DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

HASIL PENELITIAN EVALUASI KINERJA SISTEM DRAINASE DI WILAYAH PUSAT KOTA AMURANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP BESARNYA DEBIT(Q) PADA SUATU KAWASAN (STUDI KASUS PASAR FLAMBOYAN)

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

JUDUL TUGAS AKHIR. Analisa Kapasitas Saluran Drainase Sekunder Penanganan. Banjir Pada Komplek Boulevar Hijau, Kelurahan Pejuang,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

POLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG

TESIS RE Oleh: Prisma Yogiswari

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang hidup bersama sama dalam suatu ruang yang terbatas agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

HASIL PENELITIAN. Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA 2, Raymond Ch. Taroreh, ST, MT 3

Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

Diktat Perencanaan Infrastruktur Kota

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

Drainase P e r kotaa n

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

KAJIAN KONDISI EMPIRIS DRAINASE KAWASAN PESISIR MENUJU SANITASI BERKELANJUTAN

Kata Kunci : Kawasan resapan air, Penggunaan Lahan, Kota Manado

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PELAYANAN DRAINASE DI KAWASAN SEKITAR KAMPUS UNDIP TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE DI PASAR TAVIP PEMERINTAHAN KOTA BINJAI

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

LOGO Potens i Guna Lahan

Transkripsi:

DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO Bimo Sakti, Ir. Pierre H. Gosal, MEDS, dan Hendriek H. Karongkong, ST, MT 3 Mahasiswa S Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado &3 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Abstrak. Kejadian berupa banjir dan genangan merupakan suatu hal yang terjadi setiap musim hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah perkotaan. Hal tersebut terjadi juga di Kota Manado Kecamatan Paal Dua, di daerah ini selalu mengalami genangan air pada saat musim hujan. Perkembangan pembangunan kota pada kawasan ini mengakibatkan berkurangnya lahan tak terbangun, hal inilah yang merupakan pemicu terjadinya peningkatan volume air pada permukaan tanah. Dimana air pada permukaan yang mengalir tidak sesuai lagi dengan perhitungan awal perencanaan drainase kawasan secara eksisting. Dampak dari peningkatan jumlah aliran air permukaan atau run off ketika hujan pada lokasi penelitian ini mengakibatkan masalah pada sistem drainase kawasan. Dengan mengidentifikasi perkembangan penggunaan lahan dan mengkaji dampak dari perkembangan penggunaan lahan terhadap sistem drainase di Kecamatan Paal Dua Kota Manado diharapkan akan didapati sebuah solusi yang sesuai untuk mengantisipasi terjadinya perencanaan yang tidak tepat pada kawasan / lokasi Penelitian. Untuk itu dalam rangka mengkaji dampak dari perkembangan pembangunan terhadap perencanaan sistem drainase kawasan digunakanlah metode analisis spasial untuk membantu dalam penggambaran perkembangan penggunaan lahan yang terjadi pada 5 tahun terakhir. Sedangkan metode statistik deskriptif digunakan untuk mengumpulkan sekaligus menyajikan data yang telah terkumpul dan mendeskripsikannya sesuai dengan kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam perkembangan penggunaan lahan terbangun dari tahun 003 sampai 05 sebesar,3% dari luas wilayah kecamatan sebesar 95,06 Ha yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air di wilayah kecamatan ini. Hal itulah yang memberikan dampak pada sistem drainase yang ada. Kata kunci : Dampak, Perkembangan Penggunaan, Sistem Drainase PENDAHULUAN Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat. Pertumbuhan kota dengan diiringi penduduk yang besar bagaimanapun akan membutuhkan area yang lebih besar, sehingga akan menimbulkan permasalahan dengan alam. Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan, karena bagaimanapun alam merupakan unit terpenting bagi kelangsungan aktivitas kota (Salim, 997). Perkembangan lahan tersebut pada umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dari lahan yang terbatas. Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan, karena bagaimanapun alam merupakan unit terpenting bagi kelangsungan aktivitas kota (Salim, 997). Perkembangan lahan tersebut pada umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dari lahan yang terbatas. Berkurangnya daerah resapan air dikarenakan perkembangan penggunaan 46

lahan akan menimbulkan dampak. Daerah resapan air selama ini dikesampingkan fungsinya padahal hal itu sangat vital. Dengan menurunnya daerah resapan air dari kawasan tersebut menimbulkan dampak negatif pada kecamatan ini yaitu terganggunya daya resap tanah sehingga aliran permukaan (run off) menjadi semakin besar. Tak hanya itu, selain aliran air yang datang melebihi kemampuan drainase yang sebenarnya. Aliran air ini membawa tanah yang membuat drainase bersedimen dan membuat dimensi lebih mengecil. Pada akhirnya kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya genangan di beberapa titik pada kecamatan Paal Dua. TINJAUAN PUSTAKA Dampak Definisi dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi (baik itu negatif atau positif) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu/ sekelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kegiatan sehari-hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazim digunakan dalam masyarakat luas dan hampir familiar di semua tataran usia. Pengertian lahan menurut Jayadinata (999) merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan. Menurut Chapin (979) kebutuhan penggunaan lahan dalam struktur tata ruang kota/wilayah berkaitan dengan 3 sistem yang ada : a. Sistem kegiatan, manusia dan kelembagaannya untuk memenuhi kebutuhannya yang berinteraksi dalam waktu dan ruang. b. Sistem pengembangan lahan yang berfokus untuk kebutuhan manusia dalam aktivitas kehidupan. c. Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik dengan air, udara dan material. Perubahan Guna Menurut Sandy (960) suatu daerah yang mempunyai jumlah penduduk persatuan wilayah lebih banyak akan mempunyai intensitas kegiatan ekonomi lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang penduduknya lebih sedikit. Hal ini dikarenakan adanya konsentrasi kegiatan cenderung terpusat pada lahan yang dapat memberikan kesempatan hidup lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, maka perubahan guna lahan dapat saja terjadi pada pinggiran wilayah yang mempunyai kualitas yang lebih dibanding dengan yang lain. Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta caracara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 984). Sistem Drainase Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan penerima air, biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 004). Menurut Kodoatie, 003 sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas (dua) bagian yaitu :. Sistem Drainase Mayor.. Sistem Drainase Minor. 47

METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan untuk penelitian ini berupa analisis kuantitatif deskriptif terhadap data berupa perkembangan penggunaan lahan,dan sistem jaringan drainase.. Mengidentifikasi perkembangan penggunaan lahan di kecamatan Paal Dua berdasarkan analisis spasial untuk menjelaskan karakteristik penggunaan lahan dan perubahannya yang terdapat pada tahun 003, 006, 009,0 dan tahun 05.. Mengkaji dampak dari perkembangan penggunaan lahan terhadap sistem drainase di kecamatan Paal Dua yaitu dengan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diiterpretasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Kecamaatan Paal Dua Kecamatan Paal Dua memiliki memiliki 7 kelurahan di dalamnya yakni Kelurahan Dendengan Dalam, Kelurahan Dendengan Luar, Kelurahan Ranomut, Kelurahan Kairagi Weru, Kelurahan Malendeng, Kelurahan Paal Dua, Kelurahan Perkamil. luas wilayah sebesar 95,06 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Mapanget Sebelah Timur : Kecamatan Tikala Sebelah Selatan : Kecamatan Tombulu Minahasa Sebelah Barat : Kecamatan Tikala Gambar Peta Administrasi Kecamatan Paal Dua Kecamatan Paal Dua merupakan satu dari sebelas kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kota Manado. Wilayah ini berada di pinggiran Kota Manado dan pada sisi selatan pada Kecamatan ini berbatas langsung denan Kabupaten Minahasa. Kecamatan ini memiliki sungai pada sisi utara dan sisi selatan. Sekaligus menjadi batas administrasi dengan kecamatan-kecamatan sekitar. Penggunaan Penggunaan lahan di Kecamatan Paal Dua berdasarkan klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Penggunaan Kecamatan Paal Dua Penggunaan (Ha) Peribadatan 0.5 Transportasi 0.97 Jasa pelayanan umum.06 Industri.59 Jasa pendidikan.05 Kolam.09 Perdagangan 3.94 Perkantoran 4.7 Perkuburan 0. Pergudangan.55 Tanah kosong 9.6 Perumahan 398.69 Perkebunan 468.93 Berdasarkan tabel penggunaan lahan Kecamatan Paal Dua terlihat beragam jenis penggunaan lahan yang ada seperti : lahan industri, lahan pelayanan umum, lahan pemerintahan/ kantor, lahan jasa pendidikan, lahan kolam, lahan pekuburan, lahan perdagangan, lahan pergudangan, lahan perkebunan, lahan perumahan, lahan tanah kosong dan lahan transportasi. Pada penggunaan lahan di Kecamatan Paal Dua didominasi oleh perkebuna-n seluas ±468.7 Ha, kemudian disusul dengan perumahan seluas ±398.69. selebihnya 48

terbagi habis oleh perkantoran, perkuburan, perdagangan dll. Gambar Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Seperti yang terlihat pada gambar diatas diatas, penutupan lahan di Kecamatan Paal Dua didominasi oleh perkebunan seluas ±468.7 Ha, kemudian disusul dengan perumahan seluas ±398.69. selebihnya terbagi habis oleh perkantoran, perkuburan, perdagangan dll. Gambaran Umum Drainase Lokasi Penelitian Dalam sistem drainase di Kecamatan Paal Dua terbagi atas dua bagian yaitu sistem drainase mayor dan sistem drainase minor. Sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem pembuangan utama berskala besar dan luas, seperti sistem drainase kota saluran primer dan sungai. Dan sistem drainase minor yang terdapat pada wilayah penelitian ini disebut juga sebagai sistem saluran pelengkap. namun memiliki fungsi yang besar yaitu menangkap serta mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dan dari bangunan sekitar. Dalam sistem drainase minor ini terdapat sistem drainase kota saluran sekunder dan sistem drainase kota saluran tersier. Gambar 3 Peta Sistem Drainase Kecamatan Paal Dua ANALISIS PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN Wilayah Kecamatan Paal Dua yang memiliki luas sebesar 95,06 ha dan memiliki bentuk penggunaan lahan yang beraneka ragam dalam hal jenis, luasan dan sebarannya. Keanekaragaman penggunaan lahan dalam penelitian ini dibedakan atas jenis yaitu dan Tidak. Untuk mengklasifikasi penggunaan lahan pada wilayah sasaran dalam penelitian ini, digunakan data citra yang ditunjuk untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan actual dari setiap tahun penelitian yaitu, peta penggunaan lahan tahun 003, peta penggunaan lahan tahun 006, peta penggunaan lahan tahun 009, peta penggunaan lahan tahun 0 dan peta penggunaan lahan tahun 05 yang berasal dari hasil analisa penulis serta peta tersebut memiliki skala : 30.000. Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perbandingan pasca klasifikasi serta analisis deret waktu (time series) penggunaan lahan di Kecamatan Paal Dua tahun 003, 006, 009, 0 dan 05 sebagai berikut: Penggunaan Tahun 003 tahun 003 di Kecamatan Paal Dua maka sebagai berikut: 49

Tabel Penggunaan lahan tahun 003 Penggunan 3,68 33,69 Tidak 63,38 66,3 Berdasarkan Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 003 dapat lahan tidak terbangun sebesar 63,38 ha dari luas wilayah 95,06 ha. Gambar 4 Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Manado 003 Penggunaan Tahun 006 tahun 006 di Kecamatan Paal Dua maka sebagai berikut. Tabel 3 Penggunaan lahan tahun 006 Penggunan 39,5 35,6 Tidak 595,55 64,38 Berdasarkan Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 006 dapat lahan tidak terbangun sebesar 595,55 ha dari luas wilayah 95,06 ha. Gambar 5 Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Manado 006 Penggunaan Tahun 009 tahun 009 di Kecamatan Paal Dua maka sebagai berikut: Tabel 4 Penggunaan lahan tahun 009 Penggunan 35, 37,97 Tidak 573,84 6,03 Berdasarkan Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 009 dapat lahan tidak terbangun sebesar 573,84 ha dari luas wilayah 95,06 ha. Gambar 5 Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Manado 009 50

Penggunaan Tahun 0 tahun 0 di Kecamatan Paal Dua maka sebagai berikut. Tabel 5 Penggunaan lahan tahun 0 400,95 43,34 Tidak 54, 56,66 Berdasarkan Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 0 dapat lahan tidak terbangun sebesar 54, dari luas wilayah 95,06 ha. Gambar 6 Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Manado 0 Penggunaan Tahun 05 tahun 05 di Kecamatan Paal Dua maka sebagai berikut. Tabel 6 Penggunaan lahan tahun 05 Penggunan 44,86 45,93 Penggunan Tidak 500,0 54,07 Berdasarkan Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 05 dapat lahan tidak terbangun sebesar 500,0 ha dari luas wilayah 95,06 ha. Gambar 7 Peta Penggunaan Kecamatan Paal Dua Manado 05 Perkembangan Penggunaan Tahun 003 Tahun 05 Berdasarkan peta perkembangan penggunaan lahan tahun 003 - tahun 05 di Kecamatan Paal Dua maka dapat diketahui luasan penggunaan lahan sebagai berikut. Tabel 7 Perkembangan Penggunaan Tahun 003 Tahun 05 3 Penggunan Thn 003 Tidak Thn 05 Perkembangan Penggunaan Thn 003 Thn 05 3,68 33,69 500,0 54,07 3,8,3 Berdasarkan Peta Perkembangan Penggunaan Kecamatan Paal Dua tahun 003 - tahun 05 dapat diketahui bahwa perkembangan penggunaan lahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan terbangun tahun 003, lahan tidak 5

terbangun tahun 05 dan perkembangan penggunaan lahan tahun 003 tahun 05. lahan tidak terbangun sebesar 500,0 ha dari luas wilayah 95,06 ha. Tabel 8 Volume Air Permukaan Volume Tahun Air (Ha) Permukaan 003 3,68 45.6,7 006 39,5 47.85,44 3 009 35, 5.004,7 4 0 400,95 58.5,96 Gambar 8 Peta Perkembangan Penggunaan Tahun 003 Tahun 05 Kecamatan Paal Dua Manado Analisis Volume Air Permukaan Pesatnya perkembangan kawasan yang ada di kota Manado khususnya Kecamatan Paal Dua, selain memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi, ternyata pada sisi lainnya dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan lingkungan, apabila kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak memperhitungkan faktor daya dukung lahan, bencana banjir ataupun genangan air merupakan salah satu dampak yang akan kita dapati. Permasalahan banjir atau genangan air pada umumnya sangat terkait erat dengan berkembangnya kawasan perkotaan yang selalu diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk, aktifitas dan kebutuhan lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan ekonomi.wilayah Kecamatan Paal Dua memiliki luas sebesar 95,06 ha dengan peningkatan penggunaan lahan terbangun yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan hal itu berarti mengakibatkan meningkatnya volume air permukaan sehingga daerah resapan air semakin berkurang sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan seperti yang ada pada tabel berikut. 5 05 44,86 6.698,7 Maka dengan nilai volume air permukaan setiap tahun perkembangan yang terdapat pada tabel diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah perubahan volume aliran yang ada pada kecamatan Paal Dua mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dampak Perkembangan Penggunaan Terhadap Sistem Drainase di Kecamatan Paal Dua Manado kecamatan paal dua terlihat lahan terbangun yang terjadi tahun 003 hingga tahun 05, dengan jumlah luasan lahan terbangun tahun 003 adalah 33,69% dari total luas wilayah 95,05 Ha. Hal tersebut terus meningkat hingga tahun 05 dengan lahan terbangun di kecamatan paal dua seluas 45,93% dari total luas wilayah 95,06Ha. Dengan penggunaan yang ada di ketahui bahwa terjadi peningkatan penggunaan lahan terbangun di kecamatan paal dua dari tahun 003 hingga tahun 05. Setiap kegiatan yang terjadi pada penggunaan lahan akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia (sosial ekonomi) maupun pada kehidupan flora dan fauna serta lingkungan sekitar (lingkungan fisik). Berikut merupakan dampak sosial ekonomi dan dampak lingkungan fisik yang terjadi akibat perkembangan penggunaan lahan di Kecamatan Paal Dua Manado yaitu : 5

Dampak Sosial Ekonomi Dengan berkembangnya kecamatan Paal Dua selama kurun waktu 003 hingga 05 terjadi peningkatan penggunaan lahan terbangun. Kawasan terbangun dalam hal ini adalah penggunaan lahan perumahan, pergudangan, perkantoran, perdagangan, pendidikan, pelayanan umum dan peribadatan. Dengan total perkembangan penggunaan lahan terbangun seluas,3% yang dapat menimbulkan dampak terhadap Kecamatan Paal Dua. Terjadinya peningkatan penggunaan lahan pada wilayah ini salah satunya ialah dampak sosial ekonomi. Dampak sosial ekonomi yang terjadi di Kecamatan ini merupakan meningkatnya penggunaan lahan terbangun berupa perumahanperumahan yang ada di Kecamatan Paal Dua. Dengan terbangunnya lahan tersebut menjadi perumahan, mengakibatkan munculnya layanan perdagangan dan jasa seperti toko-toko, restauran, tempat-tempat usaha dan layanan jasa lainnya. Hal tersebut memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kecamatan Paal Dua yang telah berkembang penggunaan lahannya dan dapat menyerap tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian wilayah. Dampak Lingkungan Fisik Berkembangnya penggunaan lahan terbangun yang terjadi di Kecamatan Paal Dua selama kurun waktu 003 hingga 05 terjadi penurunan luasan penggunaan lahan tak terbangun. Kawasan tak terbangun dalam hal ini adalah penggunaan lahan perkebunan, tanah kosong, perkuburan, kolam dan transportasi. Dengan terjadinya perkembangan penggunaan lahan terbangun di Kecamatan Paal Dua ini berarti berkurangnya lahan tak terbangun di Kecamatan Paal Dua. Menurunnya luasan lahan tak terbangun menimbulkan dampak terhadap wilayah ini yang salah satunya adalah dampak lingkungan fisik. Dampak lingkungan fisik yang terjadi di Kecamatan ini berupa berkurangnya jumlah luasan lahan tak terbangun seperti perkebunan dan tanah kosong yang ada di Kecamatan Paal Dua ini. Dengan berkurangnya lahan tak terbangun berarti, berkurang juga daerah resapan untuk wilayah Kecamatan ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan observasi yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Selama kurun waktu 003 05 pada wilayah Kecamatan Paal Dua terjadi perkembangan penggunaan lahan kawasan tak terbangun menjadi kawasan terbangun yang berfungsi sebagai daerah resapan Kecamatan Paal Dua mencapai seluas 3,8 ha atau,3 % dari total luas penggunaan lahan di Kecamatan Paal Dua yaitu 95,06 ha. b. Kejadian genangan air sering terjadi di bagian daerah seperti yang ada pada saluran drainase sekunder yang berada pada jalan Maesa dan saluran drainase saluran sekunder pada Jalan Lengkong Wuaya. Dikarenakan perkembangan penggunaan lahan di daerah ini membuat berkurangnya area resapan dan hal tersebut mempengaruhi sistem drainase setempat. c. Semakin berkurangnya daerah resapan menyebabkan meningkatnya air genangan pada sistem drainase pada area layanannya. Sehingga volume air permukaan meningkat dari dari tahun 003 yang sebesar 45.6,7mm hingga tahun 05 sebesar 6.698,7mm. Hal inilah yang terjadi pada sisi timur (catchment area ranomuut) dan sis selatan (catchment area liwas) wilayah Kecamatan Paal Dua Kota Manado. Saran Perkembangan penggunaan lahan sebaiknya dilakukan secara benar dan terarah. Perubahan Penggunaan lahan di Kecamatan membawa dampak negatif. Berikut merupakan beberapa usulan yang dapat dijadikan saran. a. Saran yang dapat disampaikan untuk pemerintah kecamatan paal dua adalah dengan melakukan regulasi untuk penggunaan lahan. Peraturan seperti ini bertujuan untuk penggunaan lahan 53

yang arif dan bijaksana sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dari perubahan yang terjadi di Kecamatan Paal Dua. Adanya tindakan perencanaan dan perbaikan secara komperensif dan sistimatis mulai dari mulai dari saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer agar aliran air berjalan sesuai dan teratur b. Saran yang dapat disampaikan untukmasyarakat Kecamatan Paal Dua adalah untuk menyikapi perubahan penggunaan lahan yang terjadi secara cerdas dan bisa menerima semua kegiatan baru dengan melakukan hal yang positif. c. Saran unuk peneliti selanjutnya adalah agar bisa melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai perubahan penggunaan lahan. Dengan seperti itu, maka kajian tentang lahan akan semakin banyak dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Chapin Stuart, F., 979. Urban And Land Use Planning. University Of Illinois Press, Chicago Jayadinata, T, 999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan Dan Wilayah, Edisi Ketiga, Institut Teknik Bandung. Bandung. Salim, Emil 997. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta Sandy, I.M., 960. Esensi Tata Guna Tanah, Direktorat Tata Guna Tanah, Depdagri. Jakarta. Suhardjono, 984. Drainase, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang Suripin, 004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi. Yogjakarta 54