BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM RUBRIK URUN REMBUK DI SURAT KABAR RADAR JOGJA JAWA POS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN.. ABSTRAK... ABSTRACT. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN...

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB V PENUTUP. wahana kritik sosial. Kritik sosial dalam WLLC diwujudkan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya karena komunikasi merupakan sarana untuk dapat menyatukan pikiran antarsesama manusia. Manusia mempunyai alat komunikasi yang lebih sempurna dari pada makhluk hidup yang lainnya. Alat komunikasi dipergunakan oleh manusia sebagai media untuk menyampaikan tanggapan, pendapat, saran ataupun ide kepada lawan pembicara. Komunikasi berguna mewujudkan sebuah interaksi yang harmonis. Pembicaraan bukan hanya dapat dilakukan pada satu orang atau satu pendengar saja, melainkan bisa disampaikan kepada lebih dari satu orang pendengar (kelompok atau komunitas). Pembicaraan dapat terwujud dengan baik atau buruk tergantung pada keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh pembicara. Seorang pembicara dengan keterampilan bahasa yang baik akan menghasilkan bentuk komunikasi homogen antara penutur dan mitra tuturnya. Namun, Pembicara dengan keterampilan bahasa yang buruk akan menimbulkan bentuk komunikasi yang kurang komunikatif. Badudu (1989: 3) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud bila dinyatakan dalam bentuk bahasa itulah bahasa verbal. 1

2 Bahasa merupakan kebutuhan yang digunakan oleh manusia dalam berinteraksi di dalam kehidupan. Interaksi yang terbangun memiliki konsep untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya. Oleh karena itu, bahasa berisi kaidah atau norma yang mengatur seseorang dalam bertutur. Hal ini diharapkan dapat membentuk hubungan interpersonal yang harmonis kepada para pemakai. Salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang digunakan dalam setiap aktifitas kehidupan masyarakat sosial adalah keterampilan berbicara, sebab melalui aktivitas berbicara seseorang mampu berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Berbicara merupakan bentuk aspek keterampilan berbahasa yang sangat melekat dalam aktivitas sehari-hari. Aspek keterampilan berbahasa yang lain yaitu membaca, mendengar, dan menulis. Tarigan (2008: 15) menjelaskan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan aktivitas yang sulit, karena berbicara tidak hanya sekedar mengeluarkan kata dan bunyi-bunyi, melainkan penyusunan gagasan yang dikembangkan sesuai dengan pendengar atau penyimak. Kesulitan berbicara di depan umum dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran saat berbicara di depan umum. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa rasa cemas, bimbang, maupun dalam keadaan yang tertekan. Hal tersebut akan memunculkan hal negatif pada diri pembicara berupa perasaan kurang percaya diri, bahkan dapat membuat seseorang merasa tidak mampu berbicara di depan umum baik dalam lingkungan formal maupun nonformal Keterampilan berbicara di dalam lingkungan formal yakni pada ruang lingkup pendidikan, dapat diimplementasikan pada interaksi pembelajaran. Dalam interaksi pembelajaran seorang guru akan menjadi seorang pembicara yang

3 menyampaikan materi kepada peserta didiknya. Berbicara di depan peserta didik bukanlah aktivitas yang mudah, seorang guru dapat berbicara dengan baik jika telah menerapkan aspek-aspek kompentensi guru dalam belajar mengajar. Menurut Mulyasa (2004: 37) kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, kerterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Implementasinya seorang guru memang diwajibkan untuk memiliki kompetensi mengajar menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kegiatan belajar mengajar seorang guru salah satunya akan dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kompetensi guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif. Seorang guru dituntut untuk dapat mencipkatan suasana pembelajaran yang aktif dan kondusif. Di antara beberapa komponen dalam kompetensi pedagogik, salah satunya guru dapat berkomunikasi dan dapat memotivasi peserta didiknya agar terciptanya kegiatan belajar yang aktif. Komunikasi dapat terwujud dengan baik jika guru mengunakan ketererampilan bahasa yang baik pula. Penggunaan bahasa yang baik dalam interaksi belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Komunikasi antara guru dengan peserta didik harus mengunaan bahasa yang tepat. Hal tersebut dikarenakan dalam proses komunikasi antara guru dengan peserta didik pasti terdapat ujaran yang mengacu pada perintah, ajaran, dan nasehat yang akan diberikan kepada peserta didik. Seorang guru yang memiliki

4 budi pekerti yang baik maka secara tidak langsung telah menerapkan kesantunan berkomunikasi. Pemakaian bahasa oleh seorang guru dikatakan santun apabila bahasa yang digunakan tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya, dalam hal ini ialah siswa sebagai peserta didik. Penggunaan bahasa santun adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Khususnya pada lingkungan pendidikan yang harus menonjolkan sikap santun pada semua pihak termasuk dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Kesantunan bahasa memang telah banyak dikaji dan dipaparkan oleh beberapa pakar bahasa. Salah satu pakar yang membahas tentang kesantunan bahasa adalah Leech (1993). Leech (1993: 166-218) berpendapat bahwa prinsip berbahasa yang santun merupakan susunan bahasa yang didasarkan pada beberapa hal berikut ini : (1) maksim kearifan (tach maxim), yaitu proses dimana seorang penutur memperkecil kerugian pendengar dan memperbesar keuntungan pendengar, (2) maksim kedermawanan (generosity maxim), yaitu seorang penutur akan memperkecil keuntungan sendiri dan memperbesar keuntungan pendengar, (3) maksim pujian (approbation maxim), yaitu dalam proses tuturan seorang penutur akan memperkecil keluahan pendengan dan memperbesar pujian pendengar, (4) maksim kerendahan hati (modesty maksim), yaitu seorang penutur akan memperkecil pujian diri dan lebih memperbesar merendahkan diri, (5) maksim kesepakatan (agreement maxim), yaitu seorang penutur akan memperkecil ketidaksepakatan diri sendiri dengan orang lain dan memperbesar kesepakatan antara dirinya dengan orang lain, dan (6) maksim simpati (sympathy

5 maxim), yaitu penutur akan memperkecil antipasti dirinya sendiri dengan orang lain dan memperbesar simpati dirinya dengan orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud membahas tuturan yang terdapat pada proses interaksi belajar mengajar di dalam kelas pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan di sekolah SMAN 4 Kota Malang. Interakasi pembelajaran pasti akan menerapkan kesantunan berbahasa. Kesantunan digunakan sebagai nilai yang diasosiasikan melalui penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas dan diharapkan mampu mengatur hubungan atau interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa sehingga tercipta interaksi pembelajaran yang harmonis. Kesantunan berbahasa selayaknya akan diwujudkan melalui berbagai macam tindak tutur. Salah satu tindak tutur yang menarik untuk diperhatikan dan dipahami ketika kesantunan digabungkan dengan tindak tutur tersebut ialah tindak direktif, asertif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Yule (1996: 95) juga menyatakan bahwa kesantunan berbahasa dan semakin lunturnya perilaku saling menghargai dan menghormati antar sesama disebabkan oleh berbagai hal. Di antaranya adalah pemaknaan demokrasi yang dimaknai secara keliru oleh sebagian elemen anak bangsa, yang menganggap sebagai sebuah kebebasan yang tidak terkendali. Hal itu membuat sebagian orang merasa berhak berbicara apa saja tanpa mengindahkan lagi kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Proses belajar mengajar di dalam kelas khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia sering kali akan ditemukan bentuk kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa berasal dari ujaran maupun tuturan dari seorang guru kepada siswa

6 ataupun siswa kepada rekan sesamanya. Hal ini dapat ditunjukkan pada saat guru memerintahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran seperti mempersiapkan buku, memasuki kelas, dan mempersiapkan berdoa bersama. Bentuk ujaran guru kepada siswa terdapat ujaran yang mengacu pada perintah, ajaran, nasehat yang akan diberikan kepada peserta didik. Seorang guru yang memiliki budi pekerti yang baik maka secara tidak langsung telah menerapkan kesantunan. Penggunaan kesantunan berbahasa pasti akan dikombinasikan dengan pemilihan strategi kesantunan berbahasa. Strategi kesantunan berbahasa digunakan untuk mengurangi ancaman terhadap muka lawan tutur. Hal ini akan memperkecil kemungkinan untuk penutur memperoleh ancaman terhadap muka lawan tuturnya. Strategi kesantunan sangatlah penting digunakan guru dalam menerapan kesantunan berbahasa dalam interaksinya dengan peserta didik. Sebelum kesantunan berbahasa diterapkan makan seorang guru akan memikirkan strategi kesantunan yang akan digunakan. Strategi kesantunan diantaranya ialah strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, dan strategi kesantunan off record. Seorang penutur dalam hal ini ialah guru juga harus menggunakan bahasa yang santun untuk memerintah peserta didiknya sehingga tidak akan menyinggung perasaan peserta didiknya. Penggunaan bahasa santun adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Khususnya pada lingkungan pendidikan yang harus menonjolkan sikap santun pada semua pihak termasuk dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan paparan di atas, peneliti memiliki ketertarikan pada penggunaan strategi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh guru selama

7 proses pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, peneliti akan mefokuskan penelitian pada pemakaian strategi kesantunan berbahasa yang dituturkan guru Bahasa Indonesia tersebut. Fenomena pemakaian bahasa yang terdapat dalam interaksi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI SMAN 4 Kota Malang dapat dikaji dengan tinjauan pragmatik. Adapun alasan pengambilan tinjauan pragmatik dalam interaksi pembelajaran, karena banyak muncul keterkaitan bahasa dengan unsurunsur eksternal yang menjadi ciri khas ilmu pragmatik. Pragmatik mempelajari struktur bahasa eksternal, yakni bagaimana kesatuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996 : 1). Berdasarkan kajian kepustakaan yang dilihat dari kelayakan, relevansi serta kedudukan penelitian, di antara berbagai penelitian kesantunan yang relevan. Berikut diuraikan relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Di antaranya adalah penelitian Wulandari (2007) tentang Kesantunan dalam Tindak Tutur Guru pada Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VIII SMPN 18 Malang Tahun Ajaran 2007-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan bahasa sangat tampak di dalam interaksi pembelajaran, dan penelitian yang dilakukan oleh Syafaruddin (2010) tentang Kesantunan Honorifik dalam Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Keluarga Terpelajar Masyarakat Tutur Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan honorofik dalam tindak direktif dipengaruhi oleh norma sosial dan budaya yang mereka miliki. Adapun persamaan dan perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelunya. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari (2007), yakni menganalisis tentang kesantunan dalam proses

8 belajar mengajar namum memiliki perbedaan bahwa penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya yang ditunjukkan pada analisis yang dilakukan lebih berfokus pada penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Persamaan dengan penelitian dari Syafaruddin (2010) yakni mengkaji kesantunan tindak tutur namun memiliki perbedaan pada objek yang dikaji, yaitu peneliti sebelumnya menganalisis pada kesantunan honorifik dan objek yang diambil berupa ujaran dari sebuah keluarga. Penelitian ini berfokus pada masalah bahasa tuturan guru dalam interaksi pembelajaran bahasa Indonesia yang terbatas pada masalah penggunaan strategi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia kepada peserta didik. Dalam penelitian ini tidak semua tuturan diteliti, melaikan hanya tuturan yang mencerminkan penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Oleh karena itu, penulis memberi judul Strategi Kesantunan Tuturan Guru dalam Interaksi Pembelajaran di SMA Negeri 4 Kota Malang : Telaah Interaksi Edukatif dengan Sudut Pandang Teori Kesantunan Brown dan Levinson 1.2 Fokus Masalah Fokus masalah pada penulisan ini, dimaksudkan agar penulisan pada penelitian ini lebih terarah dan memudahkan penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Ruang lingkup penulisan penelitian ini berfokus pada masalah pemakaian strategi kesantunan bahasa yang didasarkan pada pemakaian tuturan berdasarkan wujud tuturan serta fungsi tuturan yang digunakan guru pada interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia di SMAN 4 Kota Malang. Penggunaan kesantunan bahasa yang dilakukan oleh guru khususnya pengunaan ujaran verbal, fungsi dari ujaran dan strategi kesantunan yang digunakan guru

9 Bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar adalah masalah yang akan dideskripsikan pada penulisan ini. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana strategi kesantunan positif tuturan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang? 2) Bagaimana strategi kesantunan negatif tuturan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang? 3) Bagaimana strategi kesantunan tidak langgung (off record) dalam tuturan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang? 1.4 Tujuan Penelitian Sebuah penuliasan pasti terdapat tujuan yang berkaitan dengan rumusan masalah. Mengacu dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penulisan ini yaitu : 1) Mendeskripsikan strategi kesantunan positif tuturan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang. 2) Mendeskripsikan strategi kesantunan negatif tuturan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang. 3) Mendeskripsikan strategi kesantunan off record yang digunakan guru bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran di SMAN 4 Kota Malang. 1.5 Manfaat Penelitian

10 Suatu penulisan yang baik, harus dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu maupun untuk kalayak masyarakat secara luas. Manfaat yang dapat diperoleh pada penulisan ini terdapat dua segi manfaat, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoteris penulisan ini diharapkan dapat mengembangakan teori tindak tutur Searle dan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson, khususnya teori tentang kesantunan dan strategi kesantunan berbahasa. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan model analisis strategi kesantunan pada tuturan verbal guru yang terdapat pada interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi seorang pengajar yakni guru dalam hal pengkoreksian kembali tuturan atau penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada tuturan verbal diharapkan dapat menjadi lebih santun dengan menggunakan strategi kesantunan guna mewujudkan situasi belajar mengajar yang harmonis dan menjaga perasaan mitra tuturnya, dalam hal ini adalah peserta didik. Bagi para pembaca diharapkan penulisan ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang pemahaman tuturan verbal, terutama dalam hal memahami teori tentang kesantunan dan strategi kesantunan yang digunakan dalam interaksi pembelajaran. Penuliasan ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan landasan kajian bagi penulisan sejenis.

11 1.6 Penegasan Istilah Terdapat beberapa istilah dalam penulisan ini yang perlu penegasan istilah. Hal ini diharapkan agar pembaca dapat memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian sehingga memiliki persepsi dan pemahaman yang sama atau sejalan dengan penulis. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain: 1) Kesantunan adalah bentuk tindak tutur untuk menunjukkan gambaran diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki setiap anggota masyarakat. (Brown dan Levinson, 1987: 61) 2) Interaksi pembelajaran adalah merupakan proses terjadinya belajar mengajar yaitu guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, 2004: 13). 3) Strategi kesantunan adalah penggunaan strategi untuk mengurangi ancaman terhadap muka lawan tutur baik muka positif maupun negatif (Brown dan Levinson, 1987: 61). 4) Strategi kesantunan positif adalah strategi untuk menyelamatkan lawan tutur atau mengurangi ancaman terhadap muka positif lawan tutur (Brown dan Levinson, 1987: 103) 5) Strategi kesantunan negatif adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi ancaman terhadap muka negatif lawan tutur (Brown dan Levinson, 1987: 130). 6) Strategi kesantunan tidak langsung adalah strategi yang secara tidak langsung digunakan untuk mengurangi ancaman terhadap muka lawan tutur (Brown dan Levinson, 1987: 103).