BAB I PENDAHULUAN. tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Kode Pos Kota Bandung

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 08 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

DAFTAR SASARAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG TAHUN 2008 JML PDD JML PDD NEON LANSIA WILAYAH KERJA BUMI. ANAK REM (Kelurahan) BALITA K SI (1.

DAFTAR KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA BANDUNG. No. KECAMATAN ALAMAT KELURAHAN. Andir. Jl. Srigunting Raya No.1, Telp.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG. 3.1 Gambaran Umum Karakteristik Wilayah Kota Bandung

Bahan paparan dapat diunduh di : http ://litbang.bandung.go.id/agenda-kegiatan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dijelaskan mengenai latar belakang studi yang dilakukan, perumusan masalah, metodologi studi, kerangka

Daftar Kelurahan Di Kota Bandung. No. Kecamatan. Kelurahan. Alamat Kecamatan Andir. Kebon Jeruk. Jl. Babatan 2, Telp

NAMA KECAMATAN / KELURAHAN TELP. KANTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian GAMBAR 1.1 Peta Kelurahan Sadang Serang

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol. Pelaksanaannya dilakukan pada setiap akhir tahun dengan metode sampel.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

Pelaksanaan dilakukan setiap 10 tahun sekali, tahun yang berakhiran nol.

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

2.1. SEJARAH SINGKAT PEMERINTAH KOTA BANDUNG : Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

Rekapitulasi Usulan Musrenbang Kota Bandung Tahun 2014 Aspek Air Bersih dan Sanitasi

Gambaran Umum Wilayah Studi

International Financial Centre 6th & 8th floor Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23, Jakarta GF/SST /42 42 G-SETRAMURNI RI II NO 14

BAB III OBJEK PENELITIAN. Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bintang Timur

DATA LEMBAGA PAUD TAHUN 2014 KOTA BANDUNG

NO. USIA SKOR tahun 7, tahun lebih 11 bulan 6, tahun lebih 10 bulan 6, tahun lebih 9 bulan 6,09

Lampiran.1 Data rekam medik

DATA LEMBAGA PAUDNI TAHUN 2014 DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

24 Pasar Minggu (Bantaran Sungai Cisaranten Kulon) 25 Pasar Modern Batununggal 26 Gasibu Mini Antapani

KECAMATAN. Jl.Rajawali timur, no.167, RT/RW:01/09, KEL.Dungusc GUSCAR ANDIR RT/SST/20 20 ariang, KEC.

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

BAB 02 PROFIL SANITASI SAAT INI

TPS DI KOTA BANDUNG. Existing Kontainer. Sampah Masuk/ Timbulan Sampah (M 3 /hari) atau 3. Jalan Kartika 1 ± 15,86 13 atau 1 Umum/masya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat

NO TANGGAL NO SURAT DINAS DITUJUKAN TEMPAT ASAL SEKOLAH

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Penyebab Kebakaran. Korban Mati. Nama Pemilik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG MONITORING LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA BANTUAN SOSIAL TAHUN 2013

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

Zonasi Merah. Dengan uraian:

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KELURAHAN

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BAB 1 PENDAHULUAN LKIP SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG

TAHUN : 2012 NOMOR : 44 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 888 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

DAFTAR PJU KOTA BANDUNG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK- KANAK, SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SWASTA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 20 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 332 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 218 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINCIAN LAPORAN KEBAKARAN DI KOTA BANDUNG PERWILAYAH TAHUN 2015

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BANDUNG TEGALLEGA

BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 TINGKAT RESIKO KEBAKARAN DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOJONGLOA KALER TABEL III.1 KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDUNG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif

INFORMASI PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU SD Salman Al Farisi Bandung Tahun Pelajaran 2018/2019 ALUR PENDAFTARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Bandung Bojonagara

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Gambaran Umum Kecamatan Cibeunying Kidul

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 30 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 940 TAHUN 2009 TENTANG

PROGRAM BANDUNG GREEN & CLEAN 2011

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

DATA JUMLAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LKIP 2015 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG

D A F T A R : L A P O R A N K E B A K A R A N B U L A N J A N U A R I DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Kecamatan Cibeunying Kaler Yang Suci (Sehat, Unggul, Cerdas, Dan Indah) Dalam Mendukung Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman, Dan Sejahtera, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 938 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK TRANSPORTASI DI WILAYAH STUDI

Kecamatan Cicendo IKHTISAR EKSEKUTIF

BAB III SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dari penelitian ini adalah debitur kredit mikro mandiri cabang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Potensi Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Berbagai Negara (Sumber: Dr. Halim Alamsyah, 2011:3)

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Surachmad (1989 :131) bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KECAMATAN BANDUNG WETAN

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil LKIP Tahun 2015

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penerbitan sertipikat tanah, pemerintah telah membuat kebijakan yang secara normatif memberikan kepastian hukum kepemilikan tanah bagi masyarakat yang memiliki tanah yang sah. Kebijakan itu berupa Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah atau kemudian disingkat Larasita yang memiliki misi yang bertujuan membantu rakyat yang ingin membuat sertipikat atas tanah yang dimilikinya. Pada tanggal 16 Desember 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (Larasita) ini di Taman Wisata Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (Larasita) adalah pelayanan pengurusan serfitikasi tanah dengan cara jemput bola yaitu mendatangi masyarakat. Pelayanan sertipikat tanah berupa mobil keliling. Dengan Larasita petugas kantor pertanahan mengunjungi setiap kelurahan di setiap kecamatan untuk memberikan pelayanan pertanahan terutama pada kelurahan-kelurahan yang jauh jaraknya dari kantor pertanahan untuk melayani masyarakat di bidang pertanahan secara lebih cepat, tertib, murah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebijakan Larasita dilengkapi dengan sebuah kendaraan roda empat (klien node) yang berfungsi sebagai mobile front office dalam pemberian pelayanan sertipikasi tanah dan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi pelayanan. 1

2 Dalam kenyataannya di lapangan, Larasita ini tampak masih sulit diimplementasikan. Temuan di lapangan yang terkait dengan kebijakan Larasita ini ternyata masih sangat bermasalah. Kebijakan Larasita, sebetulnya sangat baik dalam konsep yang hendak dicapai dan sangat tepat untuk mendukung usaha menyejahterakan rakyat saat ini. Apalagi, saat ini masih banyak tanah rakyat yang belum disertipikasi dan rakyat masih menghadapi kesulitan untuk mendapatkan sertipikat tanah miliknya dengan cara yang mudah dan murah. Lemahnya implementasi kebijakan di lapangan ini sesungguhnya bisa diartikan ada kesenjangan yang tajam antara visi pimpinan dan pelaksana di lapangan. Adanya pemborosan anggaran negara terkait tidak berjalan dengan baiknya kebijakan Larasita. Misalnya, banyak mobil Larasita di daerah-daerah yang sudah dibeli dengan anggaran negara, ternyata tidak beroperasi atau tidak bisa difungsikan seperti yang diharapkan. Klaim Badan Pertanahan Nasional yang mengungkapkan sudah ribuan sertipikat tanah yang diselesaikan melalui kebijakan Larasita ini amat diragukan keabsahannya. Itu sebabnya BPN harus melihat betul realitas kinerjanya pada masa mendatang. Di Kota Bandung yang dinamikanya cukup kompleks, sejak diluncurkan awal Februari 2009, program Layanan Rakyat untuk Sertipikasi Tanah (Larasita) milik Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bandung langsung disambut antusias warga. Namun, dari banyaknya kelurahan di Kota Bandung, baru beberapa kelurahan yang disambingi mobil pelayanan keliling itu dengan jumlah permohonan yang cukup banyak. Padahal, mobil Larasita dijadwalkan melayani masyarakat di setiap kelurahan minimal satu minggu.

3 Kelurahan yang telah dilayani mobil Larasita BPN Kota Bandung itu dipilih karena merupakan pemukiman padat penduduk yang merupakan target dari kebijakan Larasita tersebut. Terkait banyaknya kelurahan yang belum tersentuh pelayanan Larasita, BPN Kota Bandung akan terus menjalankan kebijakan Larasita hingga banyak target kelurahan yang ada dapat terlayani. BPN beralasan tidak dapat membuat jadwal yang pasti lokasi mana saja yang akan didatangi mobil Larasita. Minimal mobil Larasita di satu kelurahan standby selama satu minggu. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa sampai tiga minggu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. BPN belum bisa memastikan berapa lama mobil Larasita akan standby di beberapa kelurahan. Salah satu kebutuhan masyarakat adalah kebutuhan dalam pelayanan bidang pertanahan. Di tingkat pusat masalah pertanahan ditangani oleh Badan Pertanahan Nasional, sedangkan di tingkat provinsi masalah pertanahan ditangani oleh kantor wilayah pertanahan dan pada tingkat kabupaten dan kota, masalah pertanahan diserahkan kepada kantor pertanahan daerah. Salah satu tugas kantor pertanahan adalah menyelenggarakan kegiatan sertipikasi tanah. Dalam hukum agraria nasional kegiatan sertipikasi tanah diatur dalam Undang Undang Pokok Agraria Nomor 5 1960 pasal 19. Sangat berbeda dengan Program Nasional Agraria (Prona) yang dibebaskan dari biaya administrasi, kebijakan Larasita tetap dikenakan biaya bagi masyarakat yang mengurus surat menyurat. Karena itu, adanya persepsi di masyarakat yang menganggap Larasita gratis juga dianggap menjadi kendala selama ini. Karenanya, jika di suatu tempat sedang berlangsung program Prona,

4 maka Larasita sebaiknya tida berada di lokasi yang sama. Banyak pimpinan kelurahan mengaku hingga kini masyarakatnya juga bertanya-tanya kedatangan mobil Larasita itu ke kelurahan tersebut. Banyak warga yang datang ke kelurahan dan bertanya kapan mobil pelayanan itu datang. Tapi, banyak kelurahan yang menyatakan mobil pelayanan itu belum pernah datang. Padahal, masih banyak lagi tanah yang statusnya belum bersertipikat. Adapun teknis pendaftaran tanah terdiri dari dua bagian: yaitu pendaftaran tanah secara sistimatik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali yang pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah atau yang lebih dikenal dengan istilah Prona (Proyek Nasional Agraria). Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan baik secara individual maupun secara massal. Adapun maksud pemerintah melaksanakan sertipikasi tanah adalah agar masyarakat bisa memiliki aset yang jelas sehingga dapat digunakan sebagai agunan bank untuk keperluan produktif maupun konsumtif. Dalam pelaksanaanya pemerintah melihat perlunya suatu kebijakan yang lebih memihak kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat langsung terlayani kebutuhannya. Kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah dapat dikatakan terobosan baru dalam bidang pelayanan publik, karena cara yang digunakan untuk melakukan pelayanan adalah dengan mendatangi masyarakat. Masyarakat akan dilayani di tempat yang telah disepakati oleh pihak kantor pertanahan dan

5 kelurahan setempat. Adapun prinsip kebijakan Larasita adalah mudah, murah, cepat dan akurat, sedangkan maksud diselenggarakannya kebijakan Larasita adalah membangun kepercayaan masyarakat (trust building), percepatan penyelenggaraan pendaftaran dan sertipikasi tanah serta untuk memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah dan juga dalam rangka memberdayakan masyarakat sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan tanah masyarakat menjadi bernilai ekonomis, agar aset masyarakat berupa tanah yang telah disertipikatkan dapat dijadikan akses permodalan untuk meningkatkan kesejahteraan. Adapun tujuan progam Larasita yaitu: 1. Mendekatkan pelayanan kantor pertanahan kepada masyarakat 2. Percepatan penyelenggaraan pendaftaran tanah 3. Membangun kepercayaan masyarakat (trust building) 4. Memberikan kepastian persyaratan, biaya dan jangka waktu pelayanan 5. Meringankan beban biaya masyarakat dan mempercepat proses 6. Menjamin kepastian hukum hak atas tanah dan perlindungan hukum bagi masyarakat pemilik tanah 7. Meminimalisir timbulnya sengketa/konflik pertanahan 8. Meningkatkan animo masyarakat untuk mensertipikatkan tanahnya 9. Memberdayakan masyarakat dalam akses permodalan 10. Mengurangi penggunaan jasa perantara (calo) Secara umum mengenai pendaftaran tanah, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan pemerintah ini merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 1961. Selanjutnya secara teknis aturan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah mengacu pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Regulasi lainnya untuk mempertegas pelaksanaan kebijakan Layanan Rakyat Untuk

6 Sertipikasi Tanah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional dan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 2008 tentang Pembentukan Pelaksana Kegiatan Pembinaan dan Monitoring Kegiatan Larasita. Hal ini kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 2009 Tentang Larasita Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Peraturan ini merupakan kebijakan yang dibuat Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk diimplementasikan oleh seluruh BPN provinsi di Indonesia, dan salah satunya BPN Provinsi Jawa Barat dalam rangka memberikan pelayanan sertipikasi tanah, hingga akhirnya secara teknis operasional dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung. Penyelenggaraan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Bandung sejak tahun 1960 sampai Desember 2008 baru terdaftar sebanyak 487.615 bidang tanah (81,27 %) dari jumlah keseluruhan bidang tanah sebanyak 600.000 bidang dan sisa bidang tanah yang belum terdaftar sebanyak 112.385 bidang (18,73 %). Dari data ini dapat dilihat bahwa masih banyak tanah-tanah di Kota Bandung yang belum bersertipikat. Dengan banyaknya tanah yang belum bersertipikat akan menimbulkan potensi konflik yang tinggi, mengingat masalah tanah sangat vital karena hampir seluruh aktivitas masyarakat dilakukan di atas tanah.

7 Kantor Pertanahan Kota Bandung telah memulai pelaksanaan kebijakan Larasita Non I.T. (tanpa perangkat utama) secara efektif sejak bulan April 2008, dengan target meliputi 45 Kelurahan sebanyak 1500 bidang tanah. Adapun rincian pelaksanaan kebijakan Larasita pada Kota Bandung seperti terlihat pada tabel 1.1 di bawah. Tabel 1.1 Pelaksanaan Larasita 2008-2012 JUMLAH NO KECAMATAN KELURAHAN 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL 1 Sukasari 175 Isola 2 19 21 Sukarasa 46 9 4 7 66 Gegerkalong 1 6 18 37 17 79 Sarijadi 2 4 3 9 2 Sukajadi 1003 Pasteur 57 28 27 21 11 144 Cipedes 139 80 69 53 29 370 Sukawarna 6 25 11 10 7 59 Sukagalih 5 23 17 22 17 84 Sukabungah 138 123 41 17 27 346 3 Cicendo 814 Husein Sastranegara 3 28 3 6 40 Arjuna 7 3 1 5 16 Pajajaran 180 60 19 13 272 Pasirkaliki 1 7 15 4 27 Pamoyanan 2 4 3 3 12 Sukaraja 33 225 127 30 32 447 4 Andir 210 Maleber 1 1 2 Dungus Cariang 2 1 3 Ciroyom 1 0 1 Kebon Jeruk 5 4 5 8 22 Garuda 2 2 Campaka 64 28 32 29 27 180 5 Cidadap 264 Hegarmanah 39 47 20 14 42 162 Ciumbuleuit 22 48 14 84 Ledeng 2 11 3 2 18 6 Coblong 704 Cipaganti 89 5 11 30 3 138 Lebak Gede 40 15 3 2 60 Sadang Serang 5 2 1 5 13 Dago 157 107 36 23 22 345 Sekeloa 81 21 11 11 23 147 Lebak Siliwangi 1 1 7 Bandung Wetan 223 Cihapit 0 0 Tamansari 89 88 30 16 223 Citarum 0 0 8 Sumur Bandung 14 Braga 1 2 0 3 Merdeka 0 0 Kebon Pisang 4 4

8 JUMLAH NO KECAMATAN KELURAHAN 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL Babakan Ciamis 7 7 9 Cibeunying Kaler 38 Cihaurgeulis 0 0 Sukaluyu 2 2 3 7 Neglasari 1 1 1 3 Cigadung 1 1 3 5 18 28 10 Cibeunying Kidul 51 Padasuka 1 3 1 5 Cikutra 1 2 4 0 7 Cicadas 2 2 2 6 Sukamaju 1 1 Sukapada 4 4 5 4 17 Pasirlayung 1 6 2 6 15 11 Kiaracondong 65 Sukapura 1 1 Kebon Jayanti 1 29 5 5 40 Babakan Surabaya 1 1 2 3 7 Cicaheum 2 2 1 5 Babakan Sari 1 2 5 2 10 Kebon Kangkung 1 1 2 12 Batununggal 21 Gumuruh 2 2 0 4 Maleer 1 0 1 Cibangkong 2 3 6 11 Kacapiring 0 0 Kebon Waru 0 0 Kebon Gedang 2 0 2 Samoja 0 0 Binong 1 2 0 3 13 Lengkong 79 Cijagra 14 1 0 15 Lingkar Selatan 0 0 Burangrang 5 1 6 Paledang 1 1 Turangga 25 5 4 2 2 38 Malabar 0 0 Cikawao 2 2 13 1 1 19 14 Regol 120 Cigereleng 12 38 2 25 77 Ancol 3 1 4 Pungkur 0 0 Balong Gede 5 1 1 4 3 14 Ciseureuh 8 4 12 Ciateul 3 1 2 1 7 Pasirluyu 3 1 1 1 6 15 Astana Anyar 44 Pelindung Hewan 1 1 2 1 5 Cibadak 3 9 12 24 Karasak 0 0 Nyengseret 1 4 2 2 9 Karang Anyar 1 2 3 6 Panjunan 0 0 16 Bojongloa Kaler 372 Kopo 1 3 6 10 Babakan Tarogong 2 1 2 5 Jamika 138 68 64 44 36 350 Babakan Asih 2 3 1 1 7 Sukaasih 0 0 17 Babakan Ciparay 107 Babakan 1 11 4 11 30 57 Babakan Ciparay 1 1 5 3 10 Sukahaji 1 3 6 7 12 29

9 JUMLAH NO KECAMATAN KELURAHAN 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL Margahayu Utara 8 0 8 Margasuka 1 2 3 Cirangrang 0 0 18 Bojongloa Kidul 108 Situsaeur 5 3 4 2 14 Kebon Lega 51 17 8 11 87 Cibaduyut 1 1 2 4 Mekarwangi 1 1 Cibaduyut Kidul 1 1 2 Cibaduyut Wetan 0 0 19 Bandung Kulon 116 Cijerah 1 1 Cibuntu 1 1 1 3 Warung Muncang 6 2 3 0 11 Caringin 1 1 Cigondewah Kaler 1 2 8 11 Gempol Sari 22 26 17 16 6 87 Cigondewah Rahayu 1 1 2 Cigondewah Kidul 0 0 20 Antapani 28 Antapani Kulon 2 2 Antapani Tengah 2 2 Antapani Kidul 9 9 Antapani Wetan 8 5 1 1 15 21 Arcamanik 41 Sukamiskin 2 1 2 5 Cisaranten Bina Harapan 2 3 5 10 Cisaranten Kulon 4 2 1 10 17 Cisaranten Endah 2 3 4 9 22 Ujung Berung 137 Pasir Endah 14 10 9 6 5 44 Cigending 7 2 4 13 Pasirwangi 13 1 3 3 20 Pasirjati 22 11 4 1 9 47 Pesanggrahan 7 1 1 4 13 23 Cibiru 52 Palasari 2 0 2 Cipadung 1 2 9 7 18 37 Pasir Biru 1 2 2 5 Cisurupan 3 3 1 1 8 24 Rancasari 45 Cipamolokan 4 3 27 34 Derwati 1 1 1 4 7 Manjahlega 2 2 Mekarjaya 1 1 0 2 25 Buah Batu 22 Margasenang 0 0 Sekejati 1 1 1 3 Margasari 1 2 2 5 Cijaura 1 7 5 13 Jatisari 1 0 1 26 Bandung Kidul 13 Batununggal 1 3 4 Wates 1 2 3 Mengger 0 0 Kujangsari 1 1 2 2 6 27 Gede Bage 10 Cimencrang 1 0 1 Cisaranten Kidul 2 1 2 5 Rancabolang 2 1 3 Rancanumpang 1 0 1 28 Panyileukan 29 Cipadung Kulon 1 4 1 0 6

10 JUMLAH NO KECAMATAN KELURAHAN 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL Cipadung Wetan 1 0 1 Cipadung Kidul 1 1 2 9 13 Mekarmulya 5 1 1 1 1 9 29 Cinambo 29 Pakemitan 4 3 4 6 17 Sukamulya 0 0 Cisaranten Wetan 6 1 1 8 Babakan Penghulu 2 2 4 30 Mandalajati 63 Jatihandap 10 5 10 11 12 48 Karang Pamulang 1 7 8 Pasir Impun 1 3 4 Sindanglaya 1 1 1 3 JUMLAH 1120 1465 930 689 793 4997 (Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2012) Tabel 1.1 merupakan hasil pelaksanaan kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah pada wilayah Kota Bandung pada tahun 2008-2012. Kantor Pertanahan Kota Bandung hingga tahun 2012 menargetkan implementasi kebijakan Larasita dapat mensertipikasi 5.000 bidang tanah, adapun yang menjadi dasar pertimbangan penentuan lokasi dan peserta Larasita, yaitu: 1. Pada lokasi kelurahan yang bidang tanahnya banyak belum terdaftar 2. Masyarakat yang pernah dikecewakan oleh oknum 3. Masyarakat marginal dan kurang mampu 4. Jauh dari pusat layanan kantor pertanahan 5. Daerah pasca sengketa/konflik 6. Lokasi IP4T (Inventarisasi Penguasaan Pemilikan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah). Pelaksanaan kebijakan Larasita diawali dengan sosialisasi kepada para camat dan lurah se Kota Bandung, tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat, aparat kewilayahan, pembinaan tim kerja, penyuluhan baik langsung maupun melalui media (surat pemberitahuan, surat kabar, TV Jabar,

11 pamflet, spanduk, brosur) dengan menempatkan lokasi pelayanan di kantor kecamatan, kelurahan, RW, lapangan terbuka dan tempat-tempat strategis yang mudah dijangkau (diakses) oleh pemohon dan kendaraan Larasita. Berdasarkan observasi dan wawancara tahap awal yang penulis lakukan, ternyata Larasita yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung belum efektif, diantaranya yaitu: 1. Sebagian besar masyarakat belum memahami pentingnya sertipikat tanah, sedangkan di sisi lain ada juga masalah sertipikat ganda atas sebidang tanah sehingga penyelesaiannya harus sampai ke meja pengadilan. 2. Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa permasalahan pertanahan, termasuk ijin-ijin menyangkut pertanahan dan pengurusan sertipikat tanah, memakan waktu yang lama dan memakan biaya yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan sosialisasi yang dilakukan oleh kantor pertanahan kurang optimal sehingga belum mampu meningkatkan animo masyarakat. 3. Dalam mengimplemtasikan Larasita adalah belum didukung ketersedian jaringan komunikasi dan kualitas sumber daya manusia yang tersedia di kantor pertanahan. Untuk Kantor Pertanahan Kota Bandung, pelayanan yang diberikan adalah pelayanan Larasita non IT, dimana pendataan pelayanan yang diberikan bersifat manual. 4. Kelengkapan atas hak yang dikeluarkan oleh sebagian lurah/camat biayanya cukup tinggi.

12 Mengingat pentingnya pemberian kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah, maka pelaksanaan kebijakan Larasita Kantor Pertanahan Kota Bandung dituntut untuk bekerja secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, para pegawai yang mengimplementasikan kebijakan Larasita pada Kantor Pertanahan Kota Bandung harus berusaha secara maksimal untuk mencapai tujuan kebijakan Larasita. Keberhasilan di dalam mencapai tujuan kebijakan Larasita tersebut sangat ditentukan oleh pelaksanaan pada organisasi pelaksana, interpretasi aparat pelaksana, dan aplikasi hal-hal tertentu dalam implementasi kebijakan. Pada pelaksanaannya, kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung terlihat masih belum terimplementasikan dengan optimal. Salah satu contoh belum terimplementasikannya kebijakan Larasita adalah banyaknya permohonan pendaftaran tanah yang tertunda/terlambat dari jadwal yang ditetapkan yaitu 3 bulan. Di sisi lain Kantor Pertanahan Kota Bandung dalam melakasanakan rencana kerja yang berupa kunjungan kerja kurang optimal (hasil wawancara dengan wakil penanggungjawab pelaksana Kebijakan Larasita). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang peneliti lakukan di Kantor Pertanahan Kota Bandung, juga ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung yang belum baik. Hal ini dapat dilihat dari indikasi masalah sebagai berikut: 1. Organisasi pelaksana Larasita, yaitu Kantor Pertanahan Kota Bandung dan pihak kelurahan dalam kenyataannya ternyata melaksanakan

13 rencana kerja dalam bentuk jadwal kunjungan kurang berjalan baik, hal ini dikarenakan pihak kelurahan terlambat untuk melakukan sosialisasi dengan masyarakat, sedangkan kantor pertanahan lebih sering menunggu konfirmasi dari kelurahan. Keterlambatan ini mengakibatkan kegiatan pelayanan Larasita sering berjalan tidak sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan, sehingga kebijakan Larasita belum terimplementasikan dengan baik (hasil wawancara dengan para pegawai yang mengimplementasikan kebijakan Larasita Kantor Pertanahan Kota Bandung 18 Mei 2009). 2. Interpretasi aparat pelaksana yang kurang baik, sehingga muncul masalah yang cukup serius, yaitu menjadikan aspek kedekatan antara masyarakat dan Kantor Pertanahan Kota Bandung masih belum tercipta secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pendataan yang akurat mengenai target penerima layanan yaitu masyarakat yang tanahnya belum bersertipikat dimana kantor pertanahan dalam memberikan layanan menggunakan jadwal yang acak/incidental. 3. Interpretasi aparat pelaksana yang kurang baik ini juga terlihat dari minimnya pertemuan atau rapat formal secara berkala untuk membahas perkembangan pelaksanaan kegiatan kebijakan Larasita, sehingga kurang dipahaminya perkembangan, hambatan serta permasalahan yang terjadi. Evaluasi hanya berbentuk laporan tertulis dalam tiga bulan pelaksanaan kegiataan kebijakan Larasita.

14 4. Aplikasi Larasita dalam hal-hal teknis ternyata belum mempercepat penyelengaraan pendaftaran tanah di Kota Bandung sehingga masih belum optimal. Hal ini bisa terlihat dari data yang ada bahwa sampai bulan Desember 2008-2011 masih ada sekitar 112.385 bidang tanah yang belum terdaftar sedangkan untuk tahun 2009 s.d. 2011 Kantor Pertanahan Kota Bandung hanya mentargetkan 2.000 bidang tanah yang akan disertipikatkan melalui kebijakan Larasita. 5. Faktor aplikasi kebijakan ini terlihat juga dari kurangnya peningkatan animo masyarakat dalam mensertipikatkan tanahnya. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung dalam memperkenalkan kegiatan kebijakan Larasita belum optimal. 6. Lemahnya aplikasi ini terlihat pula dari kurangnya pemantauan (monitoring) oleh para implementor kebijakan Larasita Kantor Pertanahan Kota Bandung kepada petugas teknis yang memberikan pelayanan di lapangan dimana para pegawai yang mengimplementasikan kebijakan Larasita hanya datang ke lapangan ketika pemberian sertipikat saja. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikat Tanah (Larasita) Di Kota Bandung Pada 2011-2012.

15 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana implementasi kebijakan Layanan Rakyat Untuk Sertipikat Tanah (Larasita) di Kota Bandung pada tahun 2011-2012? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat memahami dan menganalisis implementasi kebijakan Larasita di Kota Bandung pada tahun 2011-2012. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep implementasi kebijakan publik. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan, memperluas, dan memperkaya studi akademis serta penelitian ilmiah di bidang studi ilmu administrasi publik, khususnya dalam bidang implementasi kebijakan. 1.4.2. Kegunaan Praktis Bagi para pihak yang terkait (stakeholder) di lingkungan Kota Bandung, penelitian ilmiah ini dapat menjadi bahan masukan dalam rangka pengembangan pelaksanaan kebijakan publik penerbitan sertipikat tanah di Kota Bandung yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Bandung.

16