BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berpikir

BAB II LANDASAN TEORI. bagian yaitu tinjauan teori mengenai kepuasan berwirausaha, Adversity Quotient.

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung sekali pada sumber daya yang dimilikinya, terutama sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

SUSI RACHMAWATI F

I. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

MENGAPA KEWIRAUSAHAAN SANGAT PENTING? Dosen: Hadi Cahyono SE.MM Universitas Narotama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kewirausahaan dan Memulai Bisnis Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

LAMPIRAN. Df Alpha 5%

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB II LANDASAN TEORI

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dalam kesehariannya untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

banyak Rp 1 miliar per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

Konsepsi Dasar Kewirausahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

Transkripsi:

12 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena yang terjadi pada single mother terhadap kepuasan berwirausahanya. Hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah kepuasan berwirausaha yang diawali dengan penjelasan kepuasan kerja, apa itu kewirausahaan dan alasan memutuskan menjadi wirausaha, dan wirausaha wanita. Kemudian single mother, masalah yang dihadapi single mother dan resiliensi yang terjadi, dan kepuasan berwirausaha single mother. 2.1. Kepuasan Berwirausaha 2.1.1. Pengertian Berwirausaha Wijono (dalam Syaiin, 2007) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang setelah membandingkan hasil yang didapat dari usahanya dengan harapan yang dimilikinya. Sedangkan Hariandja (dalam Susanto, 2010) mendefinisikan kepuasan kerja hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya. Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja nampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaanya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Dole and Schroeder (dalam Teman. K 2005) 12

13 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan dan reaksi atau sikap individu terhadap lingkungan pekerjaannya. Reaksi atau sikap para pegawai terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya pasti juga dirasakan oleh wirausaha atau wirausahawan. Lingkungan kerja para wirausaha bukan berarti hanya di kantor, tetapi pada setiap tempat yang terdapat peluang bisnis di dalamnya karena wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna agar mencapai kesuksesan (Meredith et al dalam Noersasongko, 2005). Kepuasan wirausaha adalah tingkat dimana wirausaha menyukai kegiatan wirausahanya sebagai mana yang diungkapkan (Suyatini, 2004) berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan tesisnya. Begitu pula kepuasan berwirausaha yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut. Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa kepuasan berwirausaha adalah tingkat dimana wirausaha merasakan kesenangan setelah mencapai harapan yang dimilikinya setelah melakukan usahanya dengan segala pengorbanannya yang ditinjau dari pendapatan yang didapatkan, kesejahteraan psikologis,dan waktu luang yang dimiliki.

14 2.1.2. Aspek Kepuasan Berwirausaha Kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek kepuasan yaitu kepuasan terhadap pendapatan, kesejahteraan psikologis, dan waktu luang (Carree dan Verheul, 2011). 1. Pendapatan Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Imbalan yang didapatkan wirausaha diharapkan dapat mengganti kerugian waktu (ekuivalen dengan upah) dan dana (ekivalen dengan tingkat bunga) yang telah dikeluarkan dalam usaha mendapat laba (Longenecker et al, 2001). 2. Psychological Well-Being Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Beberapa wirausahawan menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu kesenangan tersendiri. Psychological Well-Being adalah dukungan dari dalam dan dari luar. Dukungan dari dalam dapat diperoleh dari kecerdasan emosional pada diri tiap pengusaha, dan dukungan dari luar dapat diperoleh dari dukungan sosial dari orang di sekitar pengusaha. Psychological Well-Being yang mereka dapatkan berasal dari kebebasan mereka, kebebasan untuk menjalankan secara bebas usahanya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Psychological Well-Being tersebut merefleksikan pemenuhan kerja secara pribadi. Keinginan yang kuat untuk membuat keputusan

15 sendiri, mengambil risiko, dan mendapatkan imbalan untuk diri sendiri dapat tercapai ketika seorang wirausaha memiliki kebebasan sehingga dapat mengatur kehidupan pribadinya (Longenecker et al, 2001). 3. Waktu luang Seseorang dapat mengatur waktunya sendiri untuk memulai membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu meninggalkan rumah. Beberapa orang memulai usaha dengan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel untuk menggabungkan jam kerja dirumah tangga dan tanggung jawab pekerjaan, mereka tidak terikat dengan jam kerja untuk mengatur usaha yang mereka jalani. Wirausaha menggunakan kebebasan untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. (Longenecker et al, 2001). 2.1.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wirausaha Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kewirausahaan yaitu adanya pengaruh dari karakteristik usaha, motif untuk start-up dan karakteristik pribadi (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011). 1. Karakteristik usaha Pengaruh karakteristik usaha berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kewirausahaan. Pada beberapa penelitian membedakan antara tiga karakteristik utama pada usaha yaitu : a) Ukuran Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya datang dengan tanggung jawab yang lebih tinggi dan harapan dan dapat mengakibatkan lebih banyak stres.

16 Memulai dan menjalankan bisnis di luar rumah mungkin menjadi indikator kehatihatian dari pihak pengusaha, dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan waktu luang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria ukuran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah : 1) Usaha Mikro Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Contoh usaha mikro adalah pedagang kaki lima. 2) Usaha kecil Usaha Kecil adalah Peluang Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari Usaha menengah atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Contoh usaha kecil adalah pedagang grosiran di pasar. 3) Usaha menengah Usaha Menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seseorang atau badan Usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian Usaha Kecil

17 atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung dengan. Contoh usaha menengah adalah industri makanan dan minuman. b) Kompleksitas Kompleksitas lingkungan yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pengusaha, karena adanya sumber-sumber tak terduga yang dapat menurunkan kepuasan. Ukuran yang digunakan dalam kompleksitas yaitu: apakah start-up dalam high-sektor teknologi, dan apakah pengusaha percaya bahwa ia mampu bersaing dengan semua perkembangan yang akan terjadi. c) Keterlibatan Keterlibatan setiap wirausaha dalam menjalankan tugas kewirausahaan mungkin bervariasi di setiap start-up. Pengusaha yang dihadapkan dengan tekanan waktu yang cukup besar mungkin merasakan kepuasan yang rendah. Hal ini sejalan dengan efek negatif dari jam kerja terhadap kepuasan kerja. 2. Motif memulai usaha (Start-up motivation) Motif memulai usaha sangat mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam berwirausaha. Individu yang memulai usahanya dengan dorongan yang negatif atau terpaksa biasanya mereka akan lebih tidak puas daripada individu yang memulai usaha dengan dorongan yang positif atau keinginan sendiri (Longenecker et, al, 2001). Motivasi yang berbeda dalam memulai usaha mempunyai pengaruh yang penting dalam tingkat kepuasan individu dan perubahan motivasi memulai usaha dari motivasi ektrinsik menjadi motivasi intrinsik dapat memicu kepuasan yang lebih besar.

18 3. Karakteristik pribadi Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik pribadi adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah atau dapat menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Karakteristik pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demografi seperti : a. Umur Grafik U terbentuk dari hubungan umur dengan kepuasan kerja karyawan maupun pada wirausaha sendiri (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dengan lamanya orang bekerja. Semakin tinggi kepuasan kerja semakin lama juga dia bekerja disana karena adanya keuntungan menjadi senior, ekspetasi kerja yang rendah. b. Pasangan hidup Pasangan hidup berguna untuk mengurangi stres yang didapat dari pekerjaan dengan berbagi masalah dan juga dapat membantu keuangan dari wirausaha itu sendiri. Clark, Oswald, & Warr (dalam Carree dan Verheul, 2011) menemukan bahwa pekerja yang menikah memiliki kepuasan kerja yang tinggi, terutama kepuasan pada pendapatan. Penelitian dari Blanchflower dan Oswald (dalam Carree dan Verheul, 2011) menunjukkan bahwa adanya efek positif antara pernikahan dengan kebahagiaan pekerja, baik itu pekerja yang digaji maupun wirausaha. Selain itu, mereka juga mendapatkan efek negatif terdapat pada

19 pekerja tanpa pasangan hidup seperti pada janda, orang yang bercerai, dan individu yang telah berpisah. c. Risk tolerance Wirausaha biasanya memiliki toleransi resiko yang tinggi daripada karyawan yang bekerja. Risk tolerance dimana ketika ada masalah wirausaha lebih suka menganggapnya sebagai sebuah hal yang positif atau sebagai tantangan bagi dirinya dan ketika masalah dapat diselesaikan akan merasakan kepuasan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk tolerance dan mendapatkan kepuasan. d. Gender Beberapa peneltian menemukan bahwa wanita memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pria (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Cooper dan Artz (dalam Carree dan Verheul, 2011) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita lebih puas dalam menjalankan bisnisnya daripada wirausaha pria yang memiliki kepercayaan diri berlebih dalam menjalankan bisnisnya dan biasanya memiliki ketergantungan kerja yang tinggi pada usahanya karena karakter maskulin yang memiliki jiwa kewirausahaan.

20 2.2. Wirausaha Wanita Dalam dekade ini, jumlah wirausaha wanita sangat drastis seperti yang telah dicatat oleh Badan Pusat Statistik. Biasanya wanita memulai bisnisnya dari awal dan tidak banyak yang memulai bisnis hanya dari bisnis yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membuka bisnis baru karena adanya ambisius akan perencanaan pertumbuhan usaha dan laba yang akan dijalankannya. Wanita cukup mudah dalam memulai wirausaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar (karena tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik) dan kesiapan organisasi dan manajemen dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012). Wirausaha wanita secara nyata menghadapi persoalan yang umum bagi semua wirausaha (Longenecker et al, 2001). Mereka mengalami kesulitan yang berhubungan dengan peran mereka yang baru, kurangnya akses untuk mendapatkan kredit merupakan permasalahan yang sering muncul bagi wanita yang memasuki suatu bisnis. Wanita sering mendapatkan diskriminasi sehingga menjadi hambatan untuk memulai bisnis (Longenecker et al, 2001). Wanita sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan usaha dan wanita cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan orang lain lebih secara bebas dan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha

21 cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka (Septianingsih, 2011). Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Septianingsih (2011) disimpulkan bahwa wirausaha wanita tergolong sangat mandiri baik dalam hal siap memulai usaha dan mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap usahanya walaupun dengan modal secukupnya yang dimiliki. Wirausaha wanita memiliki sifat risk-taking yang besar dan lebih berani mengambil resiko dibandingkan pria dan wirausaha wanita juga memiliki toleransi yang tinggi pada usaha yang dijalankannya dibandingkan pria yang berarti dapat menjalankan berbagai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan tetap berwirausaha. Dan berikut ini karakteristik wirausaha wanita oleh Thomas, Z dan Scarborough, M. N. (2002): Karakteristik Motivasi Titik Awal Sumber pembiayaan Karakteristik pribadi Latar Belakang Tipe dari Usaha awal Wirausaha Wanita - Prestasi pencapaian tujuan - Kebebasan melakukan segalanya sendiri - Frustasi di tempat kerja - Minat - Perubahan keadaan pribadi - Tabungan dan asset pribadi - Hutang pribadi - Fleksibel dan toleran - Orientasi tujuan - Kreatif dan realistis - Kepercayaan diri yang sedang - Antusias dan energik - Memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial dan ekonomi - Usia saat memulai usaha sekitar 35-45 tahun - Ayah seorang wirausaha - Kuliah jurusan seni - Anak pertama - Ada kaitannya dengan usaha jasa pendidikan, konsultan atau kehumasan

22 Dan berdasarkan kepuasan dalam berwirausaha, dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah. 2.3. Single mother 2.3.1. Pengertian Single mother Menurut Perlmutter & Hall (dalam Ayu, D, 2012) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa nikah. Exter (dalam Tizar, 2010) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain. Anderson dkk (dalam Tizar, 2010) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian. Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk dalam Tizar, 2010). Menurut Papalia, dkk (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anakanaknya seorang diri. Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa single mother adalah wanita yang ditinggalkan pasangan hidupnya karena kematian,

23 perceraian atau perpisahan dan adanya hubungan tanpa ada ikatan pernikahan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosional maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh wanita tersebut. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, D (2012), single mother memiliki karakteristik setelah hidup tanpa pasangan. Single mother terbiasa bekerja keras dan selalu mau berusaha, sanggup menghadapi tantangan, dan berani menghadapi resiko, dan terbiasa pula untuk memainkan peran ganda yang membesarkan anak dan mencari nafkah. 2.4. Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama anakanaknya dapat memilih berwirausaha sebagai jalan keluar agar mendapatkan penghasilan dan membantu perekonomian keluarga. Single mother seperti halnya wanita pada umumnya terutama di UKM, wanita mendapat kemudahan untuk memulai usaha yang dapat didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar, tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik, bahkan dapat dijalan dirumah dan tanpa harus memiliki kemampuan manajemen atau keahlian khusus dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012). Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang diinginkannya dan berhasil sesuai harapannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha (Suyatini, 2004). Kepuasan berwirausaha yang dikemukakan Carree dan Verheul (2011) dapat dilihat dari pendapatan/ penghasilan, kesejahteraan

24 psikologis, dan waktu luang. Kepuasan berwirausaha didorong banyak faktor, karakteristik usaha, motif memulai usaha, dan karakteristik peribadi. Faktor-faktor tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan single mother dalam berwirausaha. Karakteristik pribadi single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha, berani menghadapi resiko, dan sanggup menghadapi tantangan (Ayu, D, 2012) mempengaruhi kepuasan mereka dalam berwirausaha. Single mother memiliki karakteristik sebagai pekerja keras dan selalu mau berusaha, single mother berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan berwirausaha. Single mother seperti kebanyakan dari wanita-wanita pengusaha lainnya memilih usaha pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi sesuai dengan hal yang disenanginya atau sesuai keahliannya (Tulus, 2012). Ketika single mother merasakan kesenangan karena usaha yang dijalaninya, ia akan merasakan kepuasan pada kesejahteraan psikologisnya karena memiliki kebebasan merefleksikan kesenangannya atau mengembangkan keahliannya pada bisnis yang dijalankannya.. Sifat single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha mendorongnya untuk selalu bekerja keras agar dapat menghasilkan pendapatan, terlepas dari waktu yang harus dihabiskannya dalam menjalani usaha dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga. Namun jika usahanya menghasilkan pendapatan sesuai dengan harapan, usahanya dalam mengatur waktu dan kerugian waktu yang dirasakannya dapat tergantikan. Dengan demikian single mother akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya tersebut (Longenecker et, al, 2001).

25 Single mother memiliki karakter yang berani menghadapi resiko, hal ini membuatnya lebih berani menggunakan modal yang cukup besar dan berani membuka usaha yang cukup besar. Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya mendatangkan tanggung jawab dan harapan yang lebih tinggi (Cooper & Artz, 1995; Carree & Verheul, 2011). Single mother yang menggunakan modal besar harus lebih bertanggung jawab atas usahanya untuk menghindari kegagalan yang mungkin terjadi, sehingga pendapatan dari usahanya tersebut mengganti modal yang telah ia keluarkan. Dan ketika pendapatan dari usahanya tersebut dapat mengganti besarnya modal yang ia gunakan untuk memulai usahanya, ia akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya (Longenecker et, al, 2001). Karakteristik single mother yang berani mengambil resiko membuatnya bisa menerima berbagai resiko yang mungkin terjadi ketika memilih berwirausaha. Pada fase awal memulai wirausaha, single mother harus menghabiskan waktu dalam berwirausaha karena di awal mulainya usaha cukup sulit (Carree & Verheul, 2011). Single mother harus bisa merelakan waktu bersama keluarga dan teman dan fokus menjalani usaha hingga modal awal terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan keberhasilan. Namun, single mother akan merasakan fleksibilitas dalam mengatur waktu untuk menjalani usahanya setelah usahanya berhasil. Dengan demikian, single mother merasakan kepuasan dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan teman. Karena single mother terbiasa menghadapi tantangan, membuat mereka memiliki karakter sanggup menghadapi tantangan. Single mother harus bisa

26 menghadapi tantangan dalam berwirausaha dengan meluangkan banyak waktu dalam berwirausaha agar menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginan, namun single mother harus mengorbankan urusan rumah tangganya. Oleh karena itu single mother harus dapat mengatur waktu, agar waktu yang diluangkannya dalam berwirausaha cukup untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginannya dan waktunya mengurus rumah tangga juga cukup. Sehingga ketika single mother telah menemukan cara yang tepat untuk mengatur waktu berwirausaha dan mengurus rumah tangga, ia akan merasakan kepuasan karena dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya dan menggunakan kebebasan untuk mengurus kehidupannya secara fleksibel (Longenecker et al, 2001). Ketika ada masalah dalam berwirausaha, single mother lebih suka menganggapnya sebagai tantangan. Single mother juga telah terbiasa menjalani berbagai tugas di dalam keluarga sendirian. Tetapi, jika ada dukungan dari orang di sekitarnya akan sangat berarti. Single mother akan merasakan kepuasan karena dengan adanya dukungan dari orang di sekitarnya seperti keluarga dan teman, single mother semakin semangat menjalani usaha walaupun dengan adanya masalah. Dan ketika masalah dapat diselesaikan single mother akan merasakan kepuasan terutama pada kesejahteraan psikologisnya (Longenecker et, al, 2001). Keberadaan pasangan yang juga mempengaruhi kepuasan seseorang dalam berwirausaha (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011) tidak menjadi penghalang single mother dalam mencapai kepuasannya dalam berwirausaha

27 karena single mother juga dapat mencapai kepuasan dalam menjalankan usahanya tanpa suami disisinya. Masih ada dukungan dari orang di sekitarnya seperti anak, saudara, dan teman yang bisa mendukunganya walaupun single mother menghadapi tantangan-tantangan dalam berwirausaha. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) menunjukkan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, tidak dapat diambil kesimpulan secara langsung bahwa kepuasan berwirausaha yang dirasakan single mother hanya dari pendapatan/ penghasilan yang didapatnya. Perlu diperhatikan aspek lain dari kepuasan berwirausaha yang lain seperti waktu luang dan psychological well-being. Dan seperti yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) bahwa kepuasan berwirausaha dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.

28 KERANGKA TEORITIS Faktor yang mempengaruhi kepuasan berwirausaha Karakteristik usaha Motif memulai usaha Karakteristik pribadi Single mother Karakteristik single mother (Ayu, D, 2012): Pekerja keras dan selalu mau berusaha Berani menghadapi resiko Sanggup menghadapi tantangan Kepuasan berwirausaha Aspek-aspek kepuasan berwirausaha (Carree dan Verheul, 2011) Penghasilan Psychological well-being Waktu luang