BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan), 2) Fungsi anggaran (fungsi untuk menyusun anggaran) dan 3) Fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif).menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban menjalankan Anggaran bahawa : 1) Pengawasan atas anggaran dilakukan oleh Dewan, 2) Anggota Dewan berwenang memerintahkan pemeriksa eksternal didaerah untuk melakukan pemerikasaan terhadap pengelolaan anggaran. Oleh karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pernyataan tentang rencana pendapatan dan belanja daerah dalam periode tertentu (1tahun).Sebelum anggaran dijalankan harus mendapat persetujuan dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran juga sebagai alat pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap kebijakan publik. Dengan melihat fungsi anggaran tersebut maka seharusnya anggaran merupakan power relation antara eksekutif, legislatif dan rakyat itu sendiri (Sopanah, 2004). Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dikeluarkan untuk mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus mengantisipasi berbagai tuntutan perubahan global, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. 1
ahirnya undang-undang ini merupakan upaya untuk menata kembali hubungan pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 memberikan keleluasaan dalam penyelenggaraan otonomi daerah.dalammelaksanakan fungsinya, lembaga perwakilan selalu memunyai keterkaitan dengan lembaga-lembaga kenegaraan lainnya, khususnya dengan pemerintah.lembaga perwakilan rakyat juga harus memunyai hubungan yang erat dengan rakyat yang diwakilinya. Penerapan otonomi daerah dalam konteks negara kesatuan tentunya harus disertai dengan proses pengawasan. Fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) merupakan penilaian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan daerah yang dijalankan oleh pemerintah daerah. Reformasi penganggaran yang terjadi adalah munculnya paradigma baru dalam penyusunan anggaran berdasarkan prinsip good governanceyaitu: akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat, transparansi anggaran, penegakan hukum, kesetaraan, daya tanggap wawasan ke depan, pengawasan efisiensi dan efektivitas, dan profesionalisme. Good governance adalah proses bagaimana integrasi peran antar aktornya, yaitu pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan masyarakat madani (civil society) dalam suatu aturan main yang disepakati bersama (Erlangga, 2004). Sasaran dari perwujudan pemerintahan yang baik (good governance) adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang professional, transparan, akuntabel, berkepastian hukum, bersih dan bebas KKN, memiliki kredibilitas, peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi yang didasari etika, semangat pelayanan, dan pertanggungjawaban publik, 2
dan integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara. Untuk mendukung prinsip good governance diperlukan pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Pramono, 2002). Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan yang akan memperkuat atau memperlemah fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya adalah akuntabillitas publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Transparansi sangat penting untuk diterapkan guna menghindari kerugian negara dalam penyelenggaran pemerintahan. Sebagai misi dari BPK (Badan Pemerikasa Keuangan), transparansi dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang baik dan bersih. Transparansi harus dilakukan mulai dari perencanaan dan penggaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan dan pertanggung jawaban anggaran, pengawasan internal dan pemeriksa auditor eksternal yang independen. Untuk itu pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sangat diperlukan. Perencanaan penyusunan anggaran secara efektifdibahas bersama antara eksekutif dan legislatif (dalam hal ini DPRD) sesuai dengan rencana pelaksanaan program kerja yang akan dijalankan.pengawasan yang dilakukan oleh dewan dilakukan mulai pada saat proses penyusunan APBD, pengesahan APBD, pelaksanaan APBD dan pertanggungjawaban APBD. 3
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penelitian ini berjudul Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Moderating ( Studi Pada DPRD Provinsi Sumatera Utara ). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)? 2. Apakah Transparansi Kebijakan Publik dapat memoderasi pengetahuan Dewan tentang anggaran terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). 2. Untuk mengetahui pengaruh moderasi Transparansi Kebijakan Publik terhadap pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). 4
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Moderating dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansii sektor publik dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan guna penelitian lain. 2. Bagi pemerintah daerah diharapkan menjadi masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya akan meningkatkan peran DPRD terhadap pengawasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk mewujudkan pemerintah yang baik (good goverment) 3. Bagi partai politik dapat dijadikan sebagai bahan acuan pada saat merekrut anggota Dewan dan pengembangan kader partai. 5