakukan anggota polisi tidak luput dari sebuah penilaian publik mengenai kualitas kerja yang diberikan oleh anggota kepolisian. Citra polisi merupakan suatu proses penilaian yang di nilai berdasarkan hasil kerja yang dinilai oleh masyarakat, baik yang bersifat positif atau negatif. Citra positif akan membentuk kepercayaan masyarakat selama masih dapat dipertahankan, namun sebaliknya citra dapat berubah menjadi buruk dan negatif bila dikemudian hari ternyata tidak didukung dengan kemampuan dan kualitas yang baik. Polres Metro Bekasi merupakan aparatur negara yang berfungsi dalam keamanan dan ketertiban yang ditunjuk untuk menjamin terpeliharanya situasi, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam lembaga kepolisian terdapat beberapa anggota yang memiliki tugas dan fungsi masingmasing yang biasa disebut sebagai anggota kepolisian. Anggota kepolisiam juga dapat dikatakan sebagai penegak hukum yang mengatur tata tertib dan keamanan terhadap negara untuk menciptakan suasana tentram atau damai di lingkungan masyarakat, adapun beberapa visi dan misi kepolisian antara lain, terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang berkualitas, terjalinnya sinergi polisional yang proaktif, melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif, menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran pada masyarakat baik berupa jasa maupun barang (www.polri.go.id). Agar terciptanya visi dan misi tersebut diharapkan para anggota kepolisian berkontribusi dengan aktif agar pedoman maupun tujuan yang sudah ditetapkan terlaksana dengan baik, karena setiap pegawai dalam organisasi pada dasarnya dituntut untuk memberikan kontribusi positif melalui kinerja yang baik untuk dapat menghasilkan kualitas kinerja yang lebih produktif dan berkembang.
3 Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Agus Riyanto menyebutkan, setiap tahun terdapat personil atau anggota kepolisian Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) mencapai angka lebih dari seratus dari seluruh Polda se-indonesia. Berdasarkan data yang didapat dari Divisi Profesi Pengamanan (Propam) Polri, terdapat jumlah pelanggaran hukum atau pidana yang dilakukan oleh anggota Polri yaitu salah satunya berupa pelanggaran disiplin, pada tahun 2009 terdapat 5.881 kasus, 6.900 kasus pada tahun 2010, 4.015 kasus pada tahun 2011, 4451 kasus pada tahun 2012, dan 3.153 kasus pada tahun 2013). Tindakan angggota polisi yang melakukan pelanggaran atau terbukti bersalah akan disidang sesuai dengan kode etik yang sudah ditetapkan, kemudian dikeluarkan rekomendasi yang salah satunya ialah PTHD (www.republika.co.id). Adapun kasus lain yang terjadi di daerah Polres Metro Bekasi Kota bahwa Kapolres Metro Bekasi Kombes Asep Adi menyatakan salah satu anggotanya ditangkap pada Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Propam Polres Metro Bekasi karena diduga telah meminta sejumlah uang kepada pihak terlapor untuk mencabut laporan terkait dengan kasus narkoba ( www.gobekasi.co.id).hal yang sama juga terjadi di Polresta Bekasi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, merekomendasikana pemecatan tidak hormat untuk tujuh personelnya yang terlibat kasus pelanggaran kode etik profesi dan pidana. Wakapolresta Bekasi, AKBP Benny Ganda Sudjana menjelaskan dari 30 anggota kepolisian yang diproses hukum, 7 di antaranya direkomendasikan untuk dipecat dengan tidak hormat karena melakukan pelanggaran kode etik maupun pidana (www.kabar24.bisnis.com). Tidak hanya itu terdapat kasus lain yang dilakukan anggota kepolisian bekasi yaitu di kutip dari data resmi Polres Metro Bekasi Kota pada tahun 2015 terdapat 16 Laporan pengaduan terhadap pelayanan yang diberikan Polri. Sedangkan pada tahun 2016 Polres Metro Bekasi Kota mendapat pengadauan masyarakat sebanyak 17 laporan pengaduan dari masyarakat. Hal ini membuat pencapaian kinerja tidak tercapai sesuai dengan target yang diharapkan sebagaimana terlampir grafik 1.1.
4 Grafik 1 Pengaduan Masyarakat Terhadap Pelayanan Polri Sumber : Polres Metro Bekasi Belum tercapainya penurunan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan Polri, bukan berarti menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada Kepolisian. Seluruh laporan pengaduan masyarakat masih harus dibuktikan kebenarannya melalui proses penyelidikan dan penyidikan oleh Seksi Propam dan Seksi Pengawasan Polres Metro Bekasi Kota. Data pengaduan yang masuk di Polres Metro Bekasi Kota pada tahun 2016 sebanyak 17 pengaduan. Dari seluruh pengaduan yang masuk di Polres Metro Bekasi Kota setelah dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan oleh seksi Propam terdapat 12 pengaduan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran, sedangkan 5 pengaduan terbukti melakukan pelanggaran sesuai dengan pengaduan masyarakat( Polres Metro Bekasi). Dari kumpulan kasus kasus di atas menjelasakan tentang adanya anggota kepolisian yang kualitas kinerjanya sudah tidak sesuai dengan tugas pokok kepolisian, sehingga dapat menyebabkan penurunan atau padangan negatif akan citra polisi yang baik dikalangan masyarakat. Individu dalam suatu perusahaan adalah salah satu sumber daya yang penting, oleh karena itu sumber daya manusia harus dijadikan salah satu prioritas utama agar pemanfaatannya sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tajjudin (2012). Untuk itu hal tersebut menunjukan bahwa pentingnya anggota polisi menanamkan diri mereka untuk lebih terlibat atau terikat dalam sebuah pekerjaannya agar kualitas kerja yang diberikan lebih produktif bahkan bisa meningkat terutama dalam penangan tugas yang dilakukan dan berupaya bisa menurunkan penyimpangan kode etik kerja yang terjadi dikalangan
5 anggota kepolisian. Salah satu nilai tambah jika seseorang karyawan atau pekerja memiliki keterikatan tinggi maka akan diikuti dengan performa kinerja yang baik. Woodward (1987) menjelaskan bahwa ketika karyawan mempunyai keterikatan kerja yang rendah maka seorang tersebut akan menjadi seorang yang hadir secara fisik saja tetapi ketika seorang karyawan sepenuhnya terlibat dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan energi dan fokus akan suatu pekerjaanya. Pekerja dengan keterikatan kerja akan memiliki semangat yang tinggi, antusiasme dalam bekerja dan mereka seringkali terbenam dengan pekerjaan sehingga cenderung memiliki kinerja dan produktifitas yang tinggi (Xanthopoulou, Bakker, dan Fishbach, 2013). Agar karyawan menghasilkan kinerja yang baik maka suatu perusahaan atau intasi lembaga negara juga harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan setiap karyawannya karena karyawan yang merasa puas di tempat kerjanya dapat berpengaruh pada kinerja karyawan sehingga karyawan akan memberikan seluruh kualitas yang ia miliki dan merujuk pada produktifitas yang baik. Menurut Gibson (2000) terdapat hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja dapat menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Robbins & Judge (2008) menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu perasaan tentang pekerjaan yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada karakteristikkarakteristiknya, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi meiliki perasaan yang positif mengenai pekerjaannya sedangkan seseorang yang memiliki level yang rendah pada kepuasan merujuk pada perasaan yang negatif. Karyawan dapat merasakan suatu pekerjaannya menguntungkan atau merugikan dirinya itu semua tergantung pada persepsi mereka apakah tempat ia bekerja memberikan kepuasan atau tidak. Hal ini juga dapat dilihat pada kinerja kepolisian yang diberikan, ketika suatu anggota kepolisan menilai suatu pekerjaan itu menyenangkan untuk dikerjakan, dan mereka mengatakan bahwa pekerjaan itu memberikan kepuasan kerja, maka keadaan ini dapat dilihat dari hasil pekerjaannya, jika kinerja yang dilakukan semakin baik maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut merasa puas atas pekerjaannya.
6 Berdasarkan uraian fenomena yang penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Apakah Keterikatan dan Kepuasan Kerja memiliki hubungan dengan Kinerja di Kepolisian Polres Metro Bekasi. Maka penulis memutuskan memberi penelitian ini dengan judul Hubungan Keterikatan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja di Kepolisian Polres Metro Kota Bekasi Kota. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah keterikatan kerja berhubungan dengan kepuasan kerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 2. Apakah keterikatan kerja berhubungan dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 3. Apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan keteikatan kerja dan kepuasan kerja dengan kinerja di Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota, dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan keterikatan kerja dengan kepuasan kerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota 2. Untuk mengetahui hubungan keterikatan kerja dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota 3. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dengan kinerja anggota Kepolisian Polres Metro Bekasi Kota